Saturday, July 30, 2016

FUTUHUL GHAIB (Risalah ke-69)

KAJIAN KITAB:
FUTUHUL GHAIB (Risalah ke-69)

[Menyingkap Rahasia Ilahi]
Mutiara karya Syeikh Abdul Qodir Al-Jailany ra
Janganlah meminta kepada Allah SWT selain ampunan atas segala dosa yang telah lalu, perlindungan dari segala dosa yang sekarang dan dosa yang akan datang, kekuatan untuk ta’at kepada Allah, kekuatan untuk dapat melakukan perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya, dapat rela dengan senang terhadap kesusahan dan ketentuan takdir-Nya, dapat sabar di dalam menghadapi malapetaka, dapat mensyukuri karunia-Nya, dapat mati di dalam keadaan iman dan baik serta dapat bersatu dengan golongan para Nabi, orang-orang besar, para syuhada dan orang-orang yang diridhai, karena inilah sebaik-baiknya rekan dan teman.
Janganlah kamu meminta kepada Allah perkara-perkara seperti dihindarkan dari kemiskinan dan kesusahan serta diberi kekayaan dan kesenangan.
Tetapi, hendaklah kamu meminta rasa senang dengan apa yang telah ditentukan-Nya dan meminta perlindungan yang kekal untuk berada di dalam suasana dan keadaan yang telah ditentukan-Nya untukmu sampai kamu dipindahkan ke lain suasana dan keadaan atau ke lain keadaan yang berlawanan.
Sebab, kamu tidak mengetahui letak kebaikan.
Di dalam kayakah atau miskinkah ?
Di dalam kesusahankah atau di dalam kesenangankah ?
Allah merahasiakan pengetahuan tentang itu kepada kamu.
Dia saja yang mengetahui baik buruknya sesuatu perkara.
Diriwayatkan bahwa Umar bin Khattab berkata,:
“Keadaan yang aku lihat di pagi hari, tidak menjadi permasalahan bagiku, baik ia membawa apa yang aku sukai maupun tidak aku sukai, karena aku tidak tahu di mana letak kebaikan itu.”
Ia mengatakan itu, karena ia ridha dengan apa saja yang diperbuat Allah dan berpuas hati dengan ketentuan dan pilihan Allah untuknya.
Allah berfirman, :
“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS 2:216).
Allah mengetahui mana yang baik dan mana yang tidak baik, sedangkan kamu tidak mengetahuinya.
Tetaplah tinggal dalam keadaan ini sampai keinginan hawa nafsumu musnah dan dirimu hancur, hina, dapat dikuasai dan ditaklukkan.
Setelah itu, tujuan, keinginanmu dan semua yang wujud akan keluar dari dalam hatimu dan tidak ada yang tinggal lagi di dalamnya, kecuali Allah saja.
Ketika itu, hatimu akan dipenuhi dengan kecintaan kepada Allah, dan niatmu untuk mencapai-Nya akan menjadi ikhlas. Setelah itu, dengan perintah-Nya, maka tujuan dan kehendakmu akan dikembalikan lagi kepadamu untuk menikmati dunia ini dan akhirat.
Kemudian, semua ini akan kamu pinta dari Allah, dan kamu akan mencarinya di dalam kepatuhan kepada Allah dan bersesuaian dengan Allah SWT.
Jika Dia memberikan karunia kepadamu, maka kamu bersyukur dan jika Dia menarik kembali karunia itu, maka kamu pun tidak berkecil hati dan tidak pula menyalahkan Allah.
Jiwa dan pikiranmu akan tenang dan damai, karena kamu mencarinya bukan dengan keinginan dan hawa nafsumu, lantaran hati kamu telah kosong dari keinginan dan hawa nafsumu itu, dan kamu tidak melayani hasratmu terhadap perkara-perkara ini,
tetapi kamu semata-mata hanya mengikuti perintah Allah saja melalui doamu kepada-Nya.
Semoga ketentraman dan kedamaian dilimpahkan kepadamu.
المقالة التاسعة والستون
فـي الأمـر بـطـلـب الـمـغـفـرة و الـعـصـمـة
و الـتـوفـيـق و الـرضـا و الـصـبـر مـن الله تـعـالـى
قـال رضـي الله تـعـالى عـنـه و أرضـاه : لا تطلبنّ من الله شيئاً سوى المغفرة للذنوب السابقة و العصمة منها في الأيام الآتية اللاحقة، و التوفيق لحُسن الطاعة، و امتثال الأمر و الرضا بمر القضاء، و الصبر على شدائد البلاء، و الشكر على جزيل النعماء و العطاء، ثم الوفاة بخاتمة الخير، و اللحوق بالأنبياء و الصديقين و الشهداء و الصالحين و حسن أولئك رفيقاً و لا تطلب منه الدنيا و لا كشف الفقر و البلاء إلى الغناء و العافية، بل الرضا بما قسم و دبر، و اسأله الحفظ الدائم على ما أقامك فيه و أحلك و ابتلاك، إلى أن ينقلك منه إلى غيره و ضده، لأنك لا تعلم الخير في أيهما، في الفقر أو في الغناء، في البلاء أو في العافية، طوى عنك علم الأشياء و تفرد هو عزّ و جلّ بمصالحها و مفاسدها.
فقد ورد عن عمر بن الخطاب رضي الله عنه : لا أبالى على أي حال أصبح، على ما أكره أو على ما أحب، لأني لا أدرى الخير في أيهما. قال ذلك لحسن رضاه بتدبير الله عزّ و جلّ، و الطمأنينة على اختياره و قضائه. قال الله تعالى : }كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَّكُمْ وَعَسَى أَن تَكْرَهُواْ شَيْئاً وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ وَعَسَى أَن تُحِبُّواْ شَيْئاً وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ وَاللّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ{.البقرة216.
كن على هذا الحال إلى أن يزول هواك و تنكسر نفسك فتكون ذليلة مغلوبة تابعة ثم تزول إرادتك و أمانيك، و تخرج الأكوان من قلبك و لا يبقى في قلبك شئ سوى الله تعالى، فيمتلئ قلبك بحب الله تعالى، و تصدق إرادتك في طلبه عزّ و جلّ فيرد إليك الإرادة بأمره بطلب حظ من الحظوظ دنيوية و أخروية، فحينئذ تسأله عزّ و جلّ بذلك و تطلبه ممتثلاً لأمره، إن أعطاك شكرته و تلبست به، و إن منعك لم تتسخط عليه و لم تتغير عليه في باطنك و لا تتهمه في ذلك ببخل، لأنك لم تكن طلبته بهواك و إرادتك، لأنك فارغ القلب عن ذلك غير مريد له، بل ممتثلاً لأمره بالسؤال و السلام.
والله أعلم

