Saturday, September 17, 2016

* SEJARAH TULISAN DARKAH *




* SEJARAH TULISAN DARKAH *

Wawancara bersama Habib Abu Bakar bin Abdurrahman Al Haddad – Tanjung Gang 2 Kota Malang Jawa Timur. Siapa sangka jika penyusun dari Lambang Darkah ini berasal dari kota Malang , beliau adalah Al Habib Abu Bakar bin Abdurrahman Al Haddad. Lambang Huruf ‘ha’ di tengah dengan ukuran yang cukup besar, kemudian di atasnya bertuliskan “Darkaah Yaa Ahlal Madiinah”, di bawahnya bertuliskan “Yaa Tariim Wa Ahlahaa”, di samping kanannya bertuliskan lafdzul jalalah yang berbunyi “Yaa Fattaah” dan di samping kirinya “Yaa Rozzaaq”, sedangkan di atas huruf ‘ha’ bertuliskan angka 1030 dan di tengah huruf ‘ha’ bertuliskan angka 110 seperti keterangan gambar, merupakan hasil karya beliau yang terinspirasi dari beberapa kisah sohibul maulid Simthudhurrar. Beliau yang lulusan dari Pondok Pesantren Darut Tauhid ini berinisiatif membuat lambang Darkah berawal dari kisah Al Imam Al Habib Ali Al Habsyi (Sohibul Maulid, pengarang Simtud Dhurar). Pada awalnya beliau Al Imam Al Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi membuat tanda untuk setiap kiriman dengan memakai angka 110, disebabkan karena saat itu beliau, Habib Ali al Habsyi, sering kali mendapatkan kiriman-kiriman dari luar negri, dan kiriman tersebut seringkali tidak sampai kepada beliau, kemudian petugas pengirim surat (Pak Posnya) meminta untuk membuat tanda, agar setiap ada kiriman barang/surat tidak hilang kirimannya. Kemudian beliau membuat Kha’ disertai dengan huruf 110, 110 itu sendiri merupakan jumlah bobot nilai huruf hijaiyyah yang merangkai kata ‘ALI’ dalam kitab Aqidatul Awwam. (pada halaman terakhir ada rumusannya) Sedangkan gabungan 110 dan kha’ itu ada sekitar tahun 1980-an , atas inisiatif dari Habib Ali bin Muhammad Al Haddad dan Habib Segaf bin Muhammad Ba’ Agil.
Adapun penulisan kalimat Darkah yaa Ahlal Madinah adalah inisiatif dari Habib Abu Bakar sendiri, yang diambil dari Qosidah Habib Muhammad bin Idrus, yang banyak berisi tentang tawasul-tawasul dengan Ahlul Madinah (Rosulullah SAW beserta keluarganya, sahabatnya), termasuk juga kalimat Yaa Tarim Wa Ahlaha, yang merupakan tawassul kepada para shalihin dan lebih dari 10 ribu wali yang dimakamkan di pemakaman Zanbal, Fureidh, dan Akdar. Pekuburan Zanbal adalah pekuburan para wali dan sholihin, juga di pekuburan Zanbal terdapat Ashhabul Badr utusan Sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq Ra. yang wafat di sana. Kemudian penerapan lambang Darkah ini pada awalnya dulu bukan berbentuk bulat dan bertuliskan kalimat tawasul tadi, melainkan hanya berupa lambang ha’ dan huruf 110 dan 1030 saja, kemudian berkat saran dari paman beliau yang bernama Habib Abdul Qodir bin Husain Al Haddad, maka lambang tersembut ditambahlah dengan wiridannya dari abahnya Habib Husain, yaitu Yaa Fattah Yaa Rozzaq, dengan niatan supaya dapat fadlilah wiridannya Habib Husain bin Muhammad Al Haddad. Siapa sangka bahwa logo yang sudah dikenal di seluruh dunia, baik di kalangan habaib maupun muhibbin ini sudah menyebar ke berbagai negara, seperti Yaman, Malaysia, Singapore, Abu Dabi, Kuwait, dll.
Setelah berjalan lama, lambang ini sempat nyaris hilang, kemudian lambang / ism yang sering dijumpai di berbagai majelis-majelis ta’lim/maulid. Ada yang menggunakan logo ini di spanduk, umbul-umbul, bendera, jaket, dll, atau dalam bentuk stiker, sampai mobil-mobil di kaca belakangnya ditempel stiker lambang ini.
Lambang yang sebenarnya adalah suatu Ajimat (Ruqyat) bukan Logo suatu organisasi tertentu, yang apabila dikaji di kitab-kitab , maka lambang ini tidak akan diketemukan di kitab manapun, karena lambang ini ada karena Habib Abu bakar bin Abdurrahman al Haddad menyusunya digunakan untuk tafa’ul –an (mengharap berkah). Adapun hitungan 1030 itu berasal dari hitungan kalimat “amanatullah wa rosuluh wal Abdullah al Haddad”, yang ditujukan kepada kepada al Imam al Habib Abdullah bin Alwi al Haddad, dimana hitungan isim terssebut merupakan inisiatif dari para ulama’ kota Tarim Yaman.
Sesuai faham Ahlussunnah wal Jama’ah, ‘azimat (Ruqyat) dengan huruf arab merupakan hal yang diperbolehkan, selama itu tidak menduakan Allah SWT. Sebagaimana dijelaskan bahwa azimat dengan tulisan ayat atau doa disebutkan pada Kitab Faidhul Qadir Juz 3 halaman 192, dan Tafsir Imam Qurthubi Juz 10 halaman 316-317, dan masih banyak lagi penjelasan para Muhadditsin mengenai diperbolehkannya hal tersebut, karena itu semata-mata adalah bertabarruk (mengambil berkah) dari ayat-ayat al-Qur’an dan kalimat-kalimat mulia lainnya.
Tulisan ini telah di muat di Majalah Riyadlul Jannah dan dimuat juga di Tabloid Media ummat.
Wallaahu a'lam

