Wednesday, June 1, 2016
Kisah Inspiratif : " HARTAKU KUBAWA MATI "
Haji Usman. Pemilik salah satu usaha batik dan olahan texstil
terkemuka di Yogyakarta, memang dikenal kedermawanannya,
seakan harta telah begitu tak berharga.
Ringan baginya membuka kotak tabungannya, gampang
baginya merogoh kantong simpanan dan seakan tanpa beban
dia mengulur bantuan.
Inilah mungkin sosok nyata orang yg Dunia di tangannya dan
Akhirat dihatinya.
Maka beberapa orang pengusaha muda bersemangat
mendatangi beliau.
“Ajarkan pada kami, Ji,” kata mereka, “Bagaimana caranya
agar kami seperti haji Usman. Bisa sukses bisnis, tidak cinta
pada harta dan tidak sayang pada kekayaan... Hingga
bersedeqah terasa ringan.
“Wah..!!", sahut Haji Usman tertawa, “Antum salah alamat ”
“Lho...?!”.
“Lha iya. Kalian datang pada orang yg salah.... Saya ini
SANGAT SAYANG & MENCINTAI HARTA SAYA. Saya ini sangat
mencintai Aset yg saya miliki ".
“Lho...!!!”
“Koq lho..." Saking cinta dan sayangnya pada harta, saya
SAMPAI TIDAK RELA MENINGGALKAN HARTA SAYA DI DUNIA
INI. AKAN SAYA BAWA MATI DIKUBUR DENGAN HARTA BISNIS
SAYA..
Saya itu TIDAK MAU BERPISAH dengan kekayaan saya.
Makanya sementara ini saya titip-titipkan dulu...
TITIP pada Masjid,
TITIP pada anak yatim,
TITIP pada fakir miskin,
TITIP pada madrasah,
TITIP pada pesantren,
TITIP pada pejuang fii sabilillah.
TITIP pada Guru2 Agama
TITIP pada karyawan yg rajin Ibadah
TITIP pada sodara dan karyawan yg dirawat sakit
Alhamdulillah ada yg berkenan mau dititipi, saya senang
sekali. Alhamdulillah ada yg sudi diamanati, saya bahagia
sekali.
Pokoknya DI AKHIRAT NANTI MAU SAYA AMBIL LAGI, TITIPAN
SAYA
Saya ingin kekayaan saya itu dapat saya nikmati berlipat-
lipat di alam kubur dan di akhirat".
“Lah...!” Siapa bilang harta tdk dibawa mati....?
Harta itu dibawa mati....!!! Caranya ? ... JANGAN BAWA
SENDIRI... Minta tolong dibawakan oleh anak Yatim, Fakir
miskin, orang-orang yg berjuang di jalanNYA....dll... .dll
karena anak dan keluarga saya hanya kasih kain putih....
ISLAM AGAMA DALIL IKUTI DALIL-DALIL NABAWI BUKAN DALIL-DALIL WAHABI
Al-Quran adalah sumber dalil-dalil hukum yang pertama dan As-sunnah adalah sumber dalil-dalil yang kedua.
Di dalam hadits yang di riwayatkan oleh Imam Ahmad dan imam Abu Daud.
Rasulullah ﷺ bersabda;
رسول الله صلى الله عليه وسلم أنه قال ألا إني أوتيت الكتاب ومثله معه [رواه أبو داود وأحمد]
"Aku ini di beri oleh Allah Al-Qur'an, dan ada yang semisal dengan Al-Quran yaitu hadist".
Oleh sebab itu seorang muslim harus berhujjah dengan dalil-dalil Nabawi yang bersumber dari Al-Quran maupun As-sunnah yang qath'i, jelas, adil, bijaksana, tegas. Dan telah di jelaskan serta di jabarkan oleh para ulama dan imam madzhab, para ulama Ahli fiqih para ulama ahli hadits dan ahli tafsir serta para ulama ahlu sunnah wal-haq dengan rinci dan detail.
Mengapa kita dilarang berhujjah dengan dalil-dalil selain dalil-dalil Nabawi yang bersumber dari Al-Quran dan As-Sunnah. Sebab selain dalil-dalil Nabawi adalah dalil-dalil Bathil.
Dan yang lebih parah lagi adanya kelompok- kelompok yang menggunakan dalil-dalil Al-Quran dan As-Sunnah untuk kebathilan.
Seperti contoh-nya :
⚡️ Ayat-ayat Al-Quran yang di turunkan untuk orang kafir, mereka gunakan untuk mengkafirkan umat islam.
⚡️ Ayat-ayat Al-Quran yang turun berkenaan untuk orang musyrik mereka gunakan untuk mensyrikkan umat islam.
⚡️ Hadits-hadits tentang ahlul bid'ah mereka tujukan untuk membid'ahkan Ahlussunnah. Dan masih banyak lagi lainya.
Menggunakan dalil-dalil Al-Quran dan As-Sunnah untuk kebathilan merupakan suatu bentuk penipuan dan dusta yang nyata atas nama agama.
الله المستعان.....
✒_____
Di tulis oleh: Abu Muhammad Al-Maduri حفظه الله.
KETIKA PERUT RASULULLAH SAW BERBUNYI
Suatu ketika Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallama Menjadi imam sholat. Para sahabat yang menjadi makmum di belakangnya mendengar bunyi gemercik menggerutup seolah-olah sendi-sendi pada tubuh Rasulullah bergeser antara satu sama lain.
Sayidina Umar yang tidak tahan melihat keadaan baginda itu langsung
bertanya setelah selesai sholat, ”Ya Rasulullah, kami melihat
seolah-olah tuan menanggung penderitaan yang amat berat, apakah Anda
sakit?” Namun Rasulullah menjawab, ”Tidak. Alhamdulillah, aku sehat dan
segar.” Mendengar jawaban ini Umar bin khatab melanjutkan pertanyaannya,
”Lalu mengapa setiap kali engkau menggerakkan tubuh, kami mendengar
seolah-olah sendi bergesekan di tubuh tuan? Kami yakin engkau sedang
sakit…” Melihat kecemasan di wajah para sahabatnya,Rasulullah pun
mengangkat jubahnya.
Para sahabat amat terkejut. Terlihatlah perut Manusia yang dimuliakan Allah ini, Dan Ternyata perut Rasulullah yang kempis, kelihatan dililiti sehelai kain yang berisi batu kerikil untuk menahan rasa lapar. Batu-batu kecil itulah yang menimbulkan bunyi-bunyi halus setiap kali tubuh Rasulullah bergerak.
Umar memberanikan diri berkata, ”Ya Rasulullah! Adakah bila engkau menyatakan lapar dan tidak punya makanan, lalu kami hanya akan tinggal diam?” Rasulullah menjawab dengan lembut, ”Tidak para sahabatku. Aku tahu, apa pun akan engkau korbankan demi Rasulmu ini. TETAPI APAKAH YANG AKAN AKU JAWAB DIHADAPAN ALLAH NANTI,APABILA AKU SEBAGAI PEMIMPIN, MENJADI BEBAN BAGI UMMATNYA..??” Para sahabat yang mendengar hanya tertegun menderaikan air mata. Rasulullah melanjutkan, ”Biarlah kelaparan ini sebagai hadiah
“Ya Allah, limpahkanlah shalawat serta salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad, sang cahaya-Mu yang selalu bersinar dan pemberian-Mu yang tak kunjung putus, dan kumpulkanlah aku dengan Rasulullah di setiap zaman, serta shalawat untuk keluarganya dan sahabatnya, wahai Sang Cahaya.”
آمين...
Para sahabat amat terkejut. Terlihatlah perut Manusia yang dimuliakan Allah ini, Dan Ternyata perut Rasulullah yang kempis, kelihatan dililiti sehelai kain yang berisi batu kerikil untuk menahan rasa lapar. Batu-batu kecil itulah yang menimbulkan bunyi-bunyi halus setiap kali tubuh Rasulullah bergerak.
Umar memberanikan diri berkata, ”Ya Rasulullah! Adakah bila engkau menyatakan lapar dan tidak punya makanan, lalu kami hanya akan tinggal diam?” Rasulullah menjawab dengan lembut, ”Tidak para sahabatku. Aku tahu, apa pun akan engkau korbankan demi Rasulmu ini. TETAPI APAKAH YANG AKAN AKU JAWAB DIHADAPAN ALLAH NANTI,APABILA AKU SEBAGAI PEMIMPIN, MENJADI BEBAN BAGI UMMATNYA..??” Para sahabat yang mendengar hanya tertegun menderaikan air mata. Rasulullah melanjutkan, ”Biarlah kelaparan ini sebagai hadiah
“Ya Allah, limpahkanlah shalawat serta salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad, sang cahaya-Mu yang selalu bersinar dan pemberian-Mu yang tak kunjung putus, dan kumpulkanlah aku dengan Rasulullah di setiap zaman, serta shalawat untuk keluarganya dan sahabatnya, wahai Sang Cahaya.”
