Wednesday, June 1, 2016

KETIKA PERUT RASULULLAH SAW BERBUNYI





Suatu ketika Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallama Menjadi imam sholat. Para sahabat yang menjadi makmum di belakangnya mendengar bunyi gemercik menggerutup seolah-olah sendi-sendi pada tubuh Rasulullah bergeser antara satu sama lain.
Sayidina Umar yang tidak tahan melihat keadaan baginda itu langsung bertanya setelah selesai sholat, ”Ya Rasulullah, kami melihat seolah-olah tuan menanggung penderitaan yang amat berat, apakah Anda sakit?” Namun Rasulullah menjawab, ”Tidak. Alhamdulillah, aku sehat dan segar.” Mendengar jawaban ini Umar bin khatab melanjutkan pertanyaannya, ”Lalu mengapa setiap kali engkau menggerakkan tubuh, kami mendengar seolah-olah sendi bergesekan di tubuh tuan? Kami yakin engkau sedang sakit…” Melihat kecemasan di wajah para sahabatnya,Rasulullah pun mengangkat jubahnya.
Para sahabat amat terkejut. Terlihatlah perut Manusia yang dimuliakan Allah ini, Dan Ternyata perut Rasulullah yang kempis, kelihatan dililiti sehelai kain yang berisi batu kerikil untuk menahan rasa lapar. Batu-batu kecil itulah yang menimbulkan bunyi-bunyi halus setiap kali tubuh Rasulullah bergerak.
Umar memberanikan diri berkata, ”Ya Rasulullah! Adakah bila engkau menyatakan lapar dan tidak punya makanan, lalu kami hanya akan tinggal diam?” Rasulullah menjawab dengan lembut, ”Tidak para sahabatku. Aku tahu, apa pun akan engkau korbankan demi Rasulmu ini. TETAPI APAKAH YANG AKAN AKU JAWAB DIHADAPAN ALLAH NANTI,APABILA AKU SEBAGAI PEMIMPIN, MENJADI BEBAN BAGI UMMATNYA..??” Para sahabat yang mendengar hanya tertegun menderaikan air mata. Rasulullah melanjutkan, ”Biarlah kelaparan ini sebagai hadiah
“Ya Allah, limpahkanlah shalawat serta salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad, sang cahaya-Mu yang selalu bersinar dan pemberian-Mu yang tak kunjung putus, dan kumpulkanlah aku dengan Rasulullah di setiap zaman, serta shalawat untuk keluarganya dan sahabatnya, wahai Sang Cahaya.”
آمين...

Hukuman ALLAH SWT









Madras Ribath - Ketika seorang pemuda bertanya kepada Imam Hasan Al-Basri :
.
"Aku telah banyak melakukan maksiat,mengapa aku tidak dihukum oleh Allah?" Lantas imam Hassan Al Basri bertanya kembali kepada pemuda itu..
.
"Apakah setiap malam kamu bangun tahajud?"
.
"Tidak." ujar pemuda itu..
.
"Itulah hukuman kamu yang seberat-beratnya.Tiada hukuman yg lebih berat jika Allah telah berpaling darimu. Dia tidak lagi mau "berbicara" dan "mendengar bicara " darimu, dibiarkan terlena itu panjang padamu..
.
"Cukuplah Allah swt menarik nikmat dan kelazatan tahajjud dlm dirimu itu sbg hukuman kepadamu"..


Allahuma sholii alaa sayyidina muhammad wa alaa aalihi wa shohbihi wa salim.

