Saturday, June 25, 2016

Ketika Habib Luthfi di tanya tentang keistimewaan ziarah kubur


 


Saya pernah ditanya:
“Bib, keistimewaannya ziarah walisongo apa?”,
saya jawab: “Isin!”
Jawaban saya masih dikejar:
“Lho, bukannya istimewanya ada pada berkah”.

“Bukan. Terlalu tinggi itu buat saya.”
Tandas saya. Anda lihat, Sunan Ampel misalnya, sudah berapa ratus orang yang berdzikir di makam beliau tiap hari?
Makam Sunan Kalijaga, berapa ratus orang yang sudah menyebut nama Allah di sana tiap malam?
Sunan Muria, sudah berapa ribu orang yang membaca Qur'an dan membaca shalawat di sana (Muria)?
Saya sendiri saja masih susah mengajak anak-anak sehabis maghrib untuk berkumpul dan memperkenalkan ajdad (leluhur), berdoa, berdzikir, dan membaca Quran.
Bagaimana bisa seramai di makam para auliya` Allah Walisongo?
Padahal mereka sudah wafat ratusan tahun yang lalu, dan saya masih hidup.
Berziarah, selain melahirkan budaya malu seperti tadi, seharusnya berfungsi memperkenalkan siapa yang ada di makam tersebut kepada anak-anak kita. Seharusnya bukan Walisongo saja, tapi perkenalkan juga siapa Kiai Sentot Prawirodirjo, siapa Kiai Diponegoro, siapa Jenderal Sudirman, karena kita semakin lupa dengan para pahlawan negeri ini. Lihatlah bendera kita, merah putih, ia berdiri tegak bukan secara gratis! Ada darah dan nyawa para pahlawan yang harus dibayar untuk “membeli” bendera itu.
Coba kita kenalkan para pahwalan itu setiap habis maghrib.
Ibarat kita sudah merdeka ini, seperti ada hidangan di meja di depan kita dan kita tinggal melahapnya saja. Tapi bukannya melahap, eh malah sibuk ribut sendiri, saling sikut, mau diadu domba.
Makam Sunan Ampel saja, yang sudah wafat ratusan lalu, masih sanggup mempersatukan masyarakat sekarang yang masih hidup.
Pintu makam selalu dibuka, semua orang dapat menziarahi, apapun warna kulitnya, apapun partainya, dan di kanan-kiri banyak orang berjualan, pendapatan mereka bertambah, ada pekerjaan yang dapat menyambung hidup mereka. Muka kita mau ditaruh dimana, wong orang yang sudah mati saja masih bisa begini, tapi kita yang masih hidup tidak bisa apa-apa.
Haul Agung Sunan Ampel.
Sumber FB:
Habib Muhammad Luthfi bin Yahya