آمين...
Hukuman ALLAH SWT
Madras Ribath - Ketika seorang pemuda bertanya kepada Imam Hasan Al-Basri :
.
"Aku telah banyak melakukan maksiat,mengapa aku tidak dihukum oleh Allah?" Lantas imam Hassan Al Basri bertanya kembali kepada pemuda itu..
.
"Apakah setiap malam kamu bangun tahajud?"
.
"Tidak." ujar pemuda itu..
.
"Itulah hukuman kamu yang seberat-beratnya.Tiada hukuman yg lebih berat jika Allah telah berpaling darimu. Dia tidak lagi mau "berbicara" dan "mendengar bicara " darimu, dibiarkan terlena itu panjang padamu..
.
"Cukuplah Allah swt menarik nikmat dan kelazatan tahajjud dlm dirimu itu sbg hukuman kepadamu"..
Allahuma sholii alaa sayyidina muhammad wa alaa aalihi wa shohbihi wa salim.
IBUNDA IMAM SYAFII, SEORANG IBU YANG TIDAK BANGGA ATAS KEKAYAAN ANAKNYA
Lahirnya Ulama' Besar tak lepas dari peran seorang ibunda yang sholihah .
___
" Nak pergilah menuntut ilmu tuk jihad di jalan Allah, Kelak kita bertemu di akhirat saja .... " Perintah Ibunda Imam Syafi'i kepada Imam Syafi'i sebelum rihlah mondoknya .
Kemudian, Imam Syafi'i berangkat dari makkah ke madinah, kemudian ke Iraq. Di Iraq Imam syafi'i BUKAN 1 sampek 2 tahun, karena beliau tidak berani pulang ke rumah , karena ketika beliau ingin pulang beliau teringat pesan ibunda beliau tersebut ( " Kelak kita bertemu di akhirat saja...") sehingga sebelum ada Izin dari Ibunya beliau tidak berani Pulang ke rumah. Nah kemudian di Iraq beliau menjadi orang besar, Ulama' dan alim. sehingga setiap ada rombongan dari Iraq mau haji, Ibunya Imam Syafi'i dateng dan ikut berhaji juga.
Suatu ketika ada halaqoh besar di masjidil harom, Ada seorang ulama besar dari Iraq dalam perkataanya sering menyebut "Muhammad Bin Idris Asy-syafii berkata begini begini ...". Kemudian Ibunya Imam Syafi'i bertanya " Ya Sayikh, Siapakah Muhammad bin Idris Asy-syafi'i itu ? "
Kemudian Syaikh tersebut menjawab dengan bangganya , "Dia adalah guruku, seorang yang 'Alim, Cerdas, Sholeh yang berada di Iraq. Asalnya dari mekkah sini... "
Kemudian Ibu Imam Syafi'i berkata "Ketahuilah Syaikh, Muhammad Bin Idris Asy-syafii itu adalah Anak-ku.... "
Syaikh itu-pun kaget dan tercengang " Subhanalloh, wahai ibu, Benarkah hal itu ?"
"Ya, benar. dia adalah ANAK-KU..." Jawab ibu imam syafi'i.
Rombangan dari Iraq itupun seketika menunduk, sebagai tanda hormat kepada Ibu Imam Syafi'i, Kemudian Syaikh tersebut berkata "Wahai ibu, Sepulang dari haji ini kita akan kembali ke Iraq. Apa pesanmu kepada Imam Syafi'i ? "
Kemudian Ibunda Imam Syafi'i berkata " Pesanku kepada syafi'i " Sekarang, Jikalau dia sekarang ingin pulang, aku mengizininya untuk pulang...."
Kemudian, Sepulang dari haji, Syaikh beserta rombongan Iraq itupun menyampaikan Pesan tersebut kepada Imam Syafi'i RA. bahwasanya "Ibundanya, mengizinkan beliau untuk pulang ke rumah....", mendengar hal tersebut, mata beliaupun terharu dan merasa bahagia.
Ini artinya Imam Syafi'i masih berkesempatan bertemu dengan sang Ibunda di dunia ini, walaupun sebelumnya ibundanya berkata "kita bertemu di akhirat saja....".
Imam Syafi'i tidak mengulur-ngulur waktu, beliaupun berkemas kemas ingin sesegera mungkin bertemu sang Ibunda di makkah. Sebelumnya Imam Syafi'i berpamitan kepada warga Iraq setempat. Karena keAliman dan kemasyhuran beliau di Iraq, Masyarakat yang mencintai dan mengagumi beliau, merasa bersimpati kepada Imam Syafi'i dengan memberi apa yang mereka punya dari kekayaan mereka , ada yang memberi Unta, Dinar DLL sekedar bekal belaka. Walhasil, Imam Syafi'i pun pulang dengan membawa puluhan unta dan di kawal oleh beberapa santri beliau.
(Berangkatnya "Niat nyari Ilmu", Pulang "membawa kekayaan". beda ma anak-anak kita. )
Sesampai di perbatasan kota mekkah, Imam Syafi'i mengutus seorang santrinya agar mengabarkan kepada Ibundanya bahwa saat ini beliau sudah di perbatasan kota mekkah. (dan seperti ini termasuk sunnah , yakni mengabarkan rumah ketika seseorang mau pulang supaya pihak rumah mempersiapkan sesuatu. bukan membuat malah kejutan)
Kemudian, Santri Imam Syafi'i-pun mengetuk pintu rumah.
"Siapa itu ?" Tanya Ibunda Imam Syafi'i.
"Saya adalah santri Imam syafi'i yang di utus beliau agar mengabarkan kepada anda, bahwa Imam Syafi'i sekarang sudah berada di perbatasan kota mekkah" Jawab santri Imam Syafi'i.
Lalu Ibunda Imam Syafi'i berkata " Syafi'i Membawa apa ? ..."
Dengan Bangga Santri Imam Syafi'i menjawab " Imam Syafi'i pulang dengan membawa puluhan unta dan harta lainya..."
Mendengar penuturan santri Imam Syafi'i yang polos itu, Ibunda Imam Syafi'i menutup pintunya sambil berkata " AKu menyuruh Syafi'i ke Iraq bukan untuk mencari dunia....!!!
beritahu kepada Syafi'i bahwa dia tidak boleh pulang ke rumah....!! "
Menuruti perintah ibunda Imam Syafi'i, santri Imam Syafi'ipun gemetar dan berkata kepada Imam Syafi'i "Wahai Imam, Ibunda anda marah ? dan menyuruh anda untuk tidak boleh pulang ke tumah."
Lalu Imam Syafi'i berkata " mengapa bisa demikian ?"
Santrinya pun menjawab " Wahai Imam, Sesungguhnya ibunda anda bertanya ? syafi'i membawa apa ? kemudian aku berkata bahwa " Imam Syafi'i Syafi'i membawa puluhan unta dan kekayaan lainnya...."
"Sungguh kesalahan besar dirimu, jika engkau menganggap Ibundaku akan bahagia dengan harta yang ku bawa ini. Baiklah, sekarang kumpulkan orang mmekkah dan bagikan semua unta dan kekayaan lainya pada penduduk mekkah, dan sisakan kitab-ku, setelah itu khabarkan lagi kepada Ibuku.... " Ujar Imam Syafi'i kepada santrinya.
Santri Imam Syafi'i itupun menurut apa yang diperintahkan oleh gurunya, lantas ia kembali ke rumah Imam Syafi'iuntuk menemui ibunda beliau. sesampai di depan rumah ia mengetuk pintu, dan terdengarlah dari dalam rumah "Siapa ?"
" Saya adalah Murid Imam Syafi'i yang kemarin dan ingin mengabarkan kepada anda, bahwa Imam Syafi'i telah membagikan semua untanya dan harta yang lainnya, yang beliau bawa hanya KITAB dan ILMU...." Jawab santri Imam Syafi'i.
"Alhamdulillah, Baiklah sekarang khabarkan kepada Syafi'i bahwa dia boleh pulang ke rumah dan dia aku tunggu ..."
Mendegar khabar itu Imam Syafi'i bahagia dan terharu dengan khabar tersebut, seraya mencium ibundanya yang telah lama tidak bertemu.
TASAWUF DAN MODERNISASI
Tasawuf dan modernisasi adalah dua term yang tidak bisa dipisahkan dan harus dimiliki oleh manusia karena keduanya memiliki peran masing-masing dalam diri manusia yakni dalam mengemban amanat-Nya sebagai wakil Allah Swt di muka bumi. Oleh karena itu, usaha mengembangkan keduanya menjadi sesuatu yang harus kita optimalkan. Bagaimana bertasawuf tanpa meninggalkan aktifitas di zaman modern tanpa meninggalkan konsep-konsep tasawuf.
Penulis yakin bahwa asumsi tentang peradaban zaman modern adalah bukan sesuatu yang “kotor”, apalagi tanpa “nilai” karena peradaban zaman modern (ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern yang merupakan ciri dari peradaban modern), dapat membimbing manusia kepada Allah beserta keagungan-Nya.
