Wednesday, June 1, 2016

TASAWUF DAN MODERNISASI





Tasawuf dan modernisasi adalah dua term yang tidak bisa dipisahkan dan harus dimiliki oleh manusia karena keduanya memiliki peran masing-masing dalam diri manusia yakni dalam mengemban amanat-Nya sebagai wakil Allah Swt di muka bumi. Oleh karena itu, usaha mengembangkan keduanya menjadi sesuatu yang harus kita optimalkan. Bagaimana bertasawuf tanpa meninggalkan aktifitas di zaman modern tanpa meninggalkan konsep-konsep tasawuf.
Penulis yakin bahwa asumsi tentang peradaban zaman modern adalah bukan sesuatu yang “kotor”, apalagi tanpa “nilai” karena peradaban zaman modern (ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern yang merupakan ciri dari peradaban modern), dapat membimbing manusia kepada Allah beserta keagungan-Nya.
Alam semesta yang sangat luas adalah ciptaan Allah dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dapat dijadikan instrumen manusia untuk menyelidikinya, mengungkapkan keajaiban-Nya dan berusaha memanfaatkan kekayaan alam yang melimpah ruah untuk kesejahteraan hidupnya.
Dengan melihat peranan teknologi modern dan tasawuf yang sangat penting dalam kehidupan manusia, maka tidak selayaknya jika kita menempatkan keduanya pada posisi yang “antagonistik” (bertentangan satu dengan yang lain), tetapi hendaknya kita menempatkan keduanya pada posisi yang sejajar yakni sebagai mitra untuk membahagiakan manusia baik lahir maupun batin.

Teknologi modern memenuhi kepuasan lahir manusia dengan menampilkan seperangkat teknologi yang dapat memenuhi segala kebutuhan jasmani manusia, sedangkan tasawuf memenuhi kepuasan batin manusia dengan menampilkan seperangkat metodologi dalam mendekatkan diri pada kesempurnaan Allah Swt sehingga dapat memenuhi kebutuhan batin manusia. Oleh karena itu agar kehidupan menjadi semakin bermakna dan tidak mengurangi eksistensi kemanusiaan manusia modern, maka perlu adanya penanaman benih kesufian melalui jalan diterimanya tasawuf di tengah-tengah masyarakat muslim yang sedang menikmati dan mendayagunakan teknologi modern, sehingga apa yang diharapkan manusia itu sendiri yakni terwujudnya hidup yang aman, damai, sejahtera baik lahir maupun batin dapat benar-benar terealisasikan.

Membahas Tentang Orang Tua Rosulullah SAW



Kafirkah Orang Tua Rasullulloh?
(Meluruskan pemahaman yang sangat lancang)


Assalamualaikum Wr. Wb.