Pembayaran Fidyah Sebulan dan Memberikannya kepada Satu Orang


Pertanyaan:
1. Bolehkah memberikan fidyah puasa Ramadhan kepada fakir miskin dibayar sekaligus satu bulan?
2. Bolehkah semuanya diberikan kepada satu orang fakir/miskin saja?
FN Hafidz, Blitar
Jawaban:
1. Pembayaran fidyah boleh dilakukan secara sepaket satu bulan (beberapa fidyah masing-masing hari dikumpulkan di akhir), asalkan tidak mendahului puasa yang difidyahinya. Sebab kewajiban pembayaran fidyah bersifat tarakhi (tidak harus segera dilakukan).
2. Fidyah puasa Ramadhan juga boleh diberikan kepada satu orang saja. Sebab, fidyah masing-masing hari bersifat terpisah dengan selainnya, sebagaimana masing-masing puasa yang diganti dengannya.
Referensi:
شرح المحلي وحاشية قليوبي، ٢/ ٨٦:
(وَالْأَظْهَرُ وُجُوبُ الْمُدِّ) لِكُلِّ يَوْمٍ. (عَلَى مَنْ أَفْطَرَ) فِي رَمَضَانَ. (لِلْكِبَرِ) بِأَنْ لَمْ يُطِقْ الصَّوْمَ وَكَذَا مَنْ لَا يُطِيقُهُ لِمَرَضٍ لَا يُرْجَى بُرْؤُهُ. قَالَ تَعَالَى: {وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ} [البقرة: ١٨٤] الْمُرَادُ لَا يُطِيقُونَهُ
قَوْلُهُ: (وُجُوبُ الْمُدِّ) أَيْ لَا عَلَى الْفَوْرِ كَمَا قَالَ إلَيْهِ شَيْخُنَا ...
قَوْلُهُ: (لِكُلِّ يَوْمٍ) وَلَهُ إخْرَاجُهُ مِنْ أَوَّلِ لَيْلَتِهِ وَلَا يَصِحُّ الْإِخْرَاجُ عَنْ الْمُسْتَقْبَلِ.
شرح المحلي وحاشية قليوبي، ٢/ ٨٨:
(وَمَصْرِفُ الْفِدْيَةِ الْفُقَرَاءُ وَالْمَسَاكِينُ) خَاصَّةً لِأَنَّ الْمِسْكِينَ ذُكِرَ فِي الْآيَةِ وَالْحَدِيثِ وَالْفَقِيرُ أَسْوَأُ حَالًا مِنْهُ. (وَلَهُ صَرْفُ أَمْدَادٍ) مِنْهَا (إلَى شَخْصٍ وَاحِدٍ) وَلَا يَجُوزُ صَرْفُ مُدٍّ مِنْهَا إلَى شَخْصَيْنِ.
قَوْلُهُ: (وَلَهُ صَرْفُ أَمْدَادٍ إلَخْ) وَذَلِكَ لِأَنَّ الْأَمْدَادَ بَدَلٌ عَنْ أَيَّامِ الصَّوْمِ وَهُوَ يَصِحُّ فِيهِ أَنْ يَصُومَ الْوَاحِدُ أَيَّامًا مُتَعَدِّدَةً عَنْ الْمُكَفِّرِ بَعْدَ مَوْتِهِ عَلَى الْقَدِيمِ الرَّاجِحِ وَفِي حَيَاتِهِ لَوْ قِيلَ بِهِ وَبِذَلِكَ فَارَقَ الزَّكَاةَ وَلَيْسَتْ الْأَمْدَادُ فِي الْحَيِّ فِي الْكَفَّارَةِ بَدَلًا عَنْ الْأَيَّامِ لِأَنَّهَا خَصْلَةٌ مُسْتَقِلَّةٌ فَلَمْ يَجْرِ فِيهَا مَا ذُكِرَ فَتَأَمَّلْ هَذَا، فَإِنَّهُ يُغْنِيك عَمَّا أَطَالُوا بِهِ هُنَا فِي الْجَوَابِ مِمَّا لَا يُجْدِي نَفْعًا. قَوْلُهُ: (وَلَا يَجُوزُ صَرْفُ مُدْمِنِهَا إلَى شَخْصَيْنِ) وَكَذَا لَا يَجُوزُ صَرْفُ ثَلَاثَةِ أَمْدَادٍ إلَى شَخْصَيْنِ لِأَنَّ كُلَّ مُدٍّ بَدَلُ صَوْمِ يَوْمٍ وَهُوَ لَا يَتَبَعَّضُ، وَلَا يُتَصَوَّرُ هُنَا وُجُوبُ بَعْضِ مُدٍّ. وَبِذَلِكَ فَارَقَ فِدْيَةَ نَحْوِ الْأَذَى فِي الْحَجِّ.

Friday, June 24, 2016

FUTUHUL GHAIB Risalah ke-52





FUTUHUL GHAIB Risalah ke-52
[Menyingkap Rahasia Ilahi]

Mutiara karya Syeikh Abdul Qodir Al-Jailany ra.