Alam semesta yang sangat luas adalah ciptaan Allah dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dapat dijadikan instrumen manusia untuk menyelidikinya, mengungkapkan keajaiban-Nya dan berusaha memanfaatkan kekayaan alam yang melimpah ruah untuk kesejahteraan hidupnya.
Dengan melihat peranan teknologi modern dan tasawuf yang sangat penting dalam kehidupan manusia, maka tidak selayaknya jika kita menempatkan keduanya pada posisi yang “antagonistik” (bertentangan satu dengan yang lain), tetapi hendaknya kita menempatkan keduanya pada posisi yang sejajar yakni sebagai mitra untuk membahagiakan manusia baik lahir maupun batin.
Teknologi modern memenuhi kepuasan lahir manusia dengan menampilkan seperangkat teknologi yang dapat memenuhi segala kebutuhan jasmani manusia, sedangkan tasawuf memenuhi kepuasan batin manusia dengan menampilkan seperangkat metodologi dalam mendekatkan diri pada kesempurnaan Allah Swt sehingga dapat memenuhi kebutuhan batin manusia. Oleh karena itu agar kehidupan menjadi semakin bermakna dan tidak mengurangi eksistensi kemanusiaan manusia modern, maka perlu adanya penanaman benih kesufian melalui jalan diterimanya tasawuf di tengah-tengah masyarakat muslim yang sedang menikmati dan mendayagunakan teknologi modern, sehingga apa yang diharapkan manusia itu sendiri yakni terwujudnya hidup yang aman, damai, sejahtera baik lahir maupun batin dapat benar-benar terealisasikan.
Membahas Tentang Orang Tua Rosulullah SAW
Kafirkah Orang Tua Rasullulloh?
(Meluruskan pemahaman yang sangat lancang)
Assalamualaikum Wr. Wb.
Madras Ribath - Pak Ustadz, saya pernah membaca sebuah artikel dari seorang ust, yang menyatakan bahwa kedua orang tua Rasullulloh wafat dalam keadaan kafir dan masuk neraka, benarkah demikian? Mohon jawabannya.Terima kasih.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Jawaban :
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Sebenarnya apa yang anda baca itu tidak akan memberikan faedah apa-apa buat keimanan kita. Dan mengingat bahwa kedua orang tua beliau SAW sudah wafat, maka apakah masuk surga atau neraka, semua menjadi urusan Allah.
Namun tidak ada salahnya untuk sedikit kita ulas di sini masalah tersebut, agar tidak melahirkan penasaran terus.
Sesungguhnya pertanyaan seperti ini memang mengusik perhatian .
Pendapat Pertama(jumhur,atau mayoritas ulama)
mengatakan bahwa keduanya termasuk ahlul fatrah, yaitu orang-orang yang hidup di masa tidak ada kenabian. Semenjak nabi Isa as hingga diutusnya nabi berikutnya terpaut jarak waktu yang panjang. Umat manusia hidup tanpa adanya risalah kenabian. Sebagian ulama mengatakan bahwa manusia yang hidup di masafatrah ini tidak dimintai pertanggung-jawaban.
Mereka mendasarkan pendapatnya dari firman Allah SWT:
Dan tidaklah Kami mengazab kecuali setelah mengirim seorang rasul (QS. Al-Isra:15)
Dan pendapat ini cukup adil dan sangat kuat karena tidak akan mungkin bertentangan antara dalil al quran dan hadits
Ini bisa juga kita baca dalam kitab shahih tirmizi bab mimpi,bahwa sepupu khadijah ra pun wafat sebelum nabi d angkat menjadi rosul,dan dalam mimpi itu nabi saw memberi isyarat bahwa warokoh bin naufal dalam syurga.
lantaran secara nalar tentu kita tidak bisa menerima bila seseorang dimasukkan ke dalam neraka, padahal tidak ada seorang nabi pun yang mengajarkan agama kepada mereka. Bagaimana Allah SWT yang Maha Adil itu sampai tega menghukum orang yang tidak tahu apa-apa?
Pendapat ini didukung antara lain oleh Al-Imam As-Suyuthi dan lainnya.
Dalil hadits
Hadits Nabi SAW :
قال رسول الله (( لم ازل انقل من اصلاب الطاهرين الى ارحام الطاهرات ))
“ aku (Muhammad SAW) selalu berpindah dari sulbi-sulbi laki-laki yang suci menuju rahim-rahim perempuan yang suci pula”
Jelas sekali Rasulullah SAW menyatakan bahwa kakek dan nenek moyang beliau adalah orang-orang yang suci bukan orang-orang musyrik karena mereka dinyatakan najis dalam Al-Qur’an. Allah SWT berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنَّمَا الْمُشْرِكُونَ نَجَسٌ
“Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis”
Nama ayah Nabi Abdullah, cukup membuktikan bahwa beliau beriman kepada Allah bukan penyembah berhala.
Jika anda ingin mengetahui lebih banyak, maka bacalah kitab ‘Masaliku al-hunafa fi waalidai al-Musthafa” karangan Imam Suyuthi.
Dalil ke3
As-Suhaili setelah meriwayatkan hadits al-Hakim dari Ibnu Mas’ud (dan dikatakan shahih olehnya):
سُئِلَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ أَبَوَيْهِ فَقَالَ مَا سَأَلْتُهُمَا رَبِّي فَيُعْطِيْنِي فِيْهِمَا وَإِنِّي الْقَائِمُ يَوْمَئِذٍ الْمَقَامَالْمَحْمُوْدَ
“Rasulallah ditanya tentang ayahanda dan ibunda beliau, beliau menjawab: ‘Sesuatu yang aku minta kepada Tuhanku untuk kedua orang tuaku, Allah memberikannya kepadaku untuk kedua orang tuaku, dan aku yang akan mengurus mereka saat dalammaqam mahmud [syafaat].
Pendapat Kedua
Namun sebagian ulama berkesimpulan yang berbeda. Sebab mereka mendapati adanya hadits yang sekilas sangat tegas menyebutkan bahwa Rasulullah tidak diizinkan untuk memintakan ampunan buat kedua orang tuanya.
Rasulullah SAW bersabda, "Aku meminta izin kepada Tuhanku untuk memintakan ampunan buat ibuku, namun Dia tidak mengizinkan Aku. Aku meminta izin untuk menziarahi kuburnya, Aku pun diizinkan." (HR. Muslim)
Imam Suyuthi menerangkan bahwa Hammad perowi hadits di atas diragukan oleh para ahli hadits dan hanya diriwayatkan oleh Imam Muslim. Padahal banyak riwayat lain yang lebih kuat darinya seperti riwayat Ma’mar dari Anas, al-Baihaqi dari Sa’ad bin Abi Waqosh :
“اِنَّ اَعْرَابِيًّا قَالَ لِرَسُوْلِ الله اَيْنَ اَبِي قَالَ فِي النَّارِ قَالَ فَأَيْنَ اَبُوْكَ قَالَ حَيْثُمَا مَرَرْتَ بِقَبْرِ كَافِرٍ فَبَشِّّرْهُ بِالنَّارِ”
Sesungguhnya A’robi berkata kepada RasulullahSAW “ dimana ayahku ?, Rasulullah SAW menjawab : “ dia di neraka”, si A’robi pun bertanya kembali “ dimana AyahMu ?, Rasulullah pun menawab “ sekiranya kamu melewati kuburan orang kafir, maka berilah kabar gembira dengan neraka “
Riwayat di atas tanpa menyebutkan ayah Nabi di neraka.
Kalau kita pahami sekilas memang ada kesan bahwa ibunda nabi SAW itu tidak masuk surga. Sebab Rasulllah SAW sampai memerlukan memintakan ampunan atasnya. Dan ternyata permintaan itu tidak dikabulkan Allah SWT.
Namun kesimpulan pendapat kedua ini tidak bisa diterima Mereka menolak bila hadits itu disimpulkan dengan cara demikian. Kalau Allah SWT tidak memperkenankan Rasulullah SAW memintakan ampunan untuk kedua orang tua, tidak berarti orang tuanya bukan muslim. Sebagaimana ketika Rasulullah SAW tidak menyalatkan jenazah yang masih punya hutang, sama sekali tidak menunjukkan bahwa jenazah it mati dalam keadaan kafir.
Adapun larangan Allah SWT untuk memintakan ampunan orang kafir adalah semata-mata karena orang itu sudah diajak masuk Islam, namun tetap membangkang dan akhirnya tidak sempat masuk Islam dan mati dalam keadaan kafir. Sedangkan kedua orang tua nabi SAW sama sekali belum pernah membangkang atau mengingkari dakwah. Sebab mereka ditakdirkan Allah SWT untuk hidup sebelum masa turunnya wahyu.
Sebaiknya buat kita untuk segera menutup diskusi seperti ini, karena tidak akan menambah apapun. Sementara bagi Rasulullah SAW justru akan sangat mengiris dan menyakiti hati beliau . Dan kita tidak boleh menyakiti hati beliau dengan memvonis bahwa kedua orang tua beliau kafir.