Waktu Keramat antara Maghrib dan Isya

Waktu Keramat antara Maghrib dan Isya
================================
-Al Allamah Al Habib Umar Bin Hafidz-
Diwaktu antara Maghrib dan Isya ada sebuah simpanan pahala yang banyak, maka para shalihin menggunakan waktu tersebut untuk khusyu', untuk beribadah, untuk mendekatkan diri kepada Rabbul 'Alamin.
Sehingga diwaktu tersebut kita dianjurkan untuk memperbanyak amal, untuk mendekat kepada Allah.
Ajarkanlah perihal ini kepada yang lain, contoh sering kita lihat anak anak kecil diajarkan untuk mengaji diwaktu tersebut, dilarang menonton tv diwaktu tersebut dan lain sebagainya.
Pemandangan tersebut sudah jarang disekitar kita, sebagai orang tua pun kita tidak mencontohi kepada anak anak kita.
Setan tahu akan fadhilah diwaktu tersebut, sehingga syaithan membuat program program yang tujuannya adalah membuat kita lalai dari Allah, Syaithan menginginkan manusia menjalankan programnya, yang antara lain program yang dijalankan salah satunya siaran televisi yang dimulai diwaktu Maghrib dan Isya, ditayangkanlah tayangan yang menurutnya bisa menarik orang banyak untuk menonton sehingga lalai dari Allah, tidak mendapatkan fadhilah diwaktu tersebut, maka ajarkan kepada diri kita untuk menghindari hal hal tersebut, menghindari hal hal yang membuat kita lalai dari Rabbul 'Alamin dan ajarkanlah kepada orang lain, dari yang lingkungan yang paling kecil yaitu keluarga kita dan semakin besar mudah mudahan kaum muslimin memanfaatkan waktu tersebut.
Yaa Allah Yaa Rahman Ya Rahiim
أللهم صل على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه وسلم
Ya Allah Penuhilah hati ini dengan rasa Cinta kepadaMu dan Muhammad Rasulullah
Dan jadikan kami mencintai sesuatu karena Engkau Ya Allah Jangan biarkan kami dan saudara kami lalai diwaktu tersebut, dan lindungilah kami dari godaan Syaithan, sehingga kami bisa mendapat fadhilah diwaktu tersebut
Aamiin Yaa Allah Yaa Rabbal 'Alamiin
أللهم صل على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه وسلم