Sesungguhnya Allah akan menguji suatu golongan dari orang-orang yang beriman yang menjadi wali-Nya, yang didekati-Nya dan yang diberi-Nya ilmu-ilmu kerohanian, supaya mereka berdoa dan memohon kepada-Nya, dan Dia suka menerima doa dan permohonan mereka.
Apabila mereka berdoa dan memohon kepada Allah, maka Allah memperkenankan doa dan permohonan mereka, agar Allah menampakkan kemurahan dan keagungan-Nya kepada mereka. Kemurahan dan keagungan-Nya itu tampak ketika si mu’min memohon ke hadirat Allah dan mengharapkan agar doanya itu diterima.
Kadang-kadang, doa dan permohonan itu diperkenankan-Nya tidak dengan segera, tetapi sesuai dengan takdir dan hukum Allah dan bukannya tidak diterima.
Oleh karena itu, manakala si hamba ditimpa malapetaka, maka hendaklah ia bersabar dan memeriksa dirinya sendiri, apakah ia melakukan dosa dan maksiat, tidak mematuhi Allah, melakukan hal-hal yang haram dengan terang-terangan atau sembunyi-sembunyi ataukah ia menyalahkan takdir.
Sebab, ada kalanya ujian itu merupakan hukuman akibat ia melakukan dosa.
Jika malapetaka itu dihindarkan oleh Allah, maka akan baiklah ia. Dan jika tidak, maka teruslah bersabar, memohon dan meratap kepada Allah dengan penuh khidmat.
Sebab, mungkin saja ujian itu sengaja ditimpakan terus kepadanya, agar ia terus berdoa dan memohon kepada-Nya.
Janganlah kamu menyalahkan Allah lantaran Dia lambat mengabulkan doamu.
المقالة الثانية والخمسون
فـي سبب ابتلاء طائفة من المؤمنين
قـال رضـي الله تـعـالى عـنـه و أرضـاه : إنما يبتلى الله طائفة من المؤمنين الأحباب من أهل الولاية ليردهم بالبلاء إلى السؤال فيحب سؤالهم، فإذا سألوا يحب إجابتهم فيعطى الكرم والجود حقهما لأنهما يطالبان لأنه عز و جل عند سؤال المؤمنين من الإجابة، وقد تحصل الإجابة ولا يحصل النقد والنقاد لتعويق القدر لا على وجه عدم الإجابة والحرمان، فليتأدب العبد عند نزول البلاء، وليفتش عن ذنوبه في ترك الأوامر وارتكاب المناهى ما ظهر منا وما بطن. والمنازعة في القدر إذا تعاقب عليه، إنما يبتلى بذلك مقابلة، فان انكشف البلاء، وإلا، فليتخذ إلى الدعاء والتضرع والاعتذار فيديم بالسؤال لجواز أن يكون ابتلاه ليسأله، ولا يتهمه لتأخير الإجابة لما بيناه، والله أعلم.
.والله أعلم.

Kisah wafatnya Al-Habib ‘Abdul Qadir bin ‘Abdurrahman Aassegaf (Ayahanda Habib Syech bin 'Abdul Qadir Assegaf -Solo)



 


Kisah wafatnya Al-Habib ‘Abdul Qadir bin ‘Abdurrahman Aassegaf (Ayahanda Habib Syech bin 'Abdul Qadir Assegaf -Solo)