Al-Qadhi Ibnu Arabi al-Maliki, seorang ahli fiqih dan hadits dari kalangan Malikiyyah, ketika ditanya tentang seseorang yang mengatakan bahwa ayahhanda Nabi masuk Neraka, beliau menjawab: “Orang tersebut dilaknat karena Allah berfirman (Q.S. al-Ahzab: 57):
إنَّ الّذِينَ يُؤْذُونَ اللهَ وَرَسُولَهُ لَعَنَهُمُ اللهُ في الدُّنْيَا والآخِرَةِ
“Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan rasul-Nya dilaknat oleh Allah di dunia dan akhirat.”[12]
As-Suhaili setelah meriwayatkan hadits al-Hakim dari Ibnu Mas’ud (dan dikatakan shahih olehnya):
Sedangkan dalil yang mengatakan orang tua nabi dalam neraka itu sangat bertentangan dengan banyak riwayat di atas tadi kita
Wallahu a'lam bishshawab wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Jawaban :
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Sebenarnya apa yang anda baca itu tidak akan memberikan faedah apa-apa buat keimanan kita. Dan mengingat bahwa kedua orang tua beliau SAW sudah wafat, maka apakah masuk surga atau neraka, semua menjadi urusan Allah.
Namun tidak ada salahnya untuk sedikit kita ulas di sini masalah tersebut, agar tidak melahirkan penasaran terus.
Sesungguhnya pertanyaan seperti ini memang mengusik perhatian .
Pendapat Pertama(jumhur,atau mayoritas ulama)
mengatakan bahwa keduanya termasuk ahlul fatrah, yaitu orang-orang yang hidup di masa tidak ada kenabian. Semenjak nabi Isa as hingga diutusnya nabi berikutnya terpaut jarak waktu yang panjang. Umat manusia hidup tanpa adanya risalah kenabian. Sebagian ulama mengatakan bahwa manusia yang hidup di masafatrah ini tidak dimintai pertanggung-jawaban.
Mereka mendasarkan pendapatnya dari firman Allah SWT:
Dan tidaklah Kami mengazab kecuali setelah mengirim seorang rasul (QS. Al-Isra:15)
Dan pendapat ini cukup adil dan sangat kuat karena tidak akan mungkin bertentangan antara dalil al quran dan hadits
Ini bisa juga kita baca dalam kitab shahih tirmizi bab mimpi,bahwa sepupu khadijah ra pun wafat sebelum nabi d angkat menjadi rosul,dan dalam mimpi itu nabi saw memberi isyarat bahwa warokoh bin naufal dalam syurga.
lantaran secara nalar tentu kita tidak bisa menerima bila seseorang dimasukkan ke dalam neraka, padahal tidak ada seorang nabi pun yang mengajarkan agama kepada mereka. Bagaimana Allah SWT yang Maha Adil itu sampai tega menghukum orang yang tidak tahu apa-apa?
Pendapat ini didukung antara lain oleh Al-Imam As-Suyuthi dan lainnya.
Dalil hadits
Hadits Nabi SAW :
قال رسول الله (( لم ازل انقل من اصلاب الطاهرين الى ارحام الطاهرات ))
“ aku (Muhammad SAW) selalu berpindah dari sulbi-sulbi laki-laki yang suci menuju rahim-rahim perempuan yang suci pula”
Jelas sekali Rasulullah SAW menyatakan bahwa kakek dan nenek moyang beliau adalah orang-orang yang suci bukan orang-orang musyrik karena mereka dinyatakan najis dalam Al-Qur’an. Allah SWT berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنَّمَا الْمُشْرِكُونَ نَجَسٌ
“Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis”
Nama ayah Nabi Abdullah, cukup membuktikan bahwa beliau beriman kepada Allah bukan penyembah berhala.
Jika anda ingin mengetahui lebih banyak, maka bacalah kitab ‘Masaliku al-hunafa fi waalidai al-Musthafa” karangan Imam Suyuthi.
Dalil ke3
As-Suhaili setelah meriwayatkan hadits al-Hakim dari Ibnu Mas’ud (dan dikatakan shahih olehnya):
سُئِلَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ أَبَوَيْهِ فَقَالَ مَا سَأَلْتُهُمَا رَبِّي فَيُعْطِيْنِي فِيْهِمَا وَإِنِّي الْقَائِمُ يَوْمَئِذٍ الْمَقَامَالْمَحْمُوْدَ
“Rasulallah ditanya tentang ayahanda dan ibunda beliau, beliau menjawab: ‘Sesuatu yang aku minta kepada Tuhanku untuk kedua orang tuaku, Allah memberikannya kepadaku untuk kedua orang tuaku, dan aku yang akan mengurus mereka saat dalammaqam mahmud [syafaat].
Pendapat Kedua
Namun sebagian ulama berkesimpulan yang berbeda. Sebab mereka mendapati adanya hadits yang sekilas sangat tegas menyebutkan bahwa Rasulullah tidak diizinkan untuk memintakan ampunan buat kedua orang tuanya.
Rasulullah SAW bersabda, "Aku meminta izin kepada Tuhanku untuk memintakan ampunan buat ibuku, namun Dia tidak mengizinkan Aku. Aku meminta izin untuk menziarahi kuburnya, Aku pun diizinkan." (HR. Muslim)
Imam Suyuthi menerangkan bahwa Hammad perowi hadits di atas diragukan oleh para ahli hadits dan hanya diriwayatkan oleh Imam Muslim. Padahal banyak riwayat lain yang lebih kuat darinya seperti riwayat Ma’mar dari Anas, al-Baihaqi dari Sa’ad bin Abi Waqosh :
“اِنَّ اَعْرَابِيًّا قَالَ لِرَسُوْلِ الله اَيْنَ اَبِي قَالَ فِي النَّارِ قَالَ فَأَيْنَ اَبُوْكَ قَالَ حَيْثُمَا مَرَرْتَ بِقَبْرِ كَافِرٍ فَبَشِّّرْهُ بِالنَّارِ”
Sesungguhnya A’robi berkata kepada RasulullahSAW “ dimana ayahku ?, Rasulullah SAW menjawab : “ dia di neraka”, si A’robi pun bertanya kembali “ dimana AyahMu ?, Rasulullah pun menawab “ sekiranya kamu melewati kuburan orang kafir, maka berilah kabar gembira dengan neraka “
Riwayat di atas tanpa menyebutkan ayah Nabi di neraka.
Kalau kita pahami sekilas memang ada kesan bahwa ibunda nabi SAW itu tidak masuk surga. Sebab Rasulllah SAW sampai memerlukan memintakan ampunan atasnya. Dan ternyata permintaan itu tidak dikabulkan Allah SWT.
Namun kesimpulan pendapat kedua ini tidak bisa diterima Mereka menolak bila hadits itu disimpulkan dengan cara demikian. Kalau Allah SWT tidak memperkenankan Rasulullah SAW memintakan ampunan untuk kedua orang tua, tidak berarti orang tuanya bukan muslim. Sebagaimana ketika Rasulullah SAW tidak menyalatkan jenazah yang masih punya hutang, sama sekali tidak menunjukkan bahwa jenazah it mati dalam keadaan kafir.
Adapun larangan Allah SWT untuk memintakan ampunan orang kafir adalah semata-mata karena orang itu sudah diajak masuk Islam, namun tetap membangkang dan akhirnya tidak sempat masuk Islam dan mati dalam keadaan kafir. Sedangkan kedua orang tua nabi SAW sama sekali belum pernah membangkang atau mengingkari dakwah. Sebab mereka ditakdirkan Allah SWT untuk hidup sebelum masa turunnya wahyu.
Sebaiknya buat kita untuk segera menutup diskusi seperti ini, karena tidak akan menambah apapun. Sementara bagi Rasulullah SAW justru akan sangat mengiris dan menyakiti hati beliau . Dan kita tidak boleh menyakiti hati beliau dengan memvonis bahwa kedua orang tua beliau kafir.
Al-Qadhi Ibnu Arabi al-Maliki, seorang ahli fiqih dan hadits dari kalangan Malikiyyah, ketika ditanya tentang seseorang yang mengatakan bahwa ayahhanda Nabi masuk Neraka, beliau menjawab: “Orang tersebut dilaknat karena Allah berfirman (Q.S. al-Ahzab: 57):
إنَّ الّذِينَ يُؤْذُونَ اللهَ وَرَسُولَهُ لَعَنَهُمُ اللهُ في الدُّنْيَا والآخِرَةِ
“Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan rasul-Nya dilaknat oleh Allah di dunia dan akhirat.”[12]
As-Suhaili setelah meriwayatkan hadits al-Hakim dari Ibnu Mas’ud (dan dikatakan shahih olehnya):
Sedangkan dalil yang mengatakan orang tua nabi dalam neraka itu sangat bertentangan dengan banyak riwayat di atas tadi kita
Wallahu a'lam bishshawab wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
PENTINGNYA MEMBACA SURAT AL FATH DI MALAM PERTAMA RAMADHAN
1. Telah disebutkan di dalam kitab Kanzun Najaah Was Surur, karya Syeikh ‘Abdul Hamid bin Muhammad ‘Ali bin ‘Abdul Qaadir al-Quddus al-Makki asy-Syafie tentang keutamaan membaca surat al-Fath pada malam awal Ramadhan.