FUTUHUL GHAIB (Risalah ke-70)



KAJIAN KITAB:

FUTUHUL GHAIB (Risalah ke-70)
[Menyingkap Rahasia Ilahi]
Mutiara karya Syeikh Abdul Qodir Al-Jailany ra
Mengapa kamu merasa sombong dengan perbuatanmu sendiri, bangga dengan dirimu sendiri dan mengharapkan ganjaran sambil mengatakan bahwa semua ini adalah karena kekuatan yang dikaruniakan Allah kepadamu, pertolongan-Nya dan idzin-Nya ?
Jika kamu bisa mengelakkan dosa dan noda, maka hal itu adalah karena pertolongan dan perlindungan Allah. Mengapa pula kamu tidak bersyukur kepada Allah atas pertolongan dan perlindungan-Nya ?
Dan mengapa pula kamu tidak menyadari bahwa kebiasaanmu menghindarkan dosa itu adalah karena karunia dan rahmat Allah ? Mengapa kamu bangga dengan sesuatu yang bukan kepunyaanmu sendiri ?
Apabila kamu tidak mampu membunuh musuhmu tanpa pertolongan orang yang lebih gagah daripada kamu yang dapat membunuh musuhmu itu, yang kamu hanya menyelesaikan pembunuhan itu saja dan yang jika tanpa pertolongan orang yang gagah itu kamu pasti kalah, maka mengapa kamu merasa sombong dengan perbuatanmu itu ?
Apabila kamu tidak dapat membelanjakan uangmu sendiri, kecuali jika ada seseorang yang pemurah, yang benar dan bisa diharapkan dapat menjaminmu dengan mengatakan bahwa seluruh uang yang kamu belanjakan itu akan digantinya, kamu baru berani membelanjakan uangmu itu, maka mengapa kamu merasa sombong dengan perbuatanmu itu ?
Cara yang baik bagimu ialah bersyukur dan memuji penolongmu itu, yaitu Allah SWT.
Pujilah selalu Allah. Segala kejayaanmu itu adalah dari Allah jua.
Janganlah kamu mengatakan bahwa kejayaan itu dari dirimu sendiri, kecuali perkara dosa dan maksiat.
Perkara dosa dan maksiat ini hendaklah kamu katakan datang dari dirimu sendiri. Diri itulah yang patut kamu salahkan, karena di situlah terletak kesalahan dan kejahatan.
Allah-lah yang menciptakan perbuatan dan tingkah lakumu itu, sedangkan kamu hanya tinggal menjalankan saja.
Itulah sebabnya, ada orang-orang yang bijak di dalam ilmu ketuhanan berkata,:
“Perbuatan itu akan datang dan kamu tidak akan dapat lari darinya.”
Nabi Muhammad SAW bersabda tentang hal ini,:
“Perbuatlah perbuatan yang baik, dekatilah Allah dan perbaikilah dirimu.
Sebab, setiap orang itu dimudahkan untuk mendapatkan apa yang telah diciptakan untuknya.”
Wallohu a'lam
المقالة السبعون
فـي الـشــكـر و الاعـتـراف بـالـتـقـصـيـر
قـال رضـي الله تـعـالى عـنـه و أرضـاه : كيف يحسن منك العجب في أعمالك و رؤية نفسك فيها و طلب الأعواض عليها، و جميع ذلك بتوفيق الله تعالى و عونه و قوته و إرادته و فضله، و إن كان ترك معصيته فبعصمته و حفظه و حميته.
أين أنت من الشكر على ذلك و الاعتراف بهذه النعم التي أولاكها، ما هذه الرعونة و الجهل، تعجب بشجاعة غيرك و سخائه و بذل ماله إذا لم تكن قاتلاً بعودك إلا بعد معاونة شجاع ضرب في عدوك ثم تمنيت قتله، لولاه كنت مصروعاً مكانه و بدله، و لا باذلاً لبعض مالك إلا بعد ضمان صادق كريم أمين ضمن لك عوضه و خلفه، لولا قوله و طمعك فيما وعد لك و ضمن لك ما بذلت حبة منه، كيف تعجبك بمجرد فعلك.
أحسن حالك الشكر و الثناء على المعين و الحمد لله الدائم و إضافة ذلك إليه في الأحوال كلها إلا الشر و المعاصي و اللوم، فإنك تضيفها إلى نفسك و تنسبها إلى الظلم و سوء الأدب و تتهمها به، فهي أحق بذلك لأنها مأوى لكل شر و أمارة بكل سوء و داهية وإن كان هو عزّ و جلّ خالقك و خالق أفعالك مع كسبك، أنت الكاسب و هو الخالق كما قال بعض العلماء بالله عزّ و جلّ : تجئ و لا بد منك، و قوله صلى الله عليه و سلم : ( اعملوا و قاربوا و سددوا فكل ميسر لما خلق له ).
والله أعلم

RAHASIA KEKUATAN CIUM TANGAN & CIUM KENING



RAHASIA KEKUATAN CIUM TANGAN & CIUM KENING

Knp lelaki mesti mencium kening istri & istri mesti mencium tangan suaminya?
Bhw semangat & ketenangan lelaki itu terletak pd kening istrinya.