Kisah wafatnya Al-Habib ‘Abdul Qadir bin ‘Abdurrahman Aassegaf (Ayahanda Habib Syech bin 'Abdul Qadir Assegaf -Solo)
Meningal di Hari Jum'at Ketika Mengimami Sholat Jum'at di Sujud Terakir :
Shaf pertama penuh berdesak-desakan. Habib Abdul Qadir bin Abdurrahman Assegaf mengisyaratkan kepada Habib Najib bin Thoha Assegaf agar maju ke shaf pertama di belakang beliau.
Melihat shaf pertama yang telah penuh berdesak-desakkan itu Habib Najib bin Thoha berkata, “Shaf pertama telah penuh, wahai Habib.”
Mendengar jawaban itu Habib Abdul Qadir menjawab dengan penuh kewibawaan, “Wahai anakku, majulah, kau tak mengetahui maksudku!”
Jawaban itu menjadikan Habib Najib bin Thoha spontan maju ke shaf pertama, walaupun harus memaksakan diri mendesak shaf yang telah penuh itu.
“Allaahu akbar”.
Shalat Jum’at mulai didirikan. Habib Abdul Qadir membaca surat al-Fatihah, lalu membaca surat setelahnya dalam keadaan menangis. Di rakaat kedua pada sujud terakhir, beliau tak kunjung bangkit dari sujudnya. Suara nafasnya terdengar dari speaker masjid.
Karena sujud itu sudah sangat lama, maka Habib Najib bin Thoha memberanikan diri untuk menggantikan beliau.
“Allaahu akbar”, ucapan salam untuk mengakhiri shalat diucapkan.
Para jamaah berhamburan lari ke depan ingin mengetahui apa yang terjadi pada habib Abdul Qadir.
Saat itu mereka mendapati Habib Abdul Qadir tetap dalam keadaan sujud tak bergerak. Lalu tubuh yang bersujud itu dibalik oleh para jamaah, dan terlihatlah wajah Al-Habib Abdul Qadir Asssegaf.
MasyaAllah, setiap orang yang melihat wajah beliau, menitikkan air mata. Bagaimana tidak menitikkan air mata? Mereka melihat wajah Habib Abdul Qadir tersenyum dengan jelas sekali, tersenyum bahagia.
Habib Abdul Qadir wafat dalam keadaan menikmati amal yang paling terindah.
Di saat melakukan ibadah yang teragung yaitu shalat. Mendirikan shalat itu dalam kondisi yang terutama, yaitu shalat berjamaah. Melakukan shalat yang bermuatan besar, yaitu shalat Jum’at. Pada saat melaksanakan rukun shalat yang terutama, yaitu sujud. Dalam posisi yang terpenting, yaitu sebagai imam shalat Jum’at. Di tempat yang paling utama, yaitu masjid. Di hari yang paling utama, yaitu hari Jum’at. SUBHANALLAH..
Wallahu a'lam
سبحان الله، والحمد لله، ولا إله إلا الله ،والله اكبر
للَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وسلم
رب اغفر لي و لوالديا,رب اغفر لي و لوالديا,رب اغفر لي و لوالديا
استغفر الله للمؤمنين و المؤمنات x27
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيّدنَآ مُحَمَّدٍ وَعَلَى الِهِ وَصَحبِهِ اَجمَعِين

Kisah wafatnya Al-Habib ‘Abdul Qadir bin ‘Abdurrahman Aassegaf (Ayahanda Habib Syech bin 'Abdul Qadir Assegaf -Solo)







Kisah wafatnya Al-Habib ‘Abdul Qadir bin ‘Abdurrahman Aassegaf (Ayahanda Habib Syech bin 'Abdul Qadir Assegaf -Solo)