Madras Ribath - Pak Ustadz, saya pernah membaca sebuah artikel dari seorang ust, yang menyatakan bahwa kedua orang tua Rasullulloh wafat dalam keadaan kafir dan masuk neraka, benarkah demikian? Mohon jawabannya.Terima kasih.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Jawaban :
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Sebenarnya apa yang anda baca itu tidak akan memberikan faedah apa-apa buat keimanan kita. Dan mengingat bahwa kedua orang tua beliau SAW sudah wafat, maka apakah masuk surga atau neraka, semua menjadi urusan Allah.
Namun tidak ada salahnya untuk sedikit kita ulas di sini masalah tersebut, agar tidak melahirkan penasaran terus.
Sesungguhnya pertanyaan seperti ini memang mengusik perhatian .
Pendapat Pertama(jumhur,atau mayoritas ulama)
mengatakan bahwa keduanya termasuk ahlul fatrah, yaitu orang-orang yang hidup di masa tidak ada kenabian. Semenjak nabi Isa as hingga diutusnya nabi berikutnya terpaut jarak waktu yang panjang. Umat manusia hidup tanpa adanya risalah kenabian. Sebagian ulama mengatakan bahwa manusia yang hidup di masafatrah ini tidak dimintai pertanggung-jawaban.
Mereka mendasarkan pendapatnya dari firman Allah SWT:
Dan tidaklah Kami mengazab kecuali setelah mengirim seorang rasul (QS. Al-Isra:15)
Dan pendapat ini cukup adil dan sangat kuat karena tidak akan mungkin bertentangan antara dalil al quran dan hadits
Ini bisa juga kita baca dalam kitab shahih tirmizi bab mimpi,bahwa sepupu khadijah ra pun wafat sebelum nabi d angkat menjadi rosul,dan dalam mimpi itu nabi saw memberi isyarat bahwa warokoh bin naufal dalam syurga.
lantaran secara nalar tentu kita tidak bisa menerima bila seseorang dimasukkan ke dalam neraka, padahal tidak ada seorang nabi pun yang mengajarkan agama kepada mereka. Bagaimana Allah SWT yang Maha Adil itu sampai tega menghukum orang yang tidak tahu apa-apa?
Pendapat ini didukung antara lain oleh Al-Imam As-Suyuthi dan lainnya.
Dalil hadits
Hadits Nabi SAW :
قال رسول الله (( لم ازل انقل من اصلاب الطاهرين الى ارحام الطاهرات ))
“ aku (Muhammad SAW) selalu berpindah dari sulbi-sulbi laki-laki yang suci menuju rahim-rahim perempuan yang suci pula”
Jelas sekali Rasulullah SAW menyatakan bahwa kakek dan nenek moyang beliau adalah orang-orang yang suci bukan orang-orang musyrik karena mereka dinyatakan najis dalam Al-Qur’an. Allah SWT berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنَّمَا الْمُشْرِكُونَ نَجَسٌ
“Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis”
Nama ayah Nabi Abdullah, cukup membuktikan bahwa beliau beriman kepada Allah bukan penyembah berhala.
Jika anda ingin mengetahui lebih banyak, maka bacalah kitab ‘Masaliku al-hunafa fi waalidai al-Musthafa” karangan Imam Suyuthi.
Dalil ke3
As-Suhaili setelah meriwayatkan hadits al-Hakim dari Ibnu Mas’ud (dan dikatakan shahih olehnya):
سُئِلَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ أَبَوَيْهِ فَقَالَ مَا سَأَلْتُهُمَا رَبِّي فَيُعْطِيْنِي فِيْهِمَا وَإِنِّي الْقَائِمُ يَوْمَئِذٍ الْمَقَامَالْمَحْمُوْدَ
“Rasulallah ditanya tentang ayahanda dan ibunda beliau, beliau menjawab: ‘Sesuatu yang aku minta kepada Tuhanku untuk kedua orang tuaku, Allah memberikannya kepadaku untuk kedua orang tuaku, dan aku yang akan mengurus mereka saat dalammaqam mahmud [syafaat].