Lalu sumber ketenangan & kekuatan perempuan itu ada di punggung tangan suaminya.
Mengecup kening istri atau mencium tangan suami, hakikatnya sebuah simbol dr satu hal paling mahal dlm hubungan suami isteri.
“Apa itu?”
“Saling percaya”.
Jgn menilai bhw yg mendorong suami mengecup kening istrinya itu krn birahi.
Seorg suami mengecup kening istri adalah cara dirinya mendpt ketenangan.
Dan perempuan mencium tangan lelaki bkn semata tentang siapa yg lbh tinggi derajatnya, tp itu adalah tanda bhw keikhlasan yg menuntunnya. Krn perempuan jg tahu, di tangan suaminya ada ridha Tuhannya.
Knp mesti kening atau tangan?
Kening perempuan adalah sumber ketenangan & semangat bg suami, krn kening adalah saksi dr ketaatan pd Tuhan.
Keninglah, perantaraan tunduk makhluk pd Penciptanya.
Keninglah bagian tubuh pertama yg mengaku, bhw Tuhan adalah Maha Tinggi, smntr diri adalah rendah.
Keninglah yg bersujud.
Kening berada paling bwh, sbg simbol bhw tiada yg lbh tinggi drpd Tuhan.
Pdhl kening adalah bagian tubuh kita yg paling tinggi.
Maka pd kening perempuanlah Tuhan hembuskan sumber ketenangan.
Maka tak heran jk suami bs merasakan ketenangan stlh mengecup kening istrinya.
Lalu, apakah sama kondisinya dgn tangan suami yg dicium istri?
Perempuan mencium tangan suami bkn semata menempelkan bibirnya.
Ada doa yg ia panjatkan di tangan suami, semata meletakkan doa disana, krn dgn tangan itulah suaminya bekerja untuk org2 yg dicintai & disayanginya.
Lewat ciuman di tangan suami, seorg istri sdg memoihon pd Tuhannya, agar menjaga tangan suaminya dr hal2 yg dibenci oleh-NYA.
Melalui ciuman yg diletakkan di tangan suami, seorg istri menitipkan doa agar Tuhan menjaga tangan suami utk menjaga kasih sayangnya & tak mengambil yg bukan haknya...

Friday, July 29, 2016

Teladan Hadratusyeikh Hasyim As'ari

Meneladani jejak teladan Hadratusyeikh Hasyim As'ari
(Ringkasan dari Buku Pedoman Wali Santri)

Bimbingan untuk wali santri agar putra putrinya sukses dalam menuntut ilmu

1. Hendaknya memulai dengan menata niat yang benar. Nasehat para leluhur "Yen Siro mondok kudu dibarengi Kanti niat cengkir (kencenge pikir)", kalau kamu menuntut ilmu harus diniati dengan niat yang tulus ikhlas. Menurut Hadratusyeikh Hasyim Asy'ari ketika ada wali santri yang sowan, beliau selalu berpesan kepadanya agar senantiasa memiliki niat menuntut ilmu semata-mata untuk mendapatkan Ridha Allah SWT, menjernihkan hati hanya untuk mendekatkan diri kepada Allah. Bukan untuk meraih kepentingan duniawi (pangkat, harta dsb) semata.
2. Hendaknya selalu menyadari bahwa orang tua dan guru adalah figur tauladan bagi anak-anak.
Bila orang tua selalu rindu atau kangen kepada anaknya di pondok, maka anaknya yang di pondok juga tidak akan tenang karena teringat pula dengan orang tuanya dirumah (istilah biasanya "nyetrum").
Seringkali fakta membuktikan bahwa ketika ada santri yang bermasalah di pondok, ternyata banyak terpengaruhi oleh faktor orang tua yang juga bermasalah.
3. Bersikap "pasrah" dan berbaik sangka (huanudzon) terhadap sistem pendidikan pesantren. Ketika Hadratusyeikh Hasyim Asy'ari dahulu nyantri kepada Syaikhona Kholil di Bangkalan Madura, beliau seringkali disuruh melakukan berbagai tugas Khidmah pengabdian (menggembala, membersihkan kandang, roan dsb) namun beliau tidak pernah NGERSULO (mengeluh). Hal ini dilakukan sebagai wujud ta'dzim serta khidmat beliau kepada guru, dengan maksud untuk mendapat keridhoan dan doa dari sang Guru. Karena bagaimanapun juga, mennutut ilmu dalam pendidikan pesantren akan menjadi semakin berkah dari buah keikhlasan dan doa para guru dan orang tua. Keberhasilan menutut ilmu di pesantren tidak hanya bisa diukur dengan nilai prestasi raport maupun ijazah semata, namun diukur bagaimana seorang santri mampu mengamalkan ilmunya bagi dirinya dan orang lain.
4. Membekali anak dengan Rizki yg halalan thoyyiban (halal dan baik)
Hadratusyeikh Hasyim Asy'ari seringkali berpesan agar semua santri bersikap wara' (menjauhi perkara syubhat) dan berhati-hati dalam mencari bekal yang digunakan untuk biaya menuntut ilmu selama di pesantren. Seseorang yang ingin memiliki kejernihan hati harus memperhatikan makanannya. Makanan yang haram akan membentuk jiwa yang kasar dan tidak religius. Ibarat setitik tinta hitam yang jatuh diatas kertas putih. Sedikit demi sedikit, Semakin lama akan semakin membuat hitam semuanya.
5. Agar berkah hendaknya senantiasa menjaga tawadhu (kerendahan hati) serta mencari Ridha dari Guru.
Suatu hari, Kyai Hasyim melihat Syaikhona Kholil sedih karena cincin istri beliau terjatuh ke lubang WC. Melihat hal tersebut, Kiai Hasyim segera meminta izin untuk membantu mencarikan cincin yang jatuh tersebut. Setelah dikuras semua, dan badan Kiai Hasyim penuh dengan kotoran, akhirnya cincin tersebut berhasil ditemukan.
Betapa riang sang Guru melihatnya berhasil menemukan cincin itu, sampai berucap doa "Aku ridho padamu wahai Hasyim, aku doakan dengan pengabdianmu dan ketulusanmu, derajatmu ditinggikan serta engkau menjadi orang besar, tokoh panutan, dan semua orang cinta padamu".
6. Jangan meninggalkan riyadhoh "tirakat" demi kesuksesan anak.
Hadratusyeikh Hasyim Asy'ari ketika belajar di Makkah, beliau sering melakukan riyadhoh di gua Hiro untuk menghafalkan hadits serta beliau sering melakukan Puasa sunnah. Bahkan ketika istri beliau mengandung KH Abdul Wahid Hasyim, beliau selalu riyadhoh memohon doa kepada Allah agar anak beliau dijadikan anak yang sholih.
Tidak dapat dipungkiri bahwa sangat banyak orang-orang sukses di dunia ini lantaran keberkahan doa yang dilakukan guru dan kedua orang tuanya. Ketika orang tua dan guru senantiasa melakukan riyadhoh dan mendoakan anaknya dan anak juga senantiasa berbakti dan mohon ridho kepada orang tua dan gurunya, sehingga terciptalah ikatan emosional dan spiritual antara semuanya. Dan terbentuklah SISTEM PENDIDIKAN ANAK LAHIR BATIN.
Semoga bermanfaat, aamiin.