Faedah: Membaca Surah al-Fath Pada Malam Awal Ramadhan. Telah berkata Syaikh Abu Bakar an-Naisaaburi, "Aku telah mendengar Muhammad bin ‘Abdul Malik berkata, aku telah mendengar Yazid bin Harun berkata, aku telah mendengar as-Sam’udi berkata, 'Telah sampai kepadaku bahwa barangsiapa membaca surah al-Fath pada malam awal (malam pertama) Ramadhan di dalam sholat tathawwu’ (solat sunat), dia berada di dalam penjagaan Allah untuk tahun tersebut'.
2. Sulthonul Ulama' Al Habib Salim bin Abdullah Asy Syathiri berkata, "Hendaknya kita melakukan shalat di malam pertama bulan Ramadhan empat rakaat, yang dibaca untuk setiap rakaatnya satu maqra (tempat tanda bacaan) dari surah Al-Fath (Inna fatahna laka fathan mubina…).
Diriwayatkan oleh Al- Khatib Asy-Syarbini bahwa barang siapa melakukan hal tersebut di awal malam Ramadhan, ia akan menjalani kehidupannya setahun dalam kebaikan dan berkecukupan. Hendaknya engkau melakukan hal itu".
(Catatan) Tentang membaca surat Al Fath di malam pertama bulan Ramadhan ini, penulis menyimpulkan cara pengamalan dari dua sumber di atas.
Caranya, dirikanlah sholat sunat apapun di malam pertama Ramadhan, dan bacalah di dalam sholat tersebut (setelah membaca surah al-Fatihah), separuh daripada surat al-Fath dan sempurnakan separuhnya lagi di dalam rakaat kedua. Bisa dilakukan dua roka'at saja, atau empat roka'at.
3. Tersebut juga di dalam kitab al-Wasaailul asy-Syaafi’ah fi al-Adhkar an-Naafi’ah wa al-Auraad al-Jaami’ah wa ats-Tsimaar al-Yaani’ah wa al-Hujub al-Hariizah al-Maani’ah ‘an an-Nabiy صلى الله عليه وآله وسلم karya al-Imam al-‘Allamah as-Sayyid asy-Syarif al-Muhaddits al-Habib Muhammad bin ‘Ali Khirid al-‘Alawi al-Husaini at-Tarimi (wafat 960هـــ), halaman 474:
Dari Sayyidina Abdullah Ibnu ‘Umar رضي الله عنهما, Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم telah bersabda, "Telah diturunkan kepadaku semalam akan satu surah yang lebih kukasihi daripada segala apa yang terbit matahari atasnya (yakni dunia dan segala isinya), dan dianjurkan agar dibaca pada awal malam bulan Ramadhan. Maka bacalah dan ajarkan kepada anak-anak kalian, in syaaAllah mereka tidak akan ditimpa kesusahan".
4. Berkata Syeikh Hussin Qudri Martapura di dalam karyanya berjudul Senjata Mukmin, pada halaman 92:
Surah al-Fath
(Khasiatnya) barangsiapa membacanya 3 (tiga) kali pada malam permulaan timbul bulan Ramadhan, in syaaAllah terpeliharalah ia di dalam setahunan itu dari marabahaya dan diluaskan rezekinya.
Sumber Madras Ribath
Terkuaknya Kewalian Wali Samud Semarang Oleh Mbah Hamid Pasuruan
Pada suatu waktu, ada tamu dari Kendal sowan kepada Mbah Hamid, singkat cerita, Mbah Hamid menitipkan salam untuk Wali Samud yang kesehariannya berada di Pasar, menitipkan salam untuk seorang yang dianggap gila oleh masyarakat Kendal dan Semarang.
Wali Samud kesehariannya berada di sekitar pasar dengan pakaian dan tingkah laku persis seperti orang gila, namun tidak pernah mengganggu orang-orang di sekitarnya. Terkadang beliau membantu bongkar muat barang-barang di Pasar dan tidak mau di kasih upah.
Tamu tersebut bingung kenapa Mbah Hamid sampai menitip salam untuk Samud yang dianggap gila oleh dirinya dan orang-orang di daerahnya.
Tamu tersebut bertanya,
“Bukankah Samud tersebut adalah orang gila Kyai..?” kemudian Mbah Hamid menjawab, “Beliau adalah Wali Besar yang menjaga Kendal dan Semarang, Rahmat Allah turun, Bencana di tangkis, itu berkat beliau, sampaikan salamku!” Kemudian, setelah si tamu pulang ke Kendal, menunggu keadaan pasar sepi, dihampirinyalah Wali Samud yang dianggap “orang gila” itu, yang ternyata Shohibul Wilayah Kendal dan Semarang itu.
“Assalamu’alaikum…” sapa si tamu,
Wali Samud memandang dengan tampang menakutkan layaknya orang gila sungguhan, kemudian keluarlah seuntai kata dari bibirnya dengan nada sangar,
“Wa’alaikumussalam.. ada apa..!!!”
Dengan badan agak gemetar, si tamu memberanikan diri,
Berkatalah ia, “Panjenengan dapat salam dari Mbah Hamid Pasuruan, Assalamu’alaikum……”
Tak beberapa lama, Wali Samud berkata,
“Wa’alaikum salam” dan berteriak dengan nada keras,
“Kurang ajar si Hamid, aku berusaha bersembunyi dari manusia, agar tidak diketahui manusia, kok malah dibocor-bocorkan”
“Ya Allah, aku tidak sanggup, kini telah ada yang tahu siapa aku, aku mau pulang saja, gak sanggup aku hidup di dunia”
Kemudian Wali Samud membaca sebuah do’a, dan bibirnya mengucap, “LAA ILAAHA ILLALLAH… MUHAMMADUR RASULULLAH”
Seketika itu, langsung wafatlah Wali Samud di hadapan orang yang diutus Mbah Hamid agar menyampaikan salam, hanya si tamulah yang meyakini bahwa orang yang di cap sebagai orang gila oleh masyarakat Kendal dan Semarang itu adalah Wali Besar, tak satu pun masyarakat yang meyakini bahwa orang yang meninggal di Pasar adalah seorang Wali,
Malah si tamu juga dicap sebagai orang gila oleh orang-orang karena meyakini Samud sebagai Wali. Di Antara Keanehan Pada Diri Wali Samud
Menurut cerita tutur, Wali Samud biasa membawa-bawa (red. b. jawa: nenteng-nenteng) daun kurma yang masih basah dan dijadikan alas duduk/tidur di Pasar.
Setiap hari Jum’at beliau jarang terlihat di Pasar, padahal setiap harinya beliau ada di Pasar itu. Dan terkadang beliau jalan-jalan di Pasar memakai peci putih layaknya sudah menunaikan haji, padahal tingkah laku dan pakaian beliau persis seperti orang gila.
Subhanallah.. begitulah para Wali-Walinya Allah,
Saking inginnya berasyik-asyikan hanya dengan Allah sampai berusaha bersembunyi dari keduniawian, tak ingin ibadahnya di ganggu oleh orang-orang ahli dunia,
Bersembunyinya mereka memakai cara mereka masing-masing, Oleh karena itu, janganlah kita su’udzan terhadap orang-orang di sekitar kita, jangan-jangan dia adalah seorang Wali yang “bersembunyi”.
Cerita Mbah Hamid yang saya coba tulis hanyalah sedikit dari kisah perjalanan Beliau, semoga kita, keluarga kita, tetangga kita dan orang-orang yang kita kenal senantiasa mendapat keberkahan sebab rasa cinta kita kepada wali-walinya Allah.
Jadi ingat nasihat Maha Guru kami, Al Quthb Habib Abdulqadir bin ahmad Bilfaqih.
“Jadikanlah dirimu mendapat tempat di hati seorang Auliya”
Semoga nama kita tertanam di hati para kekasih Allah, sehingga kita selalu mendapat nadhroh dari guru-guru kita, dibimbing ruh kita sampai terakhir kita menghirup udara dunia ini. Amin Ya Rabbal ‘Alamin…….. !!!!
Saifurroyya
Sumber : Syaikhuna wa Murobbi Arwachina KH. Achmad Sa’idi bin KH. Sa’id
(Pengasuh Ponpes Attauhidiyyah Talang, Tegal) dan Dari Cerita Ulama dan Masyarakat Semarang, Kendal dan sekitarnya
Kisah Syekh Abdullah Mursyad Menaklukan Maling yang Sakti
Diperkirakan pada masa berkembangnya kerajaan Mataram Islam, pada waktu itu di kawasan Kediri terdapat seorang perampok yang sangat ditakuti oleh masyarakat di kawasan itu karena kesaktian dan kejadugannya. Dia lalu dikenal dengan sebutan Maling Gendiri.