Foto Langka Jemaah Haji Asal Indonesia Di Tahun 1880-an




Nih Islam Nusantara yang benar dari dulu ya seperti ini...!
Rata-rata mereka berjubah semua, tertutup semua, terlebih Jama'ah Haji wanita dari Banten.
Sangat nampak kearab-arabannya, yang jelas kita tahu masyarakat Arab sampai sekarang masih seperti pakaian jama'ah Haji Indonesia ditahun 1880-an itu.
Arab yang meniru Indonesia, apakah Indonesia yang meniru Arab atau bahkan memang sudah dari dulunya kita sama setradisi dengan mereka, yang namun belakangan ini saja karena kita dijajah oleh tradisi kuffar laknatullah yang mengadudomba kita sesama Muslim sehingga terubahlah tradisi kita dengan pakaian serba mini, bahkan tidak sekedar mini bus yang ada seliweran dijalan tapi juga sekarang celana mini juga banyak bergentayangan dijalan.
Pasti ini bisa jadi nilai kebanggaan tersendiri sebagai perempuan Banten yang bisa menirukan jejak Pendahulunya, yakni yang tak memakai pakaian terbuka, ketat, tipis terawang.
Melakukan Ibadah Haji adalah kewajiban Muslim yang harus dijalani bila telah memiliki kesanggupan. Ritual ini sejak dulu menjadi idaman setiap Insan Muslim yang merindukan berziarah ke rumah Allah.
Bila hari ini melaksanakan perjalanan Haji hanya butuh waktu sekitar 40 hari, tidak demikian di masa lalu. Sebelum adanya transportasi pesawat terbang, praktis sarana kapal laut menjadi satu-satunya pilihan para jemaah Haji menuju tanah suci. Bayangkan, jaman dulu butuh waktu 2 tahun penuh untuk bisa menunaikan ibadah Haji. Dan cobaan calon jemaah Haji bukan hanya disitu, ancaman perompak, badai, penyakit dan kehabisan bekal selama perjalanan menjadi ujian berat bagi mereka.
Tapi semua ujian tersebut tak menyurutkan niat mereka untuk berHaji. Sederet foto yang diambil di sekitar tahun 1880-an membuktikan bahwa jemaah Haji asal Indonesia sejak dulu telah pergi berHaji. Dan hebatnya, dalam foto dokumentasi tersebut ternyata jemaah Haji Indonesia berasal dari seluruh pelosok negeri. Masa penjajahan tak menjadi halangan bagi mereka untuk bisa berangkat ke Tanah Suci.
Dari penelusuran Tipsiana, orang yang memotret foto-foto tersebut adalah Christian Snouck Hurgronje, seorang warga Belanda yang melakukan penelitian terhadap penyelenggaraan ibadah Haji sekitar tahun 1880-an. Berbekal kamera, ia berangkat ke Konsulat Jenderal Belanda di Jeddah dan mulai mengabadikan berbagai pemandangan yang ia temui. Salah satu yang menarik perhatiannya yakni para jamaah calon Haji yang berasal dari Indonesia.
Foto-foto ini digelar pada pameran bertajuk Hajj – The Journey Through Art, di the Museum of Islamic Art (MIA) in Doha, Qatar beberapa waktu lalu. Berikut deretan foto langka para jemaah Haji asal Indonesia di kota Jeddah dalam perjalanan menuju tanah suci Mekkah pada tahun 1880-an.
WASPADAILAH 3 JENIS AIR MATA!
==============================
احذر ثلاث دمعات
Berhati-hatilah engkau terhadap 3 jenis air mata.
١.دمعة المظلوم
(1).Air mata orang yang dianiaya.
٢.دمعة اليتيم
(2).Air mata anak yatim.
٣.دمعة امك وابك
(3).Air mata ibumu dan ayahmu.
اذا نزلت احدى هذه الدمعات فتحت لنفسك جهنم
Apabila menetes salah satu dari 3 jenis air mata ini,maka dibuka neraka jahannam untuk dirimu.
Apabila kita berbuat buruk kepada salah satu dari tiga orang diatas,maka segeralah minta maaf kepada mereka.