Pendapat Kedua
Namun sebagian ulama berkesimpulan yang berbeda. Sebab mereka mendapati adanya hadits yang sekilas sangat tegas menyebutkan bahwa Rasulullah tidak diizinkan untuk memintakan ampunan buat kedua orang tuanya.
Rasulullah SAW bersabda, "Aku meminta izin kepada Tuhanku untuk memintakan ampunan buat ibuku, namun Dia tidak mengizinkan Aku. Aku meminta izin untuk menziarahi kuburnya, Aku pun diizinkan." (HR. Muslim)
Imam Suyuthi menerangkan bahwa Hammad perowi hadits di atas diragukan oleh para ahli hadits dan hanya diriwayatkan oleh Imam Muslim. Padahal banyak riwayat lain yang lebih kuat darinya seperti riwayat Ma’mar dari Anas, al-Baihaqi dari Sa’ad bin Abi Waqosh :
“اِنَّ اَعْرَابِيًّا قَالَ لِرَسُوْلِ الله اَيْنَ اَبِي قَالَ فِي النَّارِ قَالَ فَأَيْنَ اَبُوْكَ قَالَ حَيْثُمَا مَرَرْتَ بِقَبْرِ كَافِرٍ فَبَشِّّرْهُ بِالنَّارِ”
Sesungguhnya A’robi berkata kepada RasulullahSAW “ dimana ayahku ?, Rasulullah SAW menjawab : “ dia di neraka”, si A’robi pun bertanya kembali “ dimana AyahMu ?, Rasulullah pun menawab “ sekiranya kamu melewati kuburan orang kafir, maka berilah kabar gembira dengan neraka “
Riwayat di atas tanpa menyebutkan ayah Nabi di neraka.
Kalau kita pahami sekilas memang ada kesan bahwa ibunda nabi SAW itu tidak masuk surga. Sebab Rasulllah SAW sampai memerlukan memintakan ampunan atasnya. Dan ternyata permintaan itu tidak dikabulkan Allah SWT.
Namun kesimpulan pendapat kedua ini tidak bisa diterima Mereka menolak bila hadits itu disimpulkan dengan cara demikian. Kalau Allah SWT tidak memperkenankan Rasulullah SAW memintakan ampunan untuk kedua orang tua, tidak berarti orang tuanya bukan muslim. Sebagaimana ketika Rasulullah SAW tidak menyalatkan jenazah yang masih punya hutang, sama sekali tidak menunjukkan bahwa jenazah it mati dalam keadaan kafir.
Adapun larangan Allah SWT untuk memintakan ampunan orang kafir adalah semata-mata karena orang itu sudah diajak masuk Islam, namun tetap membangkang dan akhirnya tidak sempat masuk Islam dan mati dalam keadaan kafir. Sedangkan kedua orang tua nabi SAW sama sekali belum pernah membangkang atau mengingkari dakwah. Sebab mereka ditakdirkan Allah SWT untuk hidup sebelum masa turunnya wahyu.
Sebaiknya buat kita untuk segera menutup diskusi seperti ini, karena tidak akan menambah apapun. Sementara bagi Rasulullah SAW justru akan sangat mengiris dan menyakiti hati beliau . Dan kita tidak boleh menyakiti hati beliau dengan memvonis bahwa kedua orang tua beliau kafir.
Al-Qadhi Ibnu Arabi al-Maliki, seorang ahli fiqih dan hadits dari kalangan Malikiyyah, ketika ditanya tentang seseorang yang mengatakan bahwa ayahhanda Nabi masuk Neraka, beliau menjawab: “Orang tersebut dilaknat karena Allah berfirman (Q.S. al-Ahzab: 57):
إنَّ الّذِينَ يُؤْذُونَ اللهَ وَرَسُولَهُ لَعَنَهُمُ اللهُ في الدُّنْيَا والآخِرَةِ
“Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan rasul-Nya dilaknat oleh Allah di dunia dan akhirat.”[12]
As-Suhaili setelah meriwayatkan hadits al-Hakim dari Ibnu Mas’ud (dan dikatakan shahih olehnya):
Sedangkan dalil yang mengatakan orang tua nabi dalam neraka itu sangat bertentangan dengan banyak riwayat di atas tadi kita
Wallahu a'lam bishshawab wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