IBUNDA IMAM SYAFII, SEORANG IBU YANG TIDAK BANGGA ATAS KEKAYAAN ANAKNYA




Lahirnya Ulama' Besar tak lepas dari peran seorang ibunda yang sholihah .
___
" Nak pergilah menuntut ilmu tuk jihad di jalan Allah, Kelak kita bertemu di akhirat saja .... " Perintah Ibunda Imam Syafi'i kepada Imam Syafi'i sebelum rihlah mondoknya .
Kemudian, Imam Syafi'i berangkat dari makkah ke madinah, kemudian ke Iraq. Di Iraq Imam syafi'i BUKAN 1 sampek 2 tahun, karena beliau tidak berani pulang ke rumah , karena ketika beliau ingin pulang beliau teringat pesan ibunda beliau tersebut ( " Kelak kita bertemu di akhirat saja...") sehingga sebelum ada Izin dari Ibunya beliau tidak berani Pulang ke rumah. Nah kemudian di Iraq beliau menjadi orang besar, Ulama' dan alim. sehingga setiap ada rombongan dari Iraq mau haji, Ibunya Imam Syafi'i dateng dan ikut berhaji juga.
Suatu ketika ada halaqoh besar di masjidil harom, Ada seorang ulama besar dari Iraq dalam perkataanya sering menyebut "Muhammad Bin Idris Asy-syafii berkata begini begini ...". Kemudian Ibunya Imam Syafi'i bertanya " Ya Sayikh, Siapakah Muhammad bin Idris Asy-syafi'i itu ? "
Kemudian Syaikh tersebut menjawab dengan bangganya , "Dia adalah guruku, seorang yang 'Alim, Cerdas, Sholeh yang berada di Iraq. Asalnya dari mekkah sini... "
Kemudian Ibu Imam Syafi'i berkata "Ketahuilah Syaikh, Muhammad Bin Idris Asy-syafii itu adalah Anak-ku.... "
Syaikh itu-pun kaget dan tercengang " Subhanalloh, wahai ibu, Benarkah hal itu ?"
"Ya, benar. dia adalah ANAK-KU..." Jawab ibu imam syafi'i.
Rombangan dari Iraq itupun seketika menunduk, sebagai tanda hormat kepada Ibu Imam Syafi'i, Kemudian Syaikh tersebut berkata "Wahai ibu, Sepulang dari haji ini kita akan kembali ke Iraq. Apa pesanmu kepada Imam Syafi'i ? "
Kemudian Ibunda Imam Syafi'i berkata " Pesanku kepada syafi'i " Sekarang, Jikalau dia sekarang ingin pulang, aku mengizininya untuk pulang...."
Kemudian, Sepulang dari haji, Syaikh beserta rombongan Iraq itupun menyampaikan Pesan tersebut kepada Imam Syafi'i RA. bahwasanya "Ibundanya, mengizinkan beliau untuk pulang ke rumah....", mendengar hal tersebut, mata beliaupun terharu dan merasa bahagia.
Ini artinya Imam Syafi'i masih berkesempatan bertemu dengan sang Ibunda di dunia ini, walaupun sebelumnya ibundanya berkata "kita bertemu di akhirat saja....".
Imam Syafi'i tidak mengulur-ngulur waktu, beliaupun berkemas kemas ingin sesegera mungkin bertemu sang Ibunda di makkah. Sebelumnya Imam Syafi'i berpamitan kepada warga Iraq setempat. Karena keAliman dan kemasyhuran beliau di Iraq, Masyarakat yang mencintai dan mengagumi beliau, merasa bersimpati kepada Imam Syafi'i dengan memberi apa yang mereka punya dari kekayaan mereka , ada yang memberi Unta, Dinar DLL sekedar bekal belaka. Walhasil, Imam Syafi'i pun pulang dengan membawa puluhan unta dan di kawal oleh beberapa santri beliau.
(Berangkatnya "Niat nyari Ilmu", Pulang "membawa kekayaan". beda ma anak-anak kita. )
Sesampai di perbatasan kota mekkah, Imam Syafi'i mengutus seorang santrinya agar mengabarkan kepada Ibundanya bahwa saat ini beliau sudah di perbatasan kota mekkah. (dan seperti ini termasuk sunnah , yakni mengabarkan rumah ketika seseorang mau pulang supaya pihak rumah mempersiapkan sesuatu. bukan membuat malah kejutan)
Kemudian, Santri Imam Syafi'i-pun mengetuk pintu rumah.
"Siapa itu ?" Tanya Ibunda Imam Syafi'i.
"Saya adalah santri Imam syafi'i yang di utus beliau agar mengabarkan kepada anda, bahwa Imam Syafi'i sekarang sudah berada di perbatasan kota mekkah" Jawab santri Imam Syafi'i.
Lalu Ibunda Imam Syafi'i berkata " Syafi'i Membawa apa ? ..."
Dengan Bangga Santri Imam Syafi'i menjawab " Imam Syafi'i pulang dengan membawa puluhan unta dan harta lainya..."
Mendengar penuturan santri Imam Syafi'i yang polos itu, Ibunda Imam Syafi'i menutup pintunya sambil berkata " AKu menyuruh Syafi'i ke Iraq bukan untuk mencari dunia....!!!
beritahu kepada Syafi'i bahwa dia tidak boleh pulang ke rumah....!! "
Menuruti perintah ibunda Imam Syafi'i, santri Imam Syafi'ipun gemetar dan berkata kepada Imam Syafi'i "Wahai Imam, Ibunda anda marah ? dan menyuruh anda untuk tidak boleh pulang ke tumah."
Lalu Imam Syafi'i berkata " mengapa bisa demikian ?"
Santrinya pun menjawab " Wahai Imam, Sesungguhnya ibunda anda bertanya ? syafi'i membawa apa ? kemudian aku berkata bahwa " Imam Syafi'i Syafi'i membawa puluhan unta dan kekayaan lainnya...."
"Sungguh kesalahan besar dirimu, jika engkau menganggap Ibundaku akan bahagia dengan harta yang ku bawa ini. Baiklah, sekarang kumpulkan orang mmekkah dan bagikan semua unta dan kekayaan lainya pada penduduk mekkah, dan sisakan kitab-ku, setelah itu khabarkan lagi kepada Ibuku.... " Ujar Imam Syafi'i kepada santrinya.
Santri Imam Syafi'i itupun menurut apa yang diperintahkan oleh gurunya, lantas ia kembali ke rumah Imam Syafi'iuntuk menemui ibunda beliau. sesampai di depan rumah ia mengetuk pintu, dan terdengarlah dari dalam rumah "Siapa ?"
" Saya adalah Murid Imam Syafi'i yang kemarin dan ingin mengabarkan kepada anda, bahwa Imam Syafi'i telah membagikan semua untanya dan harta yang lainnya, yang beliau bawa hanya KITAB dan ILMU...." Jawab santri Imam Syafi'i.
"Alhamdulillah, Baiklah sekarang khabarkan kepada Syafi'i bahwa dia boleh pulang ke rumah dan dia aku tunggu ..."
Mendegar khabar itu Imam Syafi'i bahagia dan terharu dengan khabar tersebut, seraya mencium ibundanya yang telah lama tidak bertemu.