Dikisahkan oleh KH Mujaddad Faqihudin, seorang kiai pengasuh pesantren dari Warujayeng Nganjuk, bahwa Maling Gendiri tersebut dikenal sebagai orang yang sakti dan jaduk di kawasan Kediri karena dia mempunyai ilmu "bancoono". Tidak ada satu pendekar dan jawara pun yang dapat mengalahkannya. Kesaktian dan kejadugan yang superior tersebut membuatnya berbuat semena-mena dan meresahkan masyarakat. Harta benda masyarakat menjadi tidak aman.
Pada suatu malam maling ini merampok berbagai perhiasan yang kemudian ia dikejar-kejar oleh lusinan aparat pemerintahan Hindia Belanda. Tapi berkat ilmu bancolononya, petugas keamanan Belanda berhasil dikelabuinya, Maling Gendiri berhasil lolos, padahal waktu itu Maling Gendiri mengendarai dokar. Yang mengherankan lagi dia dapat menghilang bersama dokar yang dinaikinya sehingga perhiasan yang ia rampok tidak dapat terendus orang lain.
Pada tempo itu (kurang lebih sebelum tahun 1800-an), hidup pula sekurun dengan Maling Gendiri ini seorang ulama alim pendakwah Islam di kawasan Kediri dan sekitarnya yang konon berasal dari Gujarat. Beliau ialah Syekh Abdullah Mursyad. Syekh Mursyad inilah yang akhirnya berhasil mengalahkan kesaktian Maling Gendiri.
Sebagai juru dakwah waktu itu, ketika menyaksikan masyarakat dan rakyat resah tidak tenang akibat ulah Maling Gendiri itu, kemudian Syekh Mursyad tergerak hatinya berbuat sesuatu, yaitu menghentikan aksi kejahatan Maling Gendiri supaya keadaan menjadi kondusif. Sejak Maling Gendiri berhasil dilumpuhkan oleh Syekh Mursyad, masyarakat lega merasa tenang dan aman. Biang kekacauan dan ketidakamanan sudah hilang.
Menurut penuturan dari almaghfurlah KH Abdul Aziz Mansyur, Pacul Gowang Jombang, Syekh Abdullah Mursyad merupkan seorang Muballigh Islam, penyebar Islam yang berasal dari Gujarat. Selain seorang ulama yang alim, juga jawara yang sakti sebagaimana telah diceritakan oleh Kiai Mujadad di atas.
Walau begitu, masih menurut KH Abdul Aziz Mansyur, sejarah riwayat hidupnya Syekh Abdullah Mursyad sendiri sebetulnya masih samar-samar. Hal itu karena sangat sulit melacak dan menelusuri apakah dia benar-benar pendatang dari Gujarat ataukah seorang asli pribumi. Sebab pada waktu itu banyak para pendatang baik dari negeri Cina maupun Arab yang mendarat di kepulauan Nusantara.
Biasanya mereka singgah di kerajaan Mataram Islam seperti keraton Surakarta dan Yogyakarta yang waktu itu namanya sudah masyhur di mana-mana, sehingga tidak heran jika kemasyhuran kerajaan Mataram Islam ini menjadikan banyak bangsa lain menjadi begitu tertarik untuk mendatangi pulau Jawa yang terkenal kaya dengan potensi alamnya. Misi mereka bermacam-macam. Selain untuk berdagang, umumnya mereka juga menyebarkan agama Islam di kawasan Nusantara ini.
Kini makamnya Syeikh Abdullah Mursyad tersebut berada di area pemakaman Setono Landean, terletak kurang lebih 5 KM dari desa Mrican Kota Madya Kediri, Jawa Timur. Oleh masyarakat setempat lokasi tersebut biasa dinamakan dengan sebutan "Setono Landean". Makam tersebut kini ramai didatangi para peziarah dari berbagai daerah khususnya pada Kamis malam Jumat.
Tujuh Dawuh Syaikhona Mbah Kyai Makhrus Ali Ponpes Lirboyo
Tujuh (7) Mawaidh (Petuah) Syaikhona Kyai Makhrus Ali Lirboyo
=================================
1-Orang ingin sukses itu kuncinya menghormati istri...
2- Kalau ingin hidup mulia hormati orangtua, khususnya ibu...
3- Ingat kalau kamu jadi pemimpin, tolong hindari 2 masalah. Pertama,
jangan sampai mata duitan. Kedua, jangan tergoda perempuan. Kalau bisa
bertahan dari dua hal ini insyaallah selamat...
4-Nabi Sulaiman itu sukses dalam 90 th dan Nabi Nuh sukses dalam waktu 900 th. Tetapi di dalam Al Quran yg disebut ulul 'azmi adalah Nabi Nuh. Ini menunjukkan perjuangan dilihat dari kesulitan, bukan dari jumlah murid...
5- Orang yang mempunyai ilmu sambil di riyadlohi dengan yang tidak di riyadlohi itu hasilnya beda. Riyadloh yang paling utama adalah istiqamah...
6- Saya dulu waktu di pondok tidak pernah membayangkan akan jadi kyai, tidak pernah membayangkan akan menjadi orang kaya. Akhirnya menjadi orang mulia seperti ini saya takut. Jangan-jangan bagian saya ini saja, diakhirat tidak dapat bagian apa-apa...
7- Ngajarlah ngaji !!! Kalau nanti kamu tidak bisa makan, kethoken kupingku.
Fa amruna Sami'naa Wa atho'na Yaaa Kyai ...
Ya الله mugi keparing saget Ngestoake Dawuh Mbah Kyai ,Tumuju dumateng Karidhoan Pangersa Tuan ...Aamiiin.
4-Nabi Sulaiman itu sukses dalam 90 th dan Nabi Nuh sukses dalam waktu 900 th. Tetapi di dalam Al Quran yg disebut ulul 'azmi adalah Nabi Nuh. Ini menunjukkan perjuangan dilihat dari kesulitan, bukan dari jumlah murid...
5- Orang yang mempunyai ilmu sambil di riyadlohi dengan yang tidak di riyadlohi itu hasilnya beda. Riyadloh yang paling utama adalah istiqamah...
6- Saya dulu waktu di pondok tidak pernah membayangkan akan jadi kyai, tidak pernah membayangkan akan menjadi orang kaya. Akhirnya menjadi orang mulia seperti ini saya takut. Jangan-jangan bagian saya ini saja, diakhirat tidak dapat bagian apa-apa...
7- Ngajarlah ngaji !!! Kalau nanti kamu tidak bisa makan, kethoken kupingku.
Fa amruna Sami'naa Wa atho'na Yaaa Kyai ...
Ya الله mugi keparing saget Ngestoake Dawuh Mbah Kyai ,Tumuju dumateng Karidhoan Pangersa Tuan ...Aamiiin.
♻ TRIK KHATAM AL QUR'AN DI BULAN RHOMADHON ♻
♻ UNTUK (1) KALI KHATAM, JUMLAH YG DIBACA :
1. Shalat Subuh 4 halaman
2. Shalat Zhuhur 4 halaman
3. Shalat 'Ashar 4 halaman
4. Shalat Maghrib 4 halaman
5. Shalat 'Isya 4 halaman
♻ UNTUK (2) KALI KHATAM :
1. Shalat Subuh 8 halaman
2. Shalat Zhuhur 8 halaman
3. Shalat 'Ashar 8 halaman
4. Shalat Maghrib 8 halaman
5. Shalat 'Isya 8 halaman
♻ UNTUK (3) KALI KHATAM :
1. Shalat Subuh 12 halaman
2. Shalat Zhuhur. 12 halaman
3. Shalat 'Ashar 12 halaman
4. Shalat Maghrib 12 halaman
5. Shalat 'Isya. 12 halaman
♻ SEBARKAN KEBAIKAN, Rasulullah SAW bersabda,
♻ " Barang siapa menunjukkan satu kebaikan, maka baginya pahala semisal orang yg mengikuti KEBAIKAN tsb "
(HR. Muslim, no. 1893).
1. Shalat Subuh 8 halaman
2. Shalat Zhuhur 8 halaman
3. Shalat 'Ashar 8 halaman
4. Shalat Maghrib 8 halaman
5. Shalat 'Isya 8 halaman
♻ UNTUK (3) KALI KHATAM :
1. Shalat Subuh 12 halaman
2. Shalat Zhuhur. 12 halaman
3. Shalat 'Ashar 12 halaman
4. Shalat Maghrib 12 halaman
5. Shalat 'Isya. 12 halaman
♻ SEBARKAN KEBAIKAN, Rasulullah SAW bersabda,
♻ " Barang siapa menunjukkan satu kebaikan, maka baginya pahala semisal orang yg mengikuti KEBAIKAN tsb "
(HR. Muslim, no. 1893).