PENTINGNYA MEMBACA SURAT AL FATH DI MALAM PERTAMA RAMADHAN






1. Telah disebutkan di dalam kitab Kanzun Najaah Was Surur, karya Syeikh ‘Abdul Hamid bin Muhammad ‘Ali bin ‘Abdul Qaadir al-Quddus al-Makki asy-Syafie tentang keutamaan membaca surat al-Fath pada malam awal Ramadhan.

Faedah: Membaca Surah al-Fath Pada Malam Awal Ramadhan. Telah berkata Syaikh Abu Bakar an-Naisaaburi, "Aku telah mendengar Muhammad bin ‘Abdul Malik berkata, aku telah mendengar Yazid bin Harun berkata, aku telah mendengar as-Sam’udi berkata, 'Telah sampai kepadaku bahwa barangsiapa membaca surah al-Fath pada malam awal (malam pertama) Ramadhan di dalam sholat tathawwu’ (solat sunat), dia berada di dalam penjagaan Allah untuk tahun tersebut'.

2. Sulthonul Ulama' Al Habib Salim bin Abdullah Asy Syathiri berkata, "Hendaknya kita melakukan shalat di malam pertama bulan Ramadhan empat rakaat, yang dibaca untuk setiap rakaatnya satu maqra (tempat tanda bacaan) dari surah Al-Fath (Inna fatahna laka fathan mubina…).

Diriwayatkan oleh Al- Khatib Asy-Syarbini bahwa barang siapa melakukan hal tersebut di awal malam Ramadhan, ia akan menjalani kehidupannya setahun dalam kebaikan dan berkecukupan. Hendaknya engkau melaku­kan hal itu".

(Catatan) Tentang membaca surat Al Fath di malam pertama bulan Ramadhan ini, penulis menyimpulkan cara pengamalan dari dua sumber di atas.

Caranya, dirikanlah sholat sunat apapun di malam pertama Ramadhan, dan bacalah di dalam sholat tersebut (setelah membaca surah al-Fatihah), separuh daripada surat al-Fath dan sempurnakan separuhnya lagi di dalam rakaat kedua. Bisa dilakukan dua roka'at saja, atau empat roka'at.

3. Tersebut juga di dalam kitab al-Wasaailul asy-Syaafi’ah fi al-Adhkar an-Naafi’ah wa al-Auraad al-Jaami’ah wa ats-Tsimaar al-Yaani’ah wa al-Hujub al-Hariizah al-Maani’ah ‘an an-Nabiy صلى الله عليه وآله وسلم karya al-Imam al-‘Allamah as-Sayyid asy-Syarif al-Muhaddits al-Habib Muhammad bin ‘Ali Khirid al-‘Alawi al-Husaini at-Tarimi (wafat 960هـــ), halaman 474:

Dari Sayyidina Abdullah Ibnu ‘Umar رضي الله عنهما, Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم telah bersabda, "Telah diturunkan kepadaku semalam akan satu surah yang lebih kukasihi daripada segala apa yang terbit matahari atasnya (yakni dunia dan segala isinya), dan dianjurkan agar dibaca pada awal malam bulan Ramadhan. Maka bacalah dan ajarkan kepada anak-anak kalian, in syaaAllah mereka tidak akan ditimpa kesusahan".

4. Berkata Syeikh Hussin Qudri Martapura di dalam karyanya berjudul Senjata Mukmin, pada halaman 92:

Surah al-Fath
(Khasiatnya) barangsiapa membacanya 3 (tiga) kali pada malam permulaan timbul bulan Ramadhan, in syaaAllah terpeliharalah ia di dalam setahunan itu dari marabahaya dan diluaskan rezekinya.