TASAWUF DAN MODERNISASI





Tasawuf dan modernisasi adalah dua term yang tidak bisa dipisahkan dan harus dimiliki oleh manusia karena keduanya memiliki peran masing-masing dalam diri manusia yakni dalam mengemban amanat-Nya sebagai wakil Allah Swt di muka bumi. Oleh karena itu, usaha mengembangkan keduanya menjadi sesuatu yang harus kita optimalkan. Bagaimana bertasawuf tanpa meninggalkan aktifitas di zaman modern tanpa meninggalkan konsep-konsep tasawuf.
Penulis yakin bahwa asumsi tentang peradaban zaman modern adalah bukan sesuatu yang “kotor”, apalagi tanpa “nilai” karena peradaban zaman modern (ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern yang merupakan ciri dari peradaban modern), dapat membimbing manusia kepada Allah beserta keagungan-Nya.
Alam semesta yang sangat luas adalah ciptaan Allah dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dapat dijadikan instrumen manusia untuk menyelidikinya, mengungkapkan keajaiban-Nya dan berusaha memanfaatkan kekayaan alam yang melimpah ruah untuk kesejahteraan hidupnya.
Dengan melihat peranan teknologi modern dan tasawuf yang sangat penting dalam kehidupan manusia, maka tidak selayaknya jika kita menempatkan keduanya pada posisi yang “antagonistik” (bertentangan satu dengan yang lain), tetapi hendaknya kita menempatkan keduanya pada posisi yang sejajar yakni sebagai mitra untuk membahagiakan manusia baik lahir maupun batin.

Teknologi modern memenuhi kepuasan lahir manusia dengan menampilkan seperangkat teknologi yang dapat memenuhi segala kebutuhan jasmani manusia, sedangkan tasawuf memenuhi kepuasan batin manusia dengan menampilkan seperangkat metodologi dalam mendekatkan diri pada kesempurnaan Allah Swt sehingga dapat memenuhi kebutuhan batin manusia. Oleh karena itu agar kehidupan menjadi semakin bermakna dan tidak mengurangi eksistensi kemanusiaan manusia modern, maka perlu adanya penanaman benih kesufian melalui jalan diterimanya tasawuf di tengah-tengah masyarakat muslim yang sedang menikmati dan mendayagunakan teknologi modern, sehingga apa yang diharapkan manusia itu sendiri yakni terwujudnya hidup yang aman, damai, sejahtera baik lahir maupun batin dapat benar-benar terealisasikan.

