Meneladani jejak teladan Hadratusyeikh Hasyim As'ari
(Ringkasan dari Buku Pedoman Wali Santri)
Bimbingan untuk wali santri agar putra putrinya sukses dalam menuntut ilmu
1. Hendaknya memulai dengan menata niat yang benar. Nasehat para
leluhur "Yen Siro mondok kudu dibarengi Kanti niat cengkir (kencenge
pikir)", kalau kamu menuntut ilmu harus diniati dengan niat yang tulus
ikhlas. Menurut Hadratusyeikh Hasyim Asy'ari ketika ada wali santri yang
sowan, beliau selalu berpesan kepadanya agar senantiasa memiliki niat
menuntut ilmu semata-mata untuk mendapatkan Ridha Allah SWT,
menjernihkan hati hanya untuk mendekatkan diri kepada Allah. Bukan untuk
meraih kepentingan duniawi (pangkat, harta dsb) semata.
2. Hendaknya selalu menyadari bahwa orang tua dan guru adalah figur tauladan bagi anak-anak.
Bila orang tua selalu rindu atau kangen kepada anaknya di pondok, maka
anaknya yang di pondok juga tidak akan tenang karena teringat pula
dengan orang tuanya dirumah (istilah biasanya "nyetrum").
Seringkali fakta membuktikan bahwa ketika ada santri yang bermasalah di
pondok, ternyata banyak terpengaruhi oleh faktor orang tua yang juga
bermasalah.
3. Bersikap "pasrah" dan berbaik sangka (huanudzon)
terhadap sistem pendidikan pesantren. Ketika Hadratusyeikh Hasyim
Asy'ari dahulu nyantri kepada Syaikhona Kholil di Bangkalan Madura,
beliau seringkali disuruh melakukan berbagai tugas Khidmah pengabdian
(menggembala, membersihkan kandang, roan dsb) namun beliau tidak pernah
NGERSULO (mengeluh). Hal ini dilakukan sebagai wujud ta'dzim serta
khidmat beliau kepada guru, dengan maksud untuk mendapat keridhoan dan
doa dari sang Guru. Karena bagaimanapun juga, mennutut ilmu dalam
pendidikan pesantren akan menjadi semakin berkah dari buah keikhlasan
dan doa para guru dan orang tua. Keberhasilan menutut ilmu di pesantren
tidak hanya bisa diukur dengan nilai prestasi raport maupun ijazah
semata, namun diukur bagaimana seorang santri mampu mengamalkan ilmunya
bagi dirinya dan orang lain.
4. Membekali anak dengan Rizki yg halalan thoyyiban (halal dan baik)
Hadratusyeikh Hasyim Asy'ari seringkali berpesan agar semua santri
bersikap wara' (menjauhi perkara syubhat) dan berhati-hati dalam mencari
bekal yang digunakan untuk biaya menuntut ilmu selama di pesantren.
Seseorang yang ingin memiliki kejernihan hati harus memperhatikan
makanannya. Makanan yang haram akan membentuk jiwa yang kasar dan tidak
religius. Ibarat setitik tinta hitam yang jatuh diatas kertas putih.
Sedikit demi sedikit, Semakin lama akan semakin membuat hitam semuanya.
5. Agar berkah hendaknya senantiasa menjaga tawadhu (kerendahan hati) serta mencari Ridha dari Guru.
Suatu hari, Kyai Hasyim melihat Syaikhona Kholil sedih karena cincin
istri beliau terjatuh ke lubang WC. Melihat hal tersebut, Kiai Hasyim
segera meminta izin untuk membantu mencarikan cincin yang jatuh
tersebut. Setelah dikuras semua, dan badan Kiai Hasyim penuh dengan
kotoran, akhirnya cincin tersebut berhasil ditemukan.
Betapa
riang sang Guru melihatnya berhasil menemukan cincin itu, sampai berucap
doa "Aku ridho padamu wahai Hasyim, aku doakan dengan pengabdianmu dan
ketulusanmu, derajatmu ditinggikan serta engkau menjadi orang besar,
tokoh panutan, dan semua orang cinta padamu".
6. Jangan meninggalkan riyadhoh "tirakat" demi kesuksesan anak.
Hadratusyeikh Hasyim Asy'ari ketika belajar di Makkah, beliau sering
melakukan riyadhoh di gua Hiro untuk menghafalkan hadits serta beliau
sering melakukan Puasa sunnah. Bahkan ketika istri beliau mengandung KH
Abdul Wahid Hasyim, beliau selalu riyadhoh memohon doa kepada Allah agar
anak beliau dijadikan anak yang sholih.
Tidak dapat dipungkiri
bahwa sangat banyak orang-orang sukses di dunia ini lantaran keberkahan
doa yang dilakukan guru dan kedua orang tuanya. Ketika orang tua dan
guru senantiasa melakukan riyadhoh dan mendoakan anaknya dan anak juga
senantiasa berbakti dan mohon ridho kepada orang tua dan gurunya,
sehingga terciptalah ikatan emosional dan spiritual antara semuanya. Dan
terbentuklah SISTEM PENDIDIKAN ANAK LAHIR BATIN.
Semoga bermanfaat, aamiin.