Sumber Madras Ribath


Terkuaknya Kewalian Wali Samud Semarang Oleh Mbah Hamid Pasuruan







Pada suatu waktu, ada tamu dari Kendal sowan kepada Mbah Hamid, singkat cerita, Mbah Hamid menitipkan salam untuk Wali Samud yang kesehariannya berada di Pasar, menitipkan salam untuk seorang yang dianggap gila oleh masyarakat Kendal dan Semarang.
Wali Samud kesehariannya berada di sekitar pasar dengan pakaian dan tingkah laku persis seperti orang gila, namun tidak pernah mengganggu orang-orang di sekitarnya. Terkadang beliau membantu bongkar muat barang-barang di Pasar dan tidak mau di kasih upah.
Tamu tersebut bingung kenapa Mbah Hamid sampai menitip salam untuk Samud yang dianggap gila oleh dirinya dan orang-orang di daerahnya.
Tamu tersebut bertanya,
“Bukankah Samud tersebut adalah orang gila Kyai..?” kemudian Mbah Hamid menjawab, “Beliau adalah Wali Besar yang menjaga Kendal dan Semarang, Rahmat Allah turun, Bencana di tangkis, itu berkat beliau, sampaikan salamku!” Kemudian, setelah si tamu pulang ke Kendal, menunggu keadaan pasar sepi, dihampirinyalah Wali Samud yang dianggap “orang gila” itu, yang ternyata Shohibul Wilayah Kendal dan Semarang itu.
“Assalamu’alaikum…” sapa si tamu,
Wali Samud memandang dengan tampang menakutkan layaknya orang gila sungguhan, kemudian keluarlah seuntai kata dari bibirnya dengan nada sangar,
“Wa’alaikumussalam.. ada apa..!!!”
Dengan badan agak gemetar, si tamu memberanikan diri,
Berkatalah ia, “Panjenengan dapat salam dari Mbah Hamid Pasuruan, Assalamu’alaikum……”
Tak beberapa lama, Wali Samud berkata,
“Wa’alaikum salam” dan berteriak dengan nada keras,
“Kurang ajar si Hamid, aku berusaha bersembunyi dari manusia, agar tidak diketahui manusia, kok malah dibocor-bocorkan”
“Ya Allah, aku tidak sanggup, kini telah ada yang tahu siapa aku, aku mau pulang saja, gak sanggup aku hidup di dunia”
Kemudian Wali Samud membaca sebuah do’a, dan bibirnya mengucap, “LAA ILAAHA ILLALLAH… MUHAMMADUR RASULULLAH”
Seketika itu, langsung wafatlah Wali Samud di hadapan orang yang diutus Mbah Hamid agar menyampaikan salam, hanya si tamulah yang meyakini bahwa orang yang di cap sebagai orang gila oleh masyarakat Kendal dan Semarang itu adalah Wali Besar, tak satu pun masyarakat yang meyakini bahwa orang yang meninggal di Pasar adalah seorang Wali,
Malah si tamu juga dicap sebagai orang gila oleh orang-orang karena meyakini Samud sebagai Wali. Di Antara Keanehan Pada Diri Wali Samud
Menurut cerita tutur, Wali Samud biasa membawa-bawa (red. b. jawa: nenteng-nenteng) daun kurma yang masih basah dan dijadikan alas duduk/tidur di Pasar.
Setiap hari Jum’at beliau jarang terlihat di Pasar, padahal setiap harinya beliau ada di Pasar itu. Dan terkadang beliau jalan-jalan di Pasar memakai peci putih layaknya sudah menunaikan haji, padahal tingkah laku dan pakaian beliau persis seperti orang gila.
Subhanallah.. begitulah para Wali-Walinya Allah,
Saking inginnya berasyik-asyikan hanya dengan Allah sampai berusaha bersembunyi dari keduniawian, tak ingin ibadahnya di ganggu oleh orang-orang ahli dunia,
Bersembunyinya mereka memakai cara mereka masing-masing, Oleh karena itu, janganlah kita su’udzan terhadap orang-orang di sekitar kita, jangan-jangan dia adalah seorang Wali yang “bersembunyi”.
Cerita Mbah Hamid yang saya coba tulis hanyalah sedikit dari kisah perjalanan Beliau, semoga kita, keluarga kita, tetangga kita dan orang-orang yang kita kenal senantiasa mendapat keberkahan sebab rasa cinta kita kepada wali-walinya Allah.
Jadi ingat nasihat Maha Guru kami, Al Quthb Habib Abdulqadir bin ahmad Bilfaqih.
“Jadikanlah dirimu mendapat tempat di hati seorang Auliya”
Semoga nama kita tertanam di hati para kekasih Allah, sehingga kita selalu mendapat nadhroh dari guru-guru kita, dibimbing ruh kita sampai terakhir kita menghirup udara dunia ini. Amin Ya Rabbal ‘Alamin…….. !!!!
Saifurroyya
Sumber : Syaikhuna wa Murobbi Arwachina KH. Achmad Sa’idi bin KH. Sa’id
(Pengasuh Ponpes Attauhidiyyah Talang, Tegal) dan Dari Cerita Ulama dan Masyarakat Semarang, Kendal dan sekitarnya

