ALLAH SWT berfirman kepadanya: wahai akal, menghadaplah kesini, AKU bertanya kepadamu, AKU siapa dan kamu siapa?
Sami'na ya Allah, aku adalah hambamu dan ENGKAU adalah TUHAN-ku. jawab akal.
Berbeda dengan nafsu, setelah Allah subhanahu wata'ala menciptakan
nafsu. berfirmn Allah kepada-nya: wahai nafsu, AKU siapa dan kamu siapa?
ana ana wa anta anta. Aku adalah aku dan ENGKAU adalah engkau. Jawab nafsu.
Kemudian nafsu disiksa, dimasukkan neraka jahannam selama seratus tahun. Setelah itu ditanya lagi. wahai nafsu, man ana wa man anta. AKU siapa dan aku siapa?
ana ana wa anta anta. Aku adalah aku dan ENGKAU adalah engkau. jawab nafsu.
Kemudian dimasukkan nafsu kepada naar al-juu' (neraka lapar) selama seratus tahun. setelah itu ditanya lagi: wahai nafsu man ana wa man anta? ana 'abduka wa anta rabbii. aku adalah hambamu dan ENGKAU adalah TUHAN-ku
Demikian lah kenapa manusia yang nafsu-nya liar, diperlukan puasa, supaya dapat menerima selainnya -bahkan tuhan-nya sendiri- Dalam Burdah dijelasakan:
مَنْ لِي بِرَدِّ جِمَاحٍ مِنْ غَوَايَتِهَا ۞ كَمَا يُرَدُّ جِمَاحُ الَخَيْلِ بِاللُّجُمِ
Siapakah gerangan? Sanggup mengendalikan nafsuku dari kesesatan Sebagaimana kuda liar yang terkendalikan dengan tali kekangan
فَلاَ تَرُمْ بِالْمَعَاصِيْ كَسْرَ شَهْوَتِهَا ۞ إِنّ الطَّعَامَ يُقَوِّيْ شَهْوَةَ النَّهِمِ
Jangan kau berharap, dapat mematahkan nafsu dengan maksiat. Karena makanan justru bisa perkuat bagi si rakus makanan lezat.
Semoga bermanfaat.
ana ana wa anta anta. Aku adalah aku dan ENGKAU adalah engkau. Jawab nafsu.
Kemudian nafsu disiksa, dimasukkan neraka jahannam selama seratus tahun. Setelah itu ditanya lagi. wahai nafsu, man ana wa man anta. AKU siapa dan aku siapa?
ana ana wa anta anta. Aku adalah aku dan ENGKAU adalah engkau. jawab nafsu.
Kemudian dimasukkan nafsu kepada naar al-juu' (neraka lapar) selama seratus tahun. setelah itu ditanya lagi: wahai nafsu man ana wa man anta? ana 'abduka wa anta rabbii. aku adalah hambamu dan ENGKAU adalah TUHAN-ku
Demikian lah kenapa manusia yang nafsu-nya liar, diperlukan puasa, supaya dapat menerima selainnya -bahkan tuhan-nya sendiri- Dalam Burdah dijelasakan:
مَنْ لِي بِرَدِّ جِمَاحٍ مِنْ غَوَايَتِهَا ۞ كَمَا يُرَدُّ جِمَاحُ الَخَيْلِ بِاللُّجُمِ
Siapakah gerangan? Sanggup mengendalikan nafsuku dari kesesatan Sebagaimana kuda liar yang terkendalikan dengan tali kekangan
فَلاَ تَرُمْ بِالْمَعَاصِيْ كَسْرَ شَهْوَتِهَا ۞ إِنّ الطَّعَامَ يُقَوِّيْ شَهْوَةَ النَّهِمِ
Jangan kau berharap, dapat mematahkan nafsu dengan maksiat. Karena makanan justru bisa perkuat bagi si rakus makanan lezat.
Semoga bermanfaat.