(KEBANCIAN ILMIYAH ULAMA WAHABI)
...
Imam Nawawi salah satu ulama paling produktif dalam berkarya. Puluhan karya beliau menyebar keseluruh jagad raya. Begitu besar penggaruh tulisan Syekh Imam Nawawi, sampai-sampai menembus batas-batas, seperti; Negara, Eropa, Asia, Afrika, Amerika. Arab Saudi yang menjadi pusat peradapan juga mengakui kehebatan Imam Nawawi. Tetapi, mereka mengkrtik kalau akidah Imam Nawawi masih salah.
Ulama Mesir, Syiria, Iran, Indonesia, Pakistan, juga mengakui bahwa karya Imam Nawawi benar-benar top markatob. Pendeknya, Imam Nawawi benar-benar mampu memberikan isnpirasi kepada setiap ulama untuk menulis dan berkarya. Nawawi menulis bukan untuk royalty, karena penyambung lisan Rosulullah SAW, dan menjelaskan pesan-pesan Allah SAW di dalam Al-Quran.
Dari sekian banyak karya beliau, ternyata ada yang tidak disukai oleh ulama Saudi, yaitu kitab ‘’Al-Adkar’’. Padahal kitab ini menjadi kajian dan rujukan utama ulama-ulama dunia. Ketidak sukaan ulama Saudi terhadap kitab ini, karena menyebutkan bab tentang ‘’Istihbab (anjuran) Berziarah Ke Makam Rosulullah SAW’’. Dan, karena memang ziarah Nabi itu sangat di anjurkan. Dan, kebetulan sebagian besar Ulama Saudi (wahabisme) paling anti dengan ‘’ziarah’’. Bahkan tidak segan-segan mengecap ziarah itu sebagai Syirik (menyekutukan Allah SWT).
Rupanya, Ulama Saudi ada yang tidak suka terhadap ‘’Fasl’’ tersebut. Bukanya mengkritik tulisan Imam Nawawi dengan ilmiyah dan jantan. Tetapi, justru merubahnya dengan’’ Faslun fi Ziyarati Masjidi Rosulillah SAW’’. Padahal, hal yang seperti tidak diperkanankan, baik dalam ajaran agama, maupun dunia ilmiyah. Termasuk pada kejahatan intelektual.
Jika memang tidak suka, atau menganggab bahwa berziarah kubur itu haram dan syirik. Tidak perlu merubah karya tulis yang sudah ada. Karena hal ini menunjukkan kalau mereka tidak memiliki nyali untuk menulis, dengan istilah lain tidak percaya diri. Jika boleh membandingkan, antara ulama yang merubah kitab Al-Adzkar dengan Imam Nawawi tidak sebanding, baik ilmu maupun zuhudnya.
Dalam tradisi ilmiyah, jika tidak berkenan, bisa membuat kritikan tidak membohongi orang lain. Sebab, dalam kitab Al-Adzkar yang masih asli, ternyata tulisannya berbeda dengan tulisan yang di cetak oleh Arab Saudi. Setelah diteleti, ternyata yang merubah adalah Lembaga Haiah Muroqobah Al-Matbuat (Badan Sensor Percetakan). Jadi, tidak aneh jika kemudian banyak ulama-ulama yang meragukan kejujuran ulama-ulama Saudi.
Walaupun tidak semua ulama Saudi Arabia demikian.
Ulama Mesir, Syiria, Iran, Indonesia, Pakistan, juga mengakui bahwa karya Imam Nawawi benar-benar top markatob. Pendeknya, Imam Nawawi benar-benar mampu memberikan isnpirasi kepada setiap ulama untuk menulis dan berkarya. Nawawi menulis bukan untuk royalty, karena penyambung lisan Rosulullah SAW, dan menjelaskan pesan-pesan Allah SAW di dalam Al-Quran.
Dari sekian banyak karya beliau, ternyata ada yang tidak disukai oleh ulama Saudi, yaitu kitab ‘’Al-Adkar’’. Padahal kitab ini menjadi kajian dan rujukan utama ulama-ulama dunia. Ketidak sukaan ulama Saudi terhadap kitab ini, karena menyebutkan bab tentang ‘’Istihbab (anjuran) Berziarah Ke Makam Rosulullah SAW’’. Dan, karena memang ziarah Nabi itu sangat di anjurkan. Dan, kebetulan sebagian besar Ulama Saudi (wahabisme) paling anti dengan ‘’ziarah’’. Bahkan tidak segan-segan mengecap ziarah itu sebagai Syirik (menyekutukan Allah SWT).
Rupanya, Ulama Saudi ada yang tidak suka terhadap ‘’Fasl’’ tersebut. Bukanya mengkritik tulisan Imam Nawawi dengan ilmiyah dan jantan. Tetapi, justru merubahnya dengan’’ Faslun fi Ziyarati Masjidi Rosulillah SAW’’. Padahal, hal yang seperti tidak diperkanankan, baik dalam ajaran agama, maupun dunia ilmiyah. Termasuk pada kejahatan intelektual.
Jika memang tidak suka, atau menganggab bahwa berziarah kubur itu haram dan syirik. Tidak perlu merubah karya tulis yang sudah ada. Karena hal ini menunjukkan kalau mereka tidak memiliki nyali untuk menulis, dengan istilah lain tidak percaya diri. Jika boleh membandingkan, antara ulama yang merubah kitab Al-Adzkar dengan Imam Nawawi tidak sebanding, baik ilmu maupun zuhudnya.
Dalam tradisi ilmiyah, jika tidak berkenan, bisa membuat kritikan tidak membohongi orang lain. Sebab, dalam kitab Al-Adzkar yang masih asli, ternyata tulisannya berbeda dengan tulisan yang di cetak oleh Arab Saudi. Setelah diteleti, ternyata yang merubah adalah Lembaga Haiah Muroqobah Al-Matbuat (Badan Sensor Percetakan). Jadi, tidak aneh jika kemudian banyak ulama-ulama yang meragukan kejujuran ulama-ulama Saudi.
Walaupun tidak semua ulama Saudi Arabia demikian.