TINGKATAN PAHALA SEDEKAH PADA BULAN RAMADHAN
Dinukil dari kitab Bugyatul Mustarsyidin Sayyid Ba'alawy [فائدة]:
ذكر السيوطي في خماسيه أن ثواب الصدقة خمسة أنواع:
واحدة بعشرة وهي على صحيح الجسم،
وواحدة بتسعين وهي على الأعمى والمبتلي،
وواحدة بتسعمائة وهي على ذي قرابة محتاج،
وواحدة بمائة ألف وهي على الأبوين،
وواحدة بتسعمائة ألف وهي على عالم أو فقيه اهـ.
Faedah:
Imam suyuti dalam kitab khumasinya menyebutkan bahwa pahala sedekah ada 5 macam :
1. Sedekah satu dibalas 10 kali lipat.
Yaitu bersedekah kepada orang yang sehat jasmaninya.
2. Sedekah satu dibalas 90 kali lipat.
Yaitu bersedekah kepada orang buta dan kepada orang yang tertimpa musibah.
3. Sedekah satu dibalas 900 kali lipat.
Yaitu bersedekah kpd kerabat yg membutuhkan.
4. Sedekah satu dibalas 100.000 kali lipat.
Yaitu bersedekah kpd kedua orang tua.
5. Sedekah satu dibalas 900.000 kali lipat.
Yaitu bersedekah kpd orang2 alim atau orang2 pandai dlm masalah agama.
wallohu a'lam.
كتاب بغية المسترشدين
باعلوي الحضرمي
Imam suyuti dalam kitab khumasinya menyebutkan bahwa pahala sedekah ada 5 macam :
1. Sedekah satu dibalas 10 kali lipat.
Yaitu bersedekah kepada orang yang sehat jasmaninya.
2. Sedekah satu dibalas 90 kali lipat.
Yaitu bersedekah kepada orang buta dan kepada orang yang tertimpa musibah.
3. Sedekah satu dibalas 900 kali lipat.
Yaitu bersedekah kpd kerabat yg membutuhkan.
4. Sedekah satu dibalas 100.000 kali lipat.
Yaitu bersedekah kpd kedua orang tua.
5. Sedekah satu dibalas 900.000 kali lipat.
Yaitu bersedekah kpd orang2 alim atau orang2 pandai dlm masalah agama.
wallohu a'lam.
كتاب بغية المسترشدين
باعلوي الحضرمي
Kisah Nabi Yusya' AS
Info Islam- Nabi Musa ‘alaihis salam memiliki seorang murid yang menemaninya mencari Ilmu. Dia adalah Yusya’ Bin Nun, dan Alloh Subhanahu wa Ta’ala memberikan hikmah kenabian dan mukjizat yang nyata kepadanya. Setelah Nabi Musa ‘alaihis salam wafat, Nabi Yusya’ bin Nun ‘alaihis salam membawa Bani Israil ke luar dari padang pasir. Mereka berjalan hingga menyeberangi sungai Yordania dan akhirnya sampai di kota Jerica.
Kota Jerica adalah sebuah kota yang mempunyai pagar dan pintu gerbang yang kuat. Bangunan-bangunan di dalamnya tinggi-tinggi serta berpenduduk padat. Nabi Yusya’ dan Bani Israil yang bersamanya, mengepung kota tersebut sampai enam bulan lamanya. Suatu hari, mereka bersepakat untuk menyerbu ke dalam. Diiringi dengan suara terompet dan pekikan takbir, dan dengan satu semangat yang kuat, mereka pun berhasil menghancurkan pagar pembatas kota, kemudian memasukinya. Di situ mereka mengambil harta rampasan dan membunuh dua belas ribu pria dan wanita. Mereka juga memerangi sejumlah raja yang berkuasa. Mereka berhasil mengalahkan sebelas raja dan raja-raja yang berkuasa di Syam. Hari itu hari Jum’at, peperangan belum juga usai, sementara matahari sudah hampir terbenam. Berarti hari Jum’at akan berlalu, dan hari Sabtu akan tiba.
Padahal, menurut syari’at pada saat itu, pada Sabtu dilarang melakukan peperangan. Oleh karena itu Nabi Yusya’ bin Nun berkata: “Wahai matahari, sesungguhnya engkau hanya mengikuti perintah Alloh Subhanahu wa Ta’ala, begitu pula aku. Aku bersujud mengikuti perintahNya. Ya Alloh Subhanahu wa Ta’ala, tahanlah matahari itu untukku agar tidak terbenam dulu!”. Maka Alloh Subhanahu wa Ta’ala menahan matahari agar tidak terbenam sampai dia berhasil menaklukkan negeri ini dan memerintahkan bulan agar tidak menampakkan dirinya.
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, dia berkata, bahwa Rasululloh Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, yang artinya: “Sesungguhnya matahari itu tidak pernah tertahan tidak terbenam hanya karena seorang manusia kecuali untuk Yusya’. Yakni pada malam-malam dia berjalan ke Baitul Maqdis (untuk jihad).’” (HR: Ahmad dan sanad-nya sesuai dengan syarat Al-Bukhari). Akhirnya Nabi Yusya’ dan kaumnya berhasil memerangi dan menguasai kota tersebut. Setelah itu Nabi Yusya’ bin Nun memerintahkan kaumnya untuk mengumpulkan harta rampasan perang untuk dibakar. Namun api tidak mau membakarnya. Lalu Beliau meminta sumpah kepada kaumnya. Dan akhirnya diketahui ternyata ada dari kaumnya yang berkhianat dengan menyembunyikan emas sebesar kepala sapi. Akhirnya orang-orang yang berkhianat mengembalikan apa yang mereka curi dari harta rampasan perang itu. Kemudian dikumpulkan dengan harta rampasan perang lainnya. Barulah kemudian api mau membakarnya. Demikian syariat yang dibawa oleh Nabi sebelum Nabi Muhammad Shollallahu ‘alaihi Wa Sallam. Yaitu tidak boleh mengambil harta rampasan perang. Dan Alloh Subhanahu wa Ta’ala menyempurnakan Syariat Nya dengan memperbolehkan bagi Rasululloh Shollallahu ‘alaihi Wa Sallam untuk mengambil rampasan perang agar dapat diambil manfaat yang banyak dari harta rampasan perang itu. Setelah Baitul Maqdis dapat dikuasai oleh Bani Israil, maka mereka hidup di dalamnya dan di antara mereka ada Nabi Yusya’ yang memerintah mereka dengan Kitab Alloh Subhanahu wa Ta’ala, Taurat, sampai akhir hayatnya. Dia kembali ke hadirat Alloh Subhanahu wa Ta’ala saat berumur seratus dua puluh tujuh tahun, dan masa hidupnya setelah wafatnya Nabi Musa ‘alaihis salam adalah dua puluh tujuh tahun.
(Sumber Rujukan: Al Qur’anul Karim; Riyadhus Shalihin; Syarah Lum’atil I’tiqod)
Kisah Nabi Syam'un (Samson) AS
Info Islam - Etimologi Simson: Ibrani, شمشون : Arab atau Syam'un artinya 'yang berasal dari matahari'. Nabi Syam'un adalah salah seorang Nabi dari kalangan Bani Israil.
Syam'un dalam Islam Kisah Nabi Syam'un/Samson/Simson ini tidak terdapat dalam Al Quran namun kisah Syam'un ini ada pada kitab Qisasul Al Anbiya'. Dalam kitab itu dikatakan bahawa Nabi Muhammad S.A.W. tersenyum sendiri, lalu ditanya oleh sahabatnya, "Apa yang membuatkanmu tersenyum wahai Rasulullah?" Muhammad menjawab, "Diperlihatkan kepadaku hari akhir ketika seluruh manusia dikumpulkan di mahsyar, ada seorang Nabi dengan membawa pedang yang tidak mempunyai pengikut satupun, masuk ke dalam syurga. Beliau adalah Syam'un".
Dalam kitab Muqasyafatul Qulub karangan Imam Ghazali ada menceritakan bahawa Rasulullah S.A.W. berkumpul pada bulan suci Ramadhan. Di dalam usrah itu Rasulullah S.A.W. bercerita mengenai Nabi Allah S.W.T. bernama Syam'un A.S. Rasulullah S.A.W. menggelarnya Sam’un Ghazi.
Syam'un A.S. telah dianugerahkan oleh Allah S.W.T. dengan kekuatan luar biasa seperti berkebolehan melembutkan besi, mampu menewaskan binatang buas dan berkemampuan untuk mengangkat tiang istana dan merobohkannya.
Berani menentang kebatilan Nabi Allah ini menentang keras perbuatan kaumnya yang ingkar dengan perintah Allah S.W.T. Pada masa itu, Raja Israil sendiri adalah seorang yang ingkar dengan perintah Allah dan zalim pula terhadap rakyatnya. Sifat bongkak raja tersebut mengundang rasa benci beliau terhadap raja tersebut sehingga menyebabkan baginda tidak henti-henti untuk berdakwah kepadanya walau dengan apa cara sekalipun.