Kisah Syekh Abdullah Mursyad Menaklukan Maling yang Sakti





Diperkirakan pada masa berkembangnya kerajaan Mataram Islam, pada waktu itu di kawasan Kediri terdapat seorang perampok yang sangat ditakuti oleh masyarakat di kawasan itu karena kesaktian dan kejadugannya. Dia lalu dikenal dengan sebutan Maling Gendiri.

Dikisahkan oleh KH Mujaddad Faqihudin, seorang kiai pengasuh pesantren dari Warujayeng Nganjuk, bahwa Maling Gendiri tersebut dikenal sebagai orang yang sakti dan jaduk di kawasan Kediri karena dia mempunyai ilmu "bancoono". Tidak ada satu pendekar dan jawara pun yang dapat mengalahkannya. Kesaktian dan kejadugan yang superior tersebut membuatnya berbuat semena-mena dan meresahkan masyarakat. Harta benda masyarakat menjadi tidak aman.

Pada suatu malam maling ini merampok berbagai perhiasan yang kemudian ia dikejar-kejar oleh lusinan aparat pemerintahan Hindia Belanda. Tapi berkat ilmu bancolononya, petugas keamanan Belanda berhasil dikelabuinya, Maling Gendiri berhasil lolos, padahal waktu itu Maling Gendiri mengendarai dokar. Yang mengherankan lagi dia dapat menghilang bersama dokar yang dinaikinya sehingga perhiasan yang ia rampok tidak dapat terendus orang lain.

Pada tempo itu (kurang lebih sebelum tahun 1800-an), hidup pula sekurun dengan Maling Gendiri ini seorang ulama alim pendakwah Islam di kawasan Kediri dan sekitarnya yang konon berasal dari Gujarat. Beliau ialah Syekh Abdullah Mursyad. Syekh Mursyad inilah yang akhirnya berhasil mengalahkan kesaktian Maling Gendiri.

Sebagai juru dakwah waktu itu, ketika menyaksikan masyarakat dan rakyat resah tidak tenang akibat ulah Maling Gendiri itu, kemudian Syekh Mursyad tergerak hatinya berbuat sesuatu, yaitu menghentikan aksi kejahatan Maling Gendiri supaya keadaan menjadi kondusif. Sejak Maling Gendiri berhasil dilumpuhkan oleh Syekh Mursyad, masyarakat lega merasa tenang dan aman. Biang kekacauan dan ketidakamanan sudah hilang.

Menurut penuturan dari almaghfurlah KH Abdul Aziz Mansyur, Pacul Gowang Jombang, Syekh Abdullah Mursyad merupkan seorang Muballigh Islam, penyebar Islam yang berasal dari Gujarat. Selain seorang ulama yang alim, juga jawara yang sakti sebagaimana telah diceritakan oleh Kiai Mujadad di atas.

Walau begitu, masih menurut KH Abdul Aziz Mansyur, sejarah riwayat hidupnya Syekh Abdullah Mursyad sendiri sebetulnya masih samar-samar. Hal itu karena sangat sulit melacak dan menelusuri apakah dia benar-benar pendatang dari Gujarat ataukah seorang asli pribumi. Sebab pada waktu itu banyak para pendatang baik dari negeri Cina maupun Arab yang mendarat di kepulauan Nusantara.

