Thursday, October 20, 2016

Termasuk Perhiasan yg tdk boleh ditampakkan

Termasuk Perhiasan yg tdk boleh ditampakkan .
Dalam surat an nur ayat 31 Allah berfirman :

وَلاَ يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلاَّ مَا ظَهَرَ مِنْهَا
" dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali yang biasa nampak daripadanya "
- kitab tafsir al alusi (18/146)
اعلم أن عندي مما يلحق بالزينة المنهي عن إبدائها ما يلبسه أكثر مترفات النساء في زماننا فوق ثيابهن ويتسترن به إذا خرجن من بيوتهن
Ketahuilah, sesungguhnya ada sesuatu yang menurutku termasuk perhiasan wanita yang dilarang untuk dinampakkan, yaitu perhiasan yang dipakai oleh kebanyakan wanita yang terbiasa hidup mewah pada jaman kami di atas pakaian luar mereka dan mereka jadikan sebagai penutup waktu keluar rumah.
وهو غطاء منسوج من حرير ذي عدة ألوان وفيه من النقوش الذهبية أو الفضية ما يبهر العيون،
Yaitu kain penutup tenunan dari kain sutra yang berwarna-warni, memiliki bordiran/sulaman berwarna emas dan perak yang menyilaukan mata.
وأرى أن تمكين أزواجهن ونحوهم لهن من الخروج بذلك ومشيهن به بين الأجانب من قلة الغيرة وقد عمت البلوى بذلك،
Aku memandang para suami dan semisal mereka yang membiarkan isteri-isteri mereka keluar rumah dengan perhiasan tersebut, sehinga mereka berjalan di kumpulan kaum laki-laki yang bukan mahram dengan perhiasan tersebut.
Ini termasuk lemahnya kecemburuan dalam diri para suami mereka , dan sungguh kerusakan ini telah tersebar merata
ومثله ما عمت به البلوى أيضا من عدم احتجاب أكثر النساء من إخوان بعولتهن وعدم مبالاة بعولتهن بذلك وكثيرا ما يأمرونهن به.
dan yg serupa serta telah tersebar merata juga adalah banyaknya wanita yang tidak berhijab dari teman-teman suami mereka, serta tdk adanya perhatian suami mereka dengan hal itu bahkan kebanyakan para suami tdk memerintahkan mereka utk berhijab.
وكل ذلك ما لم يأذن به الله تعالى ورسوله صلى الله عليه وسلم وأمثال ذلك كثير ولا حول ولا قوة إلا بالله العلي العظيم
Semua hal itu adalah hal yg tidak di izinkan oleh Allah ta'ala dan Rasul-Nya shollallohu alaihi wasallam , dan yg semisal hal itu banyak sekali.
Laa haula walaa quwwata illa billahil 'aliyyil adziim.

*Mengapa Kita Harus Bersholawat Nariyah?*

*Mengapa Kita Harus Bersholawat Nariyah?*
*(Membaca Surat KH. M. Kholil As'ad kepada PBNU)*

Sungguh Al-Faqir merasa sangat antusias ketika mengetahui bahwa PBNU telah mengistruksikan pembacaan 1 Milyar Sholawat Nariyah secara serentak. Al-Faqir ikut berdoa semoga kegiatan dimaksud, selain diterima oleh Allah SWT juga bisa menjadi salah satu solusi bagi persoalan yang menimpa kita, warga NU dan Indonesia secara keseluruhan.
Bukan tanpa alasan kalau Al-Faqir merasa antusias dan ikut bergembira. Sejak belasan tahun silam, Guru Al-Faqir, Alm. Kyai Ahmad Sufyan, sudah mencita-citakan bahwa Sholawat Nariyah bisa merata secara nasional dan, yang paling penting, dilakukan dengan penuh kesungguhan. Sekalipun, katakanlah, belum benar-benar mencicipi manisnya bersholawat.
Al-Faqir bersama para Kyai dan banyak Habaib telah berupaya semaksimal kemampuan untuk mewujudkan cita-cita Beliau tesebut. Tetapi memang harus diakui, untuk kawasan-kawasan terjangkau saja kemerataan apalagi kesunguhannya belum benar-benar seperti yang beliau inginkan. Namun demikian, yang mesti disyukuri (agar kita beroleh tambahan nikmat-Nya) adalah dampak dan manfaatnya yang boleh dibilang sangat seketika.
Banyak yang menjadi saksi, di mana ada kampung (desa atau kota) yang sholawat Nariyahnya dilaksanakan oleh masyarakat setempat secara rutin dan bersungguh-sungguh, maka jumlah jamaah jum’at-nya meningkat secara tiba-tiba. Bukan itu saja, lahir pula sebuah kesadaran yang kemudian menjelma semacam pertahanan yang sanggup menangkal berbagai macam ideologi berbahaya. Sejumlah fakta menunjukkan, banyak warga kita yang sudah termakan oleh oengaruh ideologi-ideologi non-NU. Al-Faqir percaya begitulah hasilnya jika sholawat telah bekerja di dalam diri siapapun.
Kenyataan lain menunjukkan bahwa semua sarana yang seharusnya digunakan untuk perbaikan-perbaikan, justru oleh pihak-pihak tertentu secara terbuka telah digunakan untuk menabar kerusakan-kerusakan. Tentu saja, pantang bagi kita untuk berkecil hati. Karena dari zaman ke zaman, sejarah membuktikan betapa pertolongan Allah, Syafaat Rosulullah, dan Karomah para Waliyullah adalah segala-galanya. Oleh karena itu, Al-Faqir berharap kegiatan Sholawat Nariyah ini tidak hanya terlaksana sekali dan selesai. Melainkan sebaliknya, kegiatan tersebut bisa menjadi momentum untuk diinstruksikan lebih lanjut kepada warga dan pengurus NU (di semua tingkatan) agar secara rutin dan kontinyu melaksanakannya baik mingguan atau bulanan.
Terakhir, sekiranya diperkenankan, Al-Faqir memohon agar kegiatan 1 Milyar Sholawat Nariyah ini dilandaskan cita-cita sebagaimana berikut. Satu, semakin menguatnya iman dan mahabbah. Dua, semakin mudahnya menerima dan mengikuti tuntunan-tuntunan. Tiga, Husnul khotimah. Empat, diselamatkan dari petaka atau bencana baik lahir maupun batin. Lima, tercapai semua hajat dan cita-cita pendiri, para Ulama, para pengurus dan warga NU secara keseluruhan baik yang terkait masalah-masalah kemasysakatan, kebangsaan, dan keagamaan. Namun di samping yang tersebut, barangkali PBNU bisa menambahkan sendiri cita-cita lain untuk kebaikan fid-din wad-dunya wal-akhiroh.
Demikian, semoga kita semua senantiasa memperoleh pertolongan, taufiq, dan hidayah dari Allah SWT. Mohon maaf dan terima kasih.
Situbondo, 5 Oktober 2016
Al-Faqir,
*KHR. Muhammad Kholil As’ad*