Membahas Tentang Orang Tua Rosulullah SAW



Kafirkah Orang Tua Rasullulloh?
(Meluruskan pemahaman yang sangat lancang)


Assalamualaikum Wr. Wb.

Madras Ribath - Pak Ustadz, saya pernah membaca sebuah artikel dari seorang ust, yang menyatakan bahwa kedua orang tua Rasullulloh wafat dalam keadaan kafir dan masuk neraka, benarkah demikian? Mohon jawabannya.Terima kasih.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Jawaban :
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Sebenarnya apa yang anda baca itu tidak akan memberikan faedah apa-apa buat keimanan kita. Dan mengingat bahwa kedua orang tua beliau SAW sudah wafat, maka apakah masuk surga atau neraka, semua menjadi urusan Allah.
Namun tidak ada salahnya untuk sedikit kita ulas di sini masalah tersebut, agar tidak melahirkan penasaran terus.
Sesungguhnya pertanyaan seperti ini memang mengusik perhatian .
Pendapat Pertama(jumhur,atau mayoritas ulama)
mengatakan bahwa keduanya termasuk ahlul fatrah, yaitu orang-orang yang hidup di masa tidak ada kenabian. Semenjak nabi Isa as hingga diutusnya nabi berikutnya terpaut jarak waktu yang panjang. Umat manusia hidup tanpa adanya risalah kenabian. Sebagian ulama mengatakan bahwa manusia yang hidup di masafatrah ini tidak dimintai pertanggung-jawaban.
Mereka mendasarkan pendapatnya dari firman Allah SWT:
Dan tidaklah Kami mengazab kecuali setelah mengirim seorang rasul (QS. Al-Isra:15)
Dan pendapat ini cukup adil dan sangat kuat karena tidak akan mungkin bertentangan antara dalil al quran dan hadits
Ini bisa juga kita baca dalam kitab shahih tirmizi bab mimpi,bahwa sepupu khadijah ra pun wafat sebelum nabi d angkat menjadi rosul,dan dalam mimpi itu nabi saw memberi isyarat bahwa warokoh bin naufal dalam syurga.
lantaran secara nalar tentu kita tidak bisa menerima bila seseorang dimasukkan ke dalam neraka, padahal tidak ada seorang nabi pun yang mengajarkan agama kepada mereka. Bagaimana Allah SWT yang Maha Adil itu sampai tega menghukum orang yang tidak tahu apa-apa?
Pendapat ini didukung antara lain oleh Al-Imam As-Suyuthi dan lainnya.
Dalil hadits
Hadits Nabi SAW :
قال رسول الله (( لم ازل انقل من اصلاب الطاهرين الى ارحام الطاهرات ))
“ aku (Muhammad SAW) selalu berpindah dari sulbi-sulbi laki-laki yang suci menuju rahim-rahim perempuan yang suci pula”
Jelas sekali Rasulullah SAW menyatakan bahwa kakek dan nenek moyang beliau adalah orang-orang yang suci bukan orang-orang musyrik karena mereka dinyatakan najis dalam Al-Qur’an. Allah SWT berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنَّمَا الْمُشْرِكُونَ نَجَسٌ
“Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis”
Nama ayah Nabi Abdullah, cukup membuktikan bahwa beliau beriman kepada Allah bukan penyembah berhala.
Jika anda ingin mengetahui lebih banyak, maka bacalah kitab ‘Masaliku al-hunafa fi waalidai al-Musthafa” karangan Imam Suyuthi.
Dalil ke3
As-Suhaili setelah meriwayatkan hadits al-Hakim dari Ibnu Mas’ud (dan dikatakan shahih olehnya):
سُئِلَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ أَبَوَيْهِ فَقَالَ مَا سَأَلْتُهُمَا رَبِّي فَيُعْطِيْنِي فِيْهِمَا وَإِنِّي الْقَائِمُ يَوْمَئِذٍ الْمَقَامَالْمَحْمُوْدَ
“Rasulallah ditanya tentang ayahanda dan ibunda beliau, beliau menjawab: ‘Sesuatu yang aku minta kepada Tuhanku untuk kedua orang tuaku, Allah memberikannya kepadaku untuk kedua orang tuaku, dan aku yang akan mengurus mereka saat dalammaqam mahmud [syafaat].
Pendapat Kedua