Thursday, July 28, 2016

Jalur Silsilah Riwayat Kitab-Kitab Madzhab Syafi'iyyah




Jalur Silsilah Riwayat Kitab-Kitab Madzhab Syafi'iyyah:

Kitab Fiqih dalam Mazhab Syafi’i Rhl. Yang dikarang oleh Ulama’-ulama’ Syafi’i dari abad keabad adalah mewarisi pusaka ilmu, kitab-kitab tersebut dikarang oleh sahabat-sahabat Imam Syafi’i Rhl. (Ulama’-ulama’ pengikut Syafi’i) sudah demikian banyaknya. Hampir setiap ulama’ itu mengarang kitab Fikih syafi’i untuk dijadikan pusaka bagi murid-muridnya dan bagi pencinta-pencintanya sampai akhir zaman. Tidak terhintung lagi banyaknya kerana di antaranya ada yang tidak sampai ke tangan kita, tidak pernah kita melihat dan bahkan kadang-kadang ada yang tidak pernah didengari mengenai kitab-kitab dari segi nama kitabnya, pengarangnya, bahkan tidak mengetahui langsung tentang hal kitab dan para ulama’ bagi penuntut ilmu islam. Fenomena ini perlu kita sedari bahwa, hal demikian perlu diambil tahu dan peka bagi setiap penuntut ilmu dari siapa kitab menuntut ilmu, dan dari mana kitab mengambil rujukan hukumnya. Kerana dikhuatiri tiada panduan di dalam menetapkan hukum islam. Menjadi tanggungjawab kita mengetahui hal demikian moga-moga jelas hukumnya, dan benar pengambilannya.
Untuk diketahui lebih mendalam di bawah ini kami sediakan sebuah gambar rajah yang dapat mengambarkan situasi yang telah berlangsung dalam memperjelas, memperinci dan meringkaskan kitab-kitab Syafi’iyyah dari dulu sampai sekarang.
Keterangan :
1. Kitab-kitab Imam Syafi’i. “Al-Imla” dan “al-Hujjah” adalah kitab-kitab Qaul qadim yang digunakan lagi, kerana semua isinya sudah termasuk dalam kitab-kitab Qaul Jadid.
2. Kitab-kitab Imam Syafi’i yang diguna sebagai kitab induk adalah kitab Umm, Mukhtasar, Buwaiti dll.
3. Imam haramain mengikhtisarkan (memendekkan) kitab-kitab Imam syafi’i dengan kitabnya yang bernama “An-Nihayah.
4. Imam Ghazali memendekkan juga kitab-kitab Imam Syafi’i dengan kitab-kitabnya yang bernama Al-Basith, Al-wasith, Al-Wajiz.
5. Imam Ghazali juga mengikhtisarkan lagi dengan kitabnya yang bernama Al-Khulasoh.
6. Imam Rafi’i mensyarahkan kitab Imam Ghazali Al-Wajiz dengan kitabnya yang bernama Al-‘Aziz.
7. Dan Imam Rafi’i juga memendekkan kitab Imam Ghazali Al-Khulasoh dengan kitabnya yang bernama Al-Muharrar.
8. Imam Nawawi memendekkan dan menambah di sana sini kitab Al-Muharrar itu dengan kitabnya yang bernama MINHAJUT THALIBIN (Minhaj).
9. Kitab Imam Nawawi, Minhaj disyarahkan oleh Imam Ibnu Hajar al-Haitami dengan kitabnya Tuhfa, oleh Imam Ramli dengan kitabnya An Nihayah, oleh Imam Zakaria al-Anshori dengan kitabnya yang bernama Minhaj jug, oleh Imam Khatib Syarbaini dengan Mughni al-Muntaj.(Kitab-kitab tersebut dalam nombor 8 dan 9 ini banyak beredar di pasentren).
10. Dan Imam Rafi’i pernah mensyarah kitab karangan Imam Ghazali Al-Wajiz dengan kitabnya yang bernama Al-‘Ajiz.
11. Imam Nawawi pernah memendekkan kitab Imam Rafi’i denagn kitabnya yang bernama Ar-Raudhah.
12. Imam Quzwaini pernah memendekkan kitab Al-‘Ajiz dengan kitabnya yang bernama Al-Hawi.
13. Kitab Al-Hawi pernah diikhtisarkan oleh Ibnul Muqri dengan kitabnya yang bernama Al-Irsyad dan kitab al-Irsyad ini disyarah oleh Ibnu Hajar al-Haitami dengan kitabnya yang bernama Fathul Jawad dan juga dengan kitabnya yang bernama Al-Imdad.
14. Kitab Imam Nawawi bernama Ar-Raudhah pernah diiktisarkan oleh Imam Ibnu Muqri dengan nama Ar-Roudh dan oleh Imam mazjad dengan Al-Ubab.
15. Kitab Ibnul Muqri Al-Irsyad pernah disayarah oleh Imam Ibnu Hajar dengan kitabnya yang bernama Al-Imdad, dan dengan kitabnya bernama Fathul Jawad.
16. Kitab Ar-Roudh dari Ibnul Muqri pernah disyarah oleh Imam Zakaria Al-Anshori dengan nama Asnal Mathalib.
17. Imam Zakaria al-Anshori pernah mensyarah kitabnya yang bernama Al-Minhaj dengan kitabnya yang bernama Fathul Wahab.
Demikianlah keterangan ringkas dari jalur kitab-kitab dalam Mazhab Syafi’i yang sangat teratur rapi, yang merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. (ibaratnya daripada penulis, ia bagaikan sebuah keluarga dari jalur keturunan).
Kemudian banyak lagi kitab-kitab fikih Syafi’i yang dikarang oleh Ulama’ mutaakhirin yang tidak tersebut dalam jalur ini kerana terlalu banyak, seperti kitab-kitab Al-Mahalli karangan Imam Jalaluddin al-Mahalli, Kitab Fathul Mu’in karangan al-Malibari, Kitab I’anahtut Thalibin karangan Said Abu Bakar Syatha dan lain-lain yang banyak sekali.
Dengan perantaraan kitab-kitab ini kita sudah dapat memahami dan mengamalkan fatwa fiqih dalam Mazhab Syafi’i secara teratur dan secara rapid an terperinci, yang kesimpulannya sudah dapat mengamalkan syari’at dan ibadah Islam dengan sebaik-baiknya.
Sumber Rujukan:
- Kiai.Haji. (K.H.) Siradjuddin Abbas, Sejarah & Keagungan Mazhab Syafi’i, Pustaka Tarbiyah baru, Jakarta,2007.