Meningal di Hari Jum'at Ketika Mengimami Sholat Jum'at di Sujud Terakir :
Shaf pertama penuh berdesak-desakan. Habib Abdul Qadir bin Abdurrahman Assegaf mengisyaratkan kepada Habib Najib bin Thoha Assegaf agar maju ke shaf pertama di belakang beliau.
Melihat shaf pertama yang telah penuh berdesak-desakkan itu Habib Najib bin Thoha berkata, “Shaf pertama telah penuh, wahai Habib.”
Mendengar jawaban itu Habib Abdul Qadir menjawab dengan penuh kewibawaan, “Wahai anakku, majulah, kau tak mengetahui maksudku!”
Jawaban itu menjadikan Habib Najib bin Thoha spontan maju ke shaf pertama, walaupun harus memaksakan diri mendesak shaf yang telah penuh itu.
“Allaahu akbar”.
Shalat Jum’at mulai didirikan. Habib Abdul Qadir membaca surat al-Fatihah, lalu membaca surat setelahnya dalam keadaan menangis. Di rakaat kedua pada sujud terakhir, beliau tak kunjung bangkit dari sujudnya. Suara nafasnya terdengar dari speaker masjid.
Karena sujud itu sudah sangat lama, maka Habib Najib bin Thoha memberanikan diri untuk menggantikan beliau.
“Allaahu akbar”, ucapan salam untuk mengakhiri shalat diucapkan.
Para jamaah berhamburan lari ke depan ingin mengetahui apa yang terjadi pada habib Abdul Qadir.
Saat itu mereka mendapati Habib Abdul Qadir tetap dalam keadaan sujud tak bergerak. Lalu tubuh yang bersujud itu dibalik oleh para jamaah, dan terlihatlah wajah Al-Habib Abdul Qadir Asssegaf.
MasyaAllah, setiap orang yang melihat wajah beliau, menitikkan air mata. Bagaimana tidak menitikkan air mata? Mereka melihat wajah Habib Abdul Qadir tersenyum dengan jelas sekali, tersenyum bahagia.
Habib Abdul Qadir wafat dalam keadaan menikmati amal yang paling terindah.
Di saat melakukan ibadah yang teragung yaitu shalat. Mendirikan shalat itu dalam kondisi yang terutama, yaitu shalat berjamaah. Melakukan shalat yang bermuatan besar, yaitu shalat Jum’at. Pada saat melaksanakan rukun shalat yang terutama, yaitu sujud. Dalam posisi yang terpenting, yaitu sebagai imam shalat Jum’at. Di tempat yang paling utama, yaitu masjid. Di hari yang paling utama, yaitu hari Jum’at. SUBHANALLAH..
Wallahu a'lam
سبحان الله، والحمد لله، ولا إله إلا الله ،والله اكبر
للَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وسلم
رب اغفر لي و لوالديا,رب اغفر لي و لوالديا,رب اغفر لي و لوالديا
استغفر الله للمؤمنين و المؤمنات x27
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيّدنَآ مُحَمَّدٍ وَعَلَى الِهِ وَصَحبِهِ اَجمَعِين

Guruku Kyai Bukan Mbah Google





Belajar agama itu utamakan kepada guru yang sanad keilmuannya sampai kepada Rasulullah. Belajar langsung dengan bertatap muka kepada guru fadhilahnya sangat agung.

Namun jika hal itu tidak memungkinkan karena kesibukan yang lain, maka jangan pernah biarkan waktu luang tanpa belajar.


HATI-HATI DENGAN GOOGLE
Jika anda suka bertanya hukum kepada mbah google, pesan kami, hati-hati karena sudah banyak orang yang tersesat akibat tidak bisa membedakan antara yang salaf dengan yang salafi.

Oleh karena itu untuk membantu mereka kaum awam, kami meluncurkan situs sebagai pengganti dari google dalam mencari informasi Islam.

Mulai sekarang jika akan bertanya hukum atau info keislamna, tinggalkan google, beralihlah kepada Islamuna.info Googlenya Aswaja.

Guruku Kyai Bukan Mbah Google






Belajar agama itu utamakan kepada guru yang sanad keilmuannya sampai kepada Rasulullah. Belajar langsung dengan bertatap muka kepada guru fadhilahnya sangat agung.

Namun jika hal itu tidak memungkinkan karena kesibukan yang lain, maka jangan pernah biarkan waktu luang tanpa belajar.


HATI-HATI DENGAN GOOGLE
Jika anda suka bertanya hukum kepada mbah google, pesan kami, hati-hati karena sudah banyak orang yang tersesat akibat tidak bisa membedakan antara yang salaf dengan yang salafi.

Oleh karena itu untuk membantu mereka kaum awam, kami meluncurkan situs sebagai pengganti dari google dalam mencari informasi Islam.

Mulai sekarang jika akan bertanya hukum atau info keislamna, tinggalkan google, beralihlah kepada Islamuna.info Googlenya Aswaja.