Namun sebagian ulama berkesimpulan yang berbeda. Sebab mereka mendapati adanya hadits yang sekilas sangat tegas menyebutkan bahwa Rasulullah tidak diizinkan untuk memintakan ampunan buat kedua orang tuanya.
Rasulullah SAW bersabda, "Aku meminta izin kepada Tuhanku untuk memintakan ampunan buat ibuku, namun Dia tidak mengizinkan Aku. Aku meminta izin untuk menziarahi kuburnya, Aku pun diizinkan." (HR. Muslim)
Imam Suyuthi menerangkan bahwa Hammad perowi hadits di atas diragukan oleh para ahli hadits dan hanya diriwayatkan oleh Imam Muslim. Padahal banyak riwayat lain yang lebih kuat darinya seperti riwayat Ma’mar dari Anas, al-Baihaqi dari Sa’ad bin Abi Waqosh :
“اِنَّ اَعْرَابِيًّا قَالَ لِرَسُوْلِ الله اَيْنَ اَبِي قَالَ فِي النَّارِ قَالَ فَأَيْنَ اَبُوْكَ قَالَ حَيْثُمَا مَرَرْتَ بِقَبْرِ كَافِرٍ فَبَشِّّرْهُ بِالنَّارِ”
Sesungguhnya A’robi berkata kepada RasulullahSAW “ dimana ayahku ?, Rasulullah SAW menjawab : “ dia di neraka”, si A’robi pun bertanya kembali “ dimana AyahMu ?, Rasulullah pun menawab “ sekiranya kamu melewati kuburan orang kafir, maka berilah kabar gembira dengan neraka “
Riwayat di atas tanpa menyebutkan ayah Nabi di neraka.
Kalau kita pahami sekilas memang ada kesan bahwa ibunda nabi SAW itu tidak masuk surga. Sebab Rasulllah SAW sampai memerlukan memintakan ampunan atasnya. Dan ternyata permintaan itu tidak dikabulkan Allah SWT.
Namun kesimpulan pendapat kedua ini tidak bisa diterima Mereka menolak bila hadits itu disimpulkan dengan cara demikian. Kalau Allah SWT tidak memperkenankan Rasulullah SAW memintakan ampunan untuk kedua orang tua, tidak berarti orang tuanya bukan muslim. Sebagaimana ketika Rasulullah SAW tidak menyalatkan jenazah yang masih punya hutang, sama sekali tidak menunjukkan bahwa jenazah it mati dalam keadaan kafir.
Adapun larangan Allah SWT untuk memintakan ampunan orang kafir adalah semata-mata karena orang itu sudah diajak masuk Islam, namun tetap membangkang dan akhirnya tidak sempat masuk Islam dan mati dalam keadaan kafir. Sedangkan kedua orang tua nabi SAW sama sekali belum pernah membangkang atau mengingkari dakwah. Sebab mereka ditakdirkan Allah SWT untuk hidup sebelum masa turunnya wahyu.
Sebaiknya buat kita untuk segera menutup diskusi seperti ini, karena tidak akan menambah apapun. Sementara bagi Rasulullah SAW justru akan sangat mengiris dan menyakiti hati beliau . Dan kita tidak boleh menyakiti hati beliau dengan memvonis bahwa kedua orang tua beliau kafir.
Al-Qadhi Ibnu Arabi al-Maliki, seorang ahli fiqih dan hadits dari kalangan Malikiyyah, ketika ditanya tentang seseorang yang mengatakan bahwa ayahhanda Nabi masuk Neraka, beliau menjawab: “Orang tersebut dilaknat karena Allah berfirman (Q.S. al-Ahzab: 57):
إنَّ الّذِينَ يُؤْذُونَ اللهَ وَرَسُولَهُ لَعَنَهُمُ اللهُ في الدُّنْيَا والآخِرَةِ
“Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan rasul-Nya dilaknat oleh Allah di dunia dan akhirat.”[12]
As-Suhaili setelah meriwayatkan hadits al-Hakim dari Ibnu Mas’ud (dan dikatakan shahih olehnya):
Sedangkan dalil yang mengatakan orang tua nabi dalam neraka itu sangat bertentangan dengan banyak riwayat di atas tadi kita
Wallahu a'lam bishshawab wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

PENTINGNYA MEMBACA SURAT AL FATH DI MALAM PERTAMA RAMADHAN






1. Telah disebutkan di dalam kitab Kanzun Najaah Was Surur, karya Syeikh ‘Abdul Hamid bin Muhammad ‘Ali bin ‘Abdul Qaadir al-Quddus al-Makki asy-Syafie tentang keutamaan membaca surat al-Fath pada malam awal Ramadhan.