Biasanya mereka singgah di kerajaan Mataram Islam seperti keraton Surakarta dan Yogyakarta yang waktu itu namanya sudah masyhur di mana-mana, sehingga tidak heran jika kemasyhuran kerajaan Mataram Islam ini menjadikan banyak bangsa lain menjadi begitu tertarik untuk mendatangi pulau Jawa yang terkenal kaya dengan potensi alamnya. Misi mereka bermacam-macam. Selain untuk berdagang, umumnya mereka juga menyebarkan agama Islam di kawasan Nusantara ini.

Kini makamnya Syeikh Abdullah Mursyad tersebut berada di area pemakaman Setono Landean, terletak kurang lebih 5 KM dari desa Mrican Kota Madya Kediri, Jawa Timur. Oleh masyarakat setempat lokasi tersebut biasa dinamakan dengan sebutan "Setono Landean". Makam tersebut kini ramai didatangi para peziarah dari berbagai daerah khususnya pada Kamis malam Jumat.

Tujuh Dawuh Syaikhona Mbah Kyai Makhrus Ali Ponpes Lirboyo





Tujuh (7) Mawaidh (Petuah) Syaikhona Kyai Makhrus Ali Lirboyo
=================================
1-Orang ingin sukses itu kuncinya menghormati istri...

2- Kalau ingin hidup mulia hormati orangtua, khususnya ibu...

3- Ingat kalau kamu jadi pemimpin, tolong hindari 2 masalah. Pertama, jangan sampai mata duitan. Kedua, jangan tergoda perempuan. Kalau bisa bertahan dari dua hal ini insyaallah selamat...

4-Nabi Sulaiman itu sukses dalam 90 th dan Nabi Nuh sukses dalam waktu 900 th. Tetapi di dalam Al Quran yg disebut ulul 'azmi adalah Nabi Nuh. Ini menunjukkan perjuangan dilihat dari kesulitan, bukan dari jumlah murid...

5- Orang yang mempunyai ilmu sambil di riyadlohi dengan yang tidak di riyadlohi itu hasilnya beda. Riyadloh yang paling utama adalah istiqamah...

6- Saya dulu waktu di pondok tidak pernah membayangkan akan jadi kyai, tidak pernah membayangkan akan menjadi orang kaya. Akhirnya menjadi orang mulia seperti ini saya takut. Jangan-jangan bagian saya ini saja, diakhirat tidak dapat bagian apa-apa...

7- Ngajarlah ngaji !!! Kalau nanti kamu tidak bisa makan, kethoken kupingku.
Fa amruna Sami'naa Wa atho'na Yaaa Kyai ...

Ya الله mugi keparing saget Ngestoake Dawuh Mbah Kyai ,Tumuju dumateng Karidhoan Pangersa Tuan ...Aamiiin.

♻ TRIK KHATAM AL QUR'AN DI BULAN RHOMADHON ♻






♻ UNTUK (1) KALI KHATAM, JUMLAH YG DIBACA :
1. Shalat Subuh 4 halaman
2. Shalat Zhuhur 4
halaman 
3. Shalat 'Ashar 4 halaman
4. Shalat Maghrib 4 halaman
5. Shalat 'Isya 4 halaman



♻ UNTUK (2) KALI KHATAM :
1. Shalat Subuh 8 halaman
2. Shalat Zhuhur 8 halaman
3. Shalat 'Ashar 8 halaman
4. Shalat Maghrib 8 halaman
5. Shalat 'Isya 8 halaman


♻ UNTUK (3) KALI KHATAM :
1. Shalat Subuh 12 halaman
2. Shalat Zhuhur. 12 halaman
3. Shalat 'Ashar 12 halaman
4. Shalat Maghrib 12 halaman
5. Shalat 'Isya. 12 halaman

♻ SEBARKAN KEBAIKAN, Rasulullah SAW bersabda,
♻ " Barang siapa menunjukkan satu kebaikan, maka baginya pahala semisal orang yg mengikuti KEBAIKAN tsb "
(HR. Muslim, no. 1893).