40 SIFAT DAN KARAKTER LEBAH






40 SIFAT DAN KARAKTER LEBAH

Syeikh Abu Tholib Al-Maki (mualif kitab Quutil Quluub) menerangkan ada 40 sifat dan karakter lebah yang seyogyanya ditiru oleh setiap pribadi muslim.
Sifat dan Karakter lebah yang harus dimiliki setiap mukmin
1. Seandainya semua jenis hewan terbang lainnya berkumpul, lalu mereka bahu-membahu melakukan satu pekerjaan yang biasa dikerjakan oleh lebah, mereka tidak akan sanggup melakukannya. Demikian juga seandainya seluruh manusia non-mukmin bersatu untuk melakukan satu amal yang sepadan dalam kualitas, kadar, dan nilai dengan amal seorang mukmin, niscaya mereka tidak akan sanggup melakukannya.
2. Lebah waspada akan gangguan dan penganiayaan burung, sedangkan ia sendiri tidak pernah mengganggu mereka. Demikian pula halnya dengan seorang mukmin. Meskipun orang-orang mengganggu, menghina, dan menzaliminya, seorang mukmin tidak mau membalas kejahatan mereka.
3. Lebah dianggap kecil dan hina oleh semua jenis burung, tetapi sekiranya mereka tahu apa yang ada di dalam perut lebah dan mencicipinya, niscaya mereka akan memuliakan dan menghormatinya. Demikian juga seorang mukmin. Orang-orang bodoh menganggapnya kecil, rendah, dan hina. Andaikan mereka tahu apa yang ada di dalam hati seorang mukmin berupa keindahan iman, ketulusan, rahasia-rahasia Tuhan, dan sebagainya, pastilah mereka rela menjadi tanah tempat kakinya berpijak atau mengangkatnya di atas kepala mereka.
4. Semua jenis burung hidup untuk diri mereka sendiri, mencari makan dan kebutuhan lainnya hanya untuk diri masing-masing. Lain halnya dengan lebah. Ia hidup untuk sesamanya dan selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan rajanya. Demikian pula halnya dengan seorang mukmin. Di saat semua orang bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kesenangannya sendiri, ia hidup di dunia ini untuk Allah Swt.. Hidupnya ia pergunakan untuk melakukan ketaatan kepada-Nya serta bekerja untuk memenuhi kebutuhan dirinya dan orang lain.
5. Kala malam tiba, semua burung masuk ke sarang masing-masing untuk beristirahat dan tidur. Mereka berhenti bekerja. Lain halnya dengan lebah. Ia lebih banyak bekerja di malam hari ketimbang di siang hari. Demikian juga seorang mukmin. Di waktu malam, saat orang-orang mengurung diri di rumah masing-masing, beristirahat dan tidur, seorang mukmin bangkit melangkahkan kaki mengambil air wudu, salat, lalu bermunajat kepada Tuhan seraya menyerahkan seluruh hidupnya dan mengadukan segala persoalan kepada-Nya.
6. Allah Swt. mengharamkan membunuh dan mengganggu lebah, tetapi menghalalkan manfaat yang dihasilkannya. Begitu pula seorang mukmin. Allah Swt. mengharamkan membunuhnya dan melarang mengganggu harga diri, harta, dan keluarganya, tetapi menghalalkan kebaikan dan manfaat yang diberikannya bagi siapa saja yang berhak menerima.
7. Lebah bekerja secara sembunyi-sembunyi. Orang hanya melihat dan menikmati hasilnya. Demikian pula halnya dengan seorang mukmin. Dengan ikhlas ia menyembunyikan amalnya dari penglihatan orang. Mereka baru melihat hasilnya nanti pada hari semua amal ditampakkan, yakni pada Hari Kiamat.
8. Lebah hanya mengambil apa yang ia butuhkan saja dari sesuatu tanpa merusak sesuatu itu. Begitu juga seorang mukmin. Ia hanya mengambil dari dunia ini apa yang benar-benar diperlukannya saja, yang dapat membawa kebaikan bagi diri, agama, dan hatinya. Apa yang ia ambil dijadikannya bekal untuk akhirat tanpa merusak atau menimbulkan kerugian pada sumber asalnya, dan tidak berlebihan.
9. Lebah tidak mau keluar dari sarang untuk memenuhi keperluannya pada hari yang berawan, ketika hujan, saat ada angin kencang, atau tatkala ada petir. Dalam keadaan seperti itu, ia tetap bertahan di sarang sampai keadaan benar-benar normal. Seperti itu pulalah seorang mukmin. Ia selalu berhati-hati dan pandai menahan diri ketika kezaliman merajalela, keharaman tersebar di mana-mana, kekacauan mendominasi suasana, dan keadaan carut-marut. Dalam keadaan yang tidak kondusif seperti itu, ia memilih tinggal di rumah serta menahan mulut dan tangannya, seraya menunggu apa yang akan Allah Swt. lakukan atas keadaan yang tengah berlangsung.