Faedah: Membaca Surah al-Fath Pada Malam Awal Ramadhan. Telah berkata Syaikh Abu Bakar an-Naisaaburi, "Aku telah mendengar Muhammad bin ‘Abdul Malik berkata, aku telah mendengar Yazid bin Harun berkata, aku telah mendengar as-Sam’udi berkata, 'Telah sampai kepadaku bahwa barangsiapa membaca surah al-Fath pada malam awal (malam pertama) Ramadhan di dalam sholat tathawwu’ (solat sunat), dia berada di dalam penjagaan Allah untuk tahun tersebut'.

2. Sulthonul Ulama' Al Habib Salim bin Abdullah Asy Syathiri berkata, "Hendaknya kita melakukan shalat di malam pertama bulan Ramadhan empat rakaat, yang dibaca untuk setiap rakaatnya satu maqra (tempat tanda bacaan) dari surah Al-Fath (Inna fatahna laka fathan mubina…).

Diriwayatkan oleh Al- Khatib Asy-Syarbini bahwa barang siapa melakukan hal tersebut di awal malam Ramadhan, ia akan menjalani kehidupannya setahun dalam kebaikan dan berkecukupan. Hendaknya engkau melaku­kan hal itu".

(Catatan) Tentang membaca surat Al Fath di malam pertama bulan Ramadhan ini, penulis menyimpulkan cara pengamalan dari dua sumber di atas.

Caranya, dirikanlah sholat sunat apapun di malam pertama Ramadhan, dan bacalah di dalam sholat tersebut (setelah membaca surah al-Fatihah), separuh daripada surat al-Fath dan sempurnakan separuhnya lagi di dalam rakaat kedua. Bisa dilakukan dua roka'at saja, atau empat roka'at.

3. Tersebut juga di dalam kitab al-Wasaailul asy-Syaafi’ah fi al-Adhkar an-Naafi’ah wa al-Auraad al-Jaami’ah wa ats-Tsimaar al-Yaani’ah wa al-Hujub al-Hariizah al-Maani’ah ‘an an-Nabiy صلى الله عليه وآله وسلم karya al-Imam al-‘Allamah as-Sayyid asy-Syarif al-Muhaddits al-Habib Muhammad bin ‘Ali Khirid al-‘Alawi al-Husaini at-Tarimi (wafat 960هـــ), halaman 474:

Dari Sayyidina Abdullah Ibnu ‘Umar رضي الله عنهما, Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم telah bersabda, "Telah diturunkan kepadaku semalam akan satu surah yang lebih kukasihi daripada segala apa yang terbit matahari atasnya (yakni dunia dan segala isinya), dan dianjurkan agar dibaca pada awal malam bulan Ramadhan. Maka bacalah dan ajarkan kepada anak-anak kalian, in syaaAllah mereka tidak akan ditimpa kesusahan".

4. Berkata Syeikh Hussin Qudri Martapura di dalam karyanya berjudul Senjata Mukmin, pada halaman 92:

Surah al-Fath
(Khasiatnya) barangsiapa membacanya 3 (tiga) kali pada malam permulaan timbul bulan Ramadhan, in syaaAllah terpeliharalah ia di dalam setahunan itu dari marabahaya dan diluaskan rezekinya.