Sifat istiqamah Syam'un A.S. mengundang padah padanya apabila beliau berjaya ditangkap setelah isterinya sendiri mengkhianatinya. Syam'un A.S. pernah berkata kepada isterinya berkenaan kelemahan dirinya yang boleh dilemahkan dengan mengikat dirinya dengan rambutnya sendiri. Akhirnya Syam'un A.S. ditangkap.
Syam'un A.S. telah diseksa dan dibutakan matanya. Namun, ia tidak menghalang dirinya untuk terus berjuang menentang kebatilan. Syam'un A.S. berdoa kepada Allah S.W.T. agar dikembalikan kekuatan yang dianugerahkan kepadanya dahulu. Allah S.W.T. memakbulkan doa baginda.
Syam'un A.S. telah menggunakan kekuatan yang diperolehinya semula dengan meruntuhkan seluruh istana sehingga mengorbankan raja dan isteri beliau sendiri.
Selepas kejadian itu, Syam'un A.S. kemudian bersumpah untuk beribadah selama 1000 bulan tanpa henti. Daripada kisah yang diceritakan inilah, maka datang wahyu berkenaan malam Lailatul Qadar yang sama dengan keberkatan 1000 bulan.
Hal ini adalah kerana terdapat sahabat baginda Rasulullah S.A.W. yang bertanya kepada baginda untuk mereka ikut jejak langkah Nabi Syam'un A.S. Baginda terdiam sejenak sebelum malaikat Jibril datang menurunkan wahyu kepada baginda Rasulullah S.A.W. mengenai satu malam pada bulan Ramadhan yakni malam Lailatul Qadar iaitu sesiapa yang beribadat pada malam tersebut, pahala amalannya menyamai 1000 bulan beribadat.
Inilah Kisahnya : Simson atau Samson adalah seorang nabi di dalam ajaran Islam yang dikenal dengan nama Nabi Sam’un Ghozi AS. Kisah nabi ini, terdapat di dalam kitab-kitab, seperti kitab Muqasyafatul Qulub dan kitab Qishashul Anbiyaa. Nabi Sam’un Ghozi AS memiliki kemukjizatan, yaitu dapat melunakkan besi, dan dapat merobohkan istana. Cerita Nabi Sam’un Ghozi AS adalah kisah Israiliyat yang diceritakan turun-temurun di jazirah Arab. Cerita ini melegenda jauh sebelum Rasulullah lahir.
Dari kitab Muqasyafatul Qulub karangan al Ghazali, diceritakan bahwa Rasulullah berkumpul bersama para sahabat dibulan Suci Ramadhan. Kemudian Rasulullah bercerita tentang seorang Nabi bernama Sam’un Ghozi AS, beliau adalah Nabi dari Bani Israil yang diutus di tanah Romawi.
Dikisahkan Nabi Sam’un Ghozi AS berperang melawan bangsa yang menentang Ketuhanan Allah SWT. Ketangguhan dan keperkasaan Nabi Sam’un dipergunakan untuk menentang penguasa kaum kafirin saat itu, yakni raja Israil.
Akhirnya sang raja Israil mencari jalan untuk menundukkan Nabi Sam’un. Berbagai upaya pun dilakukan olehnya, sehingga akhirnya atas nasehat para penasehatnya diumumkanlah, barang siapa yang dapat menangkap Sam’un Ghozi, akan mendapat hadiah emas dan permata yang berlimpah.
Singkat cerita Nabi Sam’un Ghozi AS terpedaya oleh isterinya. Karena sayangnya dan cintanya kepada isterinya, nabi Sam’un berkata kepada isterinya, “Jika kau ingin mendapatkanku dalam keadaan tak berdaya, maka ikatlah aku dengan potongan rambutku.”
Akhirnya Nabi Sam’um Ghozi AS diikat oleh istrinya saat ia tertidur, lalu dia dibawa ke hadapan sang raja. Beliau disiksa dengan dibutakan kedua matanya dan diikat serta dipertontonkan di istana raja.
Karena diperlakukan yang sedemikian hebatnya, Nabi Sam’un Ghozi AS berdoa kepada Allah SWT. Beliau berdoa kepada Allah dimulai dengan bertaubat, kemudian memohon pertolongan atas kebesaran Allah.
Do’a Nabi Sam’un dikabulkan, dan istana raja bersama seluruh masyarakatnya hancur beserta isteri dan para kerabat yang mengkhianatinya. Kemudian nabi bersumpah kepada Allah SWT, akan menebus semua dosa-dosanya dengan berjuang menumpas semua kebathilan dan kekufuran yang lamanya 1000 bulan tanpa henti.
Ketika Rasulullah selesai menceritakan cerita Nabi Sam’un Ghozi AS yang berjuang fisabilillah selama 1000 bulan, salah satu sahabat nabi berkata : “Ya Rasulullah, kami ingin juga beribadah seperti nabiyullah Sam’un Ghozi AS. Kemudian Rasulullah SAW, diam sejenak.
Kemudian Malaikat Jibril AS datang dan mewahyukan kepada beliau, bahwa pada bulan Ramadhan ada sebuah malam, yang mana malam itu lebih baik daripada 1000 bulan.
Pada kitab Qishashul Anbiyaa, dikisahkan, bahwa Rasullah Muhammad SAW tesenyum sendiri, lalu bertanyalah salah seorang sahabatnya, “Apa yang membuatmu tersenyum wahai Rasulullah?”
Rasullah menjawab,
“Diperlihatkan kepadaku hari akhir ketika dimana seluruh manusia dikumpulkan di mahsyar. Semua Nabi dan Rasul berkumpul bersama umatnya masing-masing, masuk ke dalam surga. Ada salah seorang nabi yang dengan membawa pedang, yang tidak mempunyai pengikut satupun, masuk ke dalam surga, dia adalah Sam’un.” . Demikian kisah Nabi Sam’un Ghozi AS atau yang lebih dikenal dengan Samson atau Simson.
(Sumber Rujukan: Al Qur’anul Karim; Riyadhus Shalihin; Syarah Lum’atil I’tiqod)
Kisah Ulama BerHaji tanpa ke Tanah Suci
Perjalanan haji Abdullah bin Mubarak ke Tanah Suci terhenti kala ia sampai di kota Kufah. Dia melihat seorang perempuan sedang mencabuti bulu itik dan Abdullah seperti tahu, itik itu adalah bangkai. "Ini bangkai atau hasil sembelihan yang halal?" tanya Abdullah memastikan. "Bangkai, dan aku akan memakannya bersama keluargaku." Ulama hadits yang zuhud ini heran, di negeri Kufah bangkai ternyata menjadi santapan keluarga. Ia pun mengingatkan perempuan tersebut bahwa tindakannya adalah haram. Si perempuan menjawab dengan pengusiran.
Abdullah pun pergi tapi selalu datang lagi dengan nasihat serupa. Berkali-kali. Hingga suatu hari perempuan itu menjelaskan perihal keadaannya. "Aku memiliki beberapa anak. Selama tiga hari ini aku tak mendapatkan makanan untuk menghidupi mereka." Hati Abdullah bergetar. Segera ia pergi dan kembali lagi bersama keledainya dengan membawa makanan, pakaian, dan sejumlah bekal. "Ambilah keledai ini berikut barang-barang bawaannya. Semua untukmu." Tak terasa, musim haji berlalu dan Abdullah bin Mubarak masih berada di Kufah. Artinya, ia gagal menunaikan ibadah haji tahun itu. Dia pun memutuskan bermukim sementara di sana sampai para jamaah haji pulang ke negeri asal dan ikut bersama rombongan.
Begitu tiba di kampung halaman, Abdullah disambut antusias masyarakat. Mereka beramai-ramai memberi ucapan selamat atas ibadah hajinya. Abdullah malu. Keadaan tak seperti yang disangkakan oran-orang. "Sungguh aku tidak menunaikan haji tahun ini," katanya meyakinkan para penyambutnya.
Sementara itu, kawan-kawannya yang berhaji menyuguhkan cerita lain. "Subhanallah, bukankah kami menitipkan bekal kepadamu saat kami pergi kemudian mengambilnya lagi saat kau di Arafah?" Yang lain ikut menanggapi, "Bukankah kau yang memberi minum kami di suatu tempat sana?" "Bukankah kau yang membelikan sejumlah barang untukku," kata satunya lagi.
Abdullah bin Mubarak semakin bingung. "Aku tak paham dengan apa yang kalian katakan. Aku tak melaksanakan haji tahun ini." Hingga malam harinya, dalam mimpi Abdullah mendengar suara, "Hai Abdullah, Allah telah menerima amal sedekahmu dan mengutus malaikat menyerupai sosokmu, menggantikanmu menunaikan ibadah haji."
(Sumber Rujukan: Al Qur’anul Karim; Riyadhus Shalihin; Syarah Lum’atil I’tiqod)
Subscribe to:
Posts (Atom)