10. Lebah selalu menjauhi benda-benda yang kotor dan tidak mau hinggap di tempat-tempat yang kotor. Begitu pula seorang mukmin. Ia senantiasa menjaga kesucian diri dari maksiat dan hal-hal yang diharamkan. Ia selalu menjauhi segala sesuatu yang buruk, kotor, dan keji.
11. Ada sepuluh hal yang dapat menghancurkan dan merusak tatanan kehidupan lebah sehingga aktivitasnya terhenti, yaitu: asap, dingin, panas, awan, api, air, angin, gelap, lumpur, serta gangguan dan serangan dari sesama lebah atau musuh dari luar. Demikian juga seorang mukmin. Ada sepuluh hal yang dapat merobek keutuhan hatinya, merusak agamanya, dan menghentikan amalnya. Kabut kekerasan dan kelalaian hati, dinginnya rayuan dosa dan maksiat yang menusuk, panasnya hawa nafsu yang membakar, awan keraguan, api kemusyrikan, topan cinta dunia, gelapnya kebodohan, angin cobaan dan fitnah, bau busuknya keharaman, lumpur kebejatan, kezaliman dan kemungkaran, gangguan dari sesama manusia yang secara lahir berbaju iman tetapi hakikatnya penganut bidah dan pengidap kemunafikan, serta gangguan dari musuh, yaitu orang kafir. Kita memohon perlindungan kepada Allah Swt. dari segala ancaman membahayakan ini.
12. Lebah tidak mau berbaur dengan hewan lain yang tidak sejenis meskipun memiliki beberapa sifat yang mirip. Seperti itu pulalah seorang mukmin. Ia tidak mau berbaur dan bergaul akrab dengan orang yang tidak memiliki sifat yang sama walaupun nama dan bentuk mempunyai kemiripan.
13. Dari perut lebah keluar lebih dari satu cairan yang berbeda-beda warna. Setiap cairan mempunyai manfaat tersendiri yang mengagumkan. Demikian juga halnya dengan seorang mukmin. Dari hatinya keluar banyak ‘cairan’ yang beragam warna dan manfaatnya. Apa keluar dari hatinya itu mengalir lewat mulutnya berupa ilmu, hikmah, kata-kata bijak, isyarat, kecerdasan, cinta dan kasih sayang, kejujuran, nasihat, dan sebagainya.
14. Lebah mengeluarkan kotorannya lewat dubur, sedangkan madu dikeluarkannya lewat mulut. Begitu pula seorang mukmin. Syahadat tauhid, beragam ilmu, bacaan Alquran, zikir, kata-kata yang baik, serta amar-makruf dan nahi-mungkar dikeluarkannya dari mulut dengan pengucapan lidahnya. Adapun kotoran dan hadas dikeluarkannya lewat kubul atau dubur.
15. Lebah memakan yang baik, mengeluarkan yang baik, serta memberi kepada yang lain makanan yang lezat dan baik. Demikian juga seorang mukmin. Makanan yang dikonsumsinya baik dan ilmu yang diberikannya juga baik.
16. Lebah, bila hinggap di ranting atau dahan pohon, tidak mematahkannya. Bila meneguk sedikit air sesuai kebutuhannya, lebah tidak menyebabkan air yang ditinggalkan menjadi keruh. Bila mengisap sari bunga, lebah tidak merusak bagian bunga lainnya. Demikian pula halnya dengan seorang mukmin. Ia berinteraksi dengan sesama manusia dalam banyak hal dengan penuh perhitungan, keadilan, kasih sayang, dan nasihat. Ia bergaul sekadar untuk tahu tanpa menyakiti atau menganiaya serta memisahkan diri untuk menjaga keselamatan dan kesucian.
17. Jika ada orang yang coba mengusik lebah, menggangu ketenangan dan kehidupannya dengan mempermainkan atau merusak sarangnya, lebah pasti tidak akan tinggal diam. Ia pasti akan menyengat orang usil itu. Sebaliknya, jika seseorang berdamai dengan lebah, tidak mengusik ketenangannya, dan tidak mengganggu kehidupannya, maka lebah pun tidak akan berbuat apa-apa terhadapnya. Seperti itu pula watak, perilaku, dan sikap seorang mukmin. Terhadap orang yang meredam kemungkaran, tidak menunjukkan kemunafikan, dan tidak mempertontonkan kejahatan, ia tidak akan memata-matai atau menelisik jejaknya. Terhadap orang yang sebaliknya, ia akan mengingatkan dengan lisan dan mencegah dengan tangan (kekuasaan).
18. Lebah, kita lihat, selalu terbang di taman-taman bunga dan mengitari tempat-tempat yang wangi di pinggir-pinggir sungai atau di warung-warung yang menjual makanan manis. Demikian pula halnya dengan seorang mukmin. Engkau akan melihatnya selalu berada di majelis-majelis ilmu dan zikir serta di rumah para ulama, ahli hikmah, dan ahli makrifat yang berzuhud.
19. Lebah, bila hinggap di atas sekuntum bunga, tidak akan beranjak sebelum benar-benar kenyang mengisap sari bunga. Ia lebih memilih mati di taman bunga daripada pulang sebelum memperoleh apa yang dicarinya. Seperti itu pulalah seorang mukmin. Ketika mereguk manisnya takarub dengan Tuhan dan bertemu dengan seorang ahli hikmah, ulama yang memberinya nasihat agama, atau ahli makrifat yang menceritakan pengalaman rohani, ia akan merasa betah bersama mereka. Ketika melakukan amal saleh pun, ia enggan berhenti sampai kematian menghentikannya.
20. Di musim semi dan musim panas lebah memindahkan cadangan makanannya dari luar ke dalam sarang hingga penuh, sedangkan ia sendiri tinggal di luar sarang. Di musim dingin, ia masuk ke sarangnya dan berdiam di dalamnya sambil menata kembali tata ruang sarang. Demikian pula seorang mukmin. Di musim semi dan musim panas ia bekerja untuk memenuhi keperluan pangannya dan kebutuhan keluarganya yang bersifat primer. Begitu masuk musim dingin, ia segera mendatangi majelis-majelis ilmu dan zikir, mengunjungi para ahli ilmu dan ahli hikmah, beriktikaf di masjid, serta giat beribadah, mengevaluasi diri, dan menata kembali amal-amalnya.
21. Lebah makan dari hasil kerja kerasnya sendiri dan memberi yang lain dari jerih payahnya sendiri. Ia tidak pernah mengganggu milik hewan lain, bahkan matanya tidak pernah melirik sesuatu yang bukan miliknya. Seperti itu jugalah seorang mukmin. Ia makan dari usahanya sendiri, memberi orang lain dari hasil kerjanya sendiri, dan tidak pernah meminta-minta kepada orang lain betapapun butuhnya.
22. Ketika di dalam sarangnya tidak ada sesuatu yang bisa dimakan, lebah tidak akan masuk ke sarang lebah yang lain untuk mencari makanan. Jika di dalam sarangnya ada sesuatu yang bisa dimakan, ia makan. Jika tidak, ia pun menahan lapar. Demikian pula seorang mukmin. Betapapun ia membutuhkan bahan makanan, ia tidak akan mendatangi rumah orang untuk meminta-minta. Ia tidak akan berani mengambil milik orang lain dengan cara paksa atau lewat kekerasan, betapapun sulitnya ia mendapatkan bahan pangan. Jika ada orang yang memberi dengan suka rela, tanpa unsur pemaksaan, barulah ia menerima. Jika tidak, ia pun menahan lapar.
23. Lebah tidak bekerja berdasarkan pendapat sendiri atau menurut keinginan pribadi, melainkan berdasarkan petunjuk sang pemimpin. Ia hanya mengikuti apa yang telah digariskan oleh sang raja dan tidak keluar dari aturannya. Demikian juga seorang mukmin. Ia tidak beramal berdasarkan nalarnya sendiri atau menurut selera pribadinya, melainkan mengikuti imam dan ulama tepercaya.
24. Lebah tidak akan melaksanakan pekerjaannya sebelum menutup pintu sarangnya. Selagi masih ada celah, lubang, atau kebocoran dalam dinding sarangnya, ia terlebih dahulu memperbaikinya sebelum menggarap pekerjaannya. Begitu jugalah seorang mukmin. Ia tidak merasakan manisnya ibadah dan giatnya amal kecuali dalam kondisi tertutup ketika tidak ada yang melihatnya kecuali Allah Swt. atau, paling-paling, anggota keluarganya. Amal yang dilihat oleh anggota keluarga ketika berada di rumah atau oleh teman ketika berada dalam perjalanan, tidak mengurangi nilai ikhlas.
25. Lebah tidak memerlukan banyak barang dunia. Yang diperlukannya hanyalah air, bunga, dan tempat-tempat yang mengeluarkan aroma wewangian. Begitu pula halnya dengan seorang mukmin. Di dunia ini, yang dibutuhkannya hanyalah ilmu yang bermanfaat, zikir kepada Allah Swt., dan amal saleh. Itulah yang menjadi kesibukannya. Ia mengonsentrasikan diri, berjuang, dan mati di dalamnya.
26. Ukuran tubuh lebah kecil dan bentuknya tidak menarik—untuk tidak mengatakan hina, tetapi hasil karyanya berbobot, berkualitas tinggi, beharga mahal, berasa enak, dan merupakan makanan/minuman yang paling manis. Seperti itu pulalah seorang mukmin. Ukuran tubuhnya mungkin kecil serta banyak orang menghina dan meremehkan penampilannya, namun kualitas, nilai, dan amalnya amat berbobot dan sungguh mulia.
27. Lebah mempunyai tiga keadaan, yaitu: terbang dengan sayap, bergerak dan bekerja dengan tubuh, dan diam beristirahat. Demikian pula seorang mukmin. Ia mempunyai tiga keadaan. Pertama keadaan ketika terbang dengan hatinya, melintasi alam malakut dan dunia metafisik, serta meresapi makna-makna ilmu. Kedua keadaan ketika beribadah, mengabdi, dan beramal dengan anggota badan. Ketiga keadaan ketika berhenti dari dua keadaan sebelumnya. Dalam keadaan ketiga ini, ia beristirahat dengan melakukan apa yang dihalalkan oleh Allah Swt., seperti makan, minum, dan bercengkerama dengan anggota keluarga.
28. Lebah akan mati-matian mengejar orang yang mengambil barang miliknya, ke mana pun orang itu lari. Ia pasti akan mencegah tangan orang yang hendak mengambil harta miliknya berupa sarang dan madu. Ia tidak akan pernah menyerahkan harta miliknya begitu saja kepada siapa pun, kecuali terpaksa. Demikian juga halnya dengan seorang mukmin. Demi menjaga kehormatan diri, agama, keutuhan amal, dan keluarganya, ia rela mengorbankan jiwa dan hartanya.
29. Semua jenis burung menjadi najis begitu mereka mati dan tempat mereka mati juga menjadi najis. Lain halnya dengan lebah. Selagi hidup dan sesudah mati, ia tetap suci. Begitu pula seorang mukmin. Semasa hidup dan setelah matinya, ia tetap suci.
30. Makanan yang paling menggugah selera dan paling manis di dunia ini adalah madu yang dihasilkan oleh lebah. Demikian juga halnya dengan seorang mukmin. Ia menghasilkan manisan yang paling manis dan paling mengundang selera, yaitu makrifat, iman yang murni, ilmu yang bermanfaat, dan cinta yang suci.
31. Lebah, bila diterjang angin kencang hingga terlempar ke permukaan air, ke tanah berlumpur, atau ke tengah-tengah duri, ia masih bisa berjuang untuk bangkit dan akhirnya selamat lalu terbang lagi. Tetapi, apabila terlempar ke dalam api atau ke tengah-tengah asap, ia tidak akan selamat dan akhirnya binasa. Seperti itu pulalah seorang mukmin. Karena satu dan lain hal, mungkin ia terhempas ke dalam lumpur dosa dan maksiat. Hampir dapat dipastikan, ia bisa bangkit kembali dan keluar dari lumpur itu. Namun, jika ia terjerumus ke dalam kekufuran dan bidah, ia pasti akan binasa di dalamnya. Tidak ada harapan untuk bisa selamat.
32. Semua burung dapat dipikat dengan biji-bijian yang disimpan di dalam perangkap, sedangkan lebah tidak bisa dipancing dengan apa pun selain dengan apa yang dihasilkannya, yakni madu. Begitu terperangkap dalam madu, ia mati di dalamnya. Demikian pula halnya dengan seorang mukmin. Ia tidak bisa dipancing dengan benda atau rayuan duniawi. Ia hanya akan terpancing oleh Allah Swt. atau dengan apa yang dimiliki-Nya, seperti kebenaran, ilmu, dan hikmah.
33. Setiap kelompok lebah mempunyai seekor pemimpin. Selama sang pemimpin berada di tengah-tengah mereka, musuh tidak akan berani mengusik dan tidak akan coba-coba mengambil milik mereka. Apabila sang raja mati atau pergi meninggalkan mereka, mereka pun kocar-kacir berhamburan dan akhirnya satu persatu binasa. Demikian juga kaum mukmin. Selama para ulama dan imam berada di tengah-tengah mereka, musuh tidak akan berani mengusik mereka dan setan tidak akan berani mengganggu mereka. Jika tidak ada seorang pun ulama dan imam di antara mereka, mereka pun tercerai-berai dan akhirnya binasa.
34. Apabila raja lebah mempunyai cacat, rakyat lebah tidak dapat bekerja dengan baik, sarang pun tidak terawat dengan baik, dan pada gilirannya mereka akan hancur. Sebaliknya, jika sang raja lurus dan bertindak dengan bijaksana, rakyat lebah pun hidup dengan baik dan lancar. Seperti itu pulalah kaum mukmin. Bila para pemimpin mereka adil, para ulamanya bertakwa, serta para pedagang dan kaum profesionalnya jujur, maka urusan mereka akan berjalan dengan baik dan lancar. Jika tidak, mereka akan celaka.
35. Komunitas lebah akan tetap makmur meskipun sebagian anggota komunitasnya ada yang mengikuti hawa nafsu, ditimpa penyakit, atau melakukan kesalahan, selama raja mereka adil dan bertindak lurus. Demikian juga komunitas kaum mukmin. Apabila kalangan khusus mereka sudah tidak bermoral, kalangan awam pun akan terbawa binasa. Sebaliknya, meskipun kelakuan kalangan awam bobrok, mereka tidak akan binasa selama kalangan khusus berperilaku baik dan berakhlak mulia.
36. Ada dua jenis lebah: lebah yang ada di gunung-gunung dan bersarang di pepohonan dan lebah yang ada di tengah-tengah keramaian dan