Sumber Madras Ribath


Terkuaknya Kewalian Wali Samud Semarang Oleh Mbah Hamid Pasuruan







Pada suatu waktu, ada tamu dari Kendal sowan kepada Mbah Hamid, singkat cerita, Mbah Hamid menitipkan salam untuk Wali Samud yang kesehariannya berada di Pasar, menitipkan salam untuk seorang yang dianggap gila oleh masyarakat Kendal dan Semarang.
Wali Samud kesehariannya berada di sekitar pasar dengan pakaian dan tingkah laku persis seperti orang gila, namun tidak pernah mengganggu orang-orang di sekitarnya. Terkadang beliau membantu bongkar muat barang-barang di Pasar dan tidak mau di kasih upah.
Tamu tersebut bingung kenapa Mbah Hamid sampai menitip salam untuk Samud yang dianggap gila oleh dirinya dan orang-orang di daerahnya.
Tamu tersebut bertanya,
“Bukankah Samud tersebut adalah orang gila Kyai..?” kemudian Mbah Hamid menjawab, “Beliau adalah Wali Besar yang menjaga Kendal dan Semarang, Rahmat Allah turun, Bencana di tangkis, itu berkat beliau, sampaikan salamku!” Kemudian, setelah si tamu pulang ke Kendal, menunggu keadaan pasar sepi, dihampirinyalah Wali Samud yang dianggap “orang gila” itu, yang ternyata Shohibul Wilayah Kendal dan Semarang itu.
“Assalamu’alaikum…” sapa si tamu,
Wali Samud memandang dengan tampang menakutkan layaknya orang gila sungguhan, kemudian keluarlah seuntai kata dari bibirnya dengan nada sangar,
“Wa’alaikumussalam.. ada apa..!!!”
Dengan badan agak gemetar, si tamu memberanikan diri,
Berkatalah ia, “Panjenengan dapat salam dari Mbah Hamid Pasuruan, Assalamu’alaikum……”
Tak beberapa lama, Wali Samud berkata,
“Wa’alaikum salam” dan berteriak dengan nada keras,
“Kurang ajar si Hamid, aku berusaha bersembunyi dari manusia, agar tidak diketahui manusia, kok malah dibocor-bocorkan”
“Ya Allah, aku tidak sanggup, kini telah ada yang tahu siapa aku, aku mau pulang saja, gak sanggup aku hidup di dunia”
Kemudian Wali Samud membaca sebuah do’a, dan bibirnya mengucap, “LAA ILAAHA ILLALLAH… MUHAMMADUR RASULULLAH”
Seketika itu, langsung wafatlah Wali Samud di hadapan orang yang diutus Mbah Hamid agar menyampaikan salam, hanya si tamulah yang meyakini bahwa orang yang di cap sebagai orang gila oleh masyarakat Kendal dan Semarang itu adalah Wali Besar, tak satu pun masyarakat yang meyakini bahwa orang yang meninggal di Pasar adalah seorang Wali,
Malah si tamu juga dicap sebagai orang gila oleh orang-orang karena meyakini Samud sebagai Wali. Di Antara Keanehan Pada Diri Wali Samud
Menurut cerita tutur, Wali Samud biasa membawa-bawa (red. b. jawa: nenteng-nenteng) daun kurma yang masih basah dan dijadikan alas duduk/tidur di Pasar.
Setiap hari Jum’at beliau jarang terlihat di Pasar, padahal setiap harinya beliau ada di Pasar itu. Dan terkadang beliau jalan-jalan di Pasar memakai peci putih layaknya sudah menunaikan haji, padahal tingkah laku dan pakaian beliau persis seperti orang gila.
Subhanallah.. begitulah para Wali-Walinya Allah,
Saking inginnya berasyik-asyikan hanya dengan Allah sampai berusaha bersembunyi dari keduniawian, tak ingin ibadahnya di ganggu oleh orang-orang ahli dunia,
Bersembunyinya mereka memakai cara mereka masing-masing, Oleh karena itu, janganlah kita su’udzan terhadap orang-orang di sekitar kita, jangan-jangan dia adalah seorang Wali yang “bersembunyi”.
Cerita Mbah Hamid yang saya coba tulis hanyalah sedikit dari kisah perjalanan Beliau, semoga kita, keluarga kita, tetangga kita dan orang-orang yang kita kenal senantiasa mendapat keberkahan sebab rasa cinta kita kepada wali-walinya Allah.
Jadi ingat nasihat Maha Guru kami, Al Quthb Habib Abdulqadir bin ahmad Bilfaqih.
“Jadikanlah dirimu mendapat tempat di hati seorang Auliya”
Semoga nama kita tertanam di hati para kekasih Allah, sehingga kita selalu mendapat nadhroh dari guru-guru kita, dibimbing ruh kita sampai terakhir kita menghirup udara dunia ini. Amin Ya Rabbal ‘Alamin…….. !!!!
Saifurroyya
Sumber : Syaikhuna wa Murobbi Arwachina KH. Achmad Sa’idi bin KH. Sa’id
(Pengasuh Ponpes Attauhidiyyah Talang, Tegal) dan Dari Cerita Ulama dan Masyarakat Semarang, Kendal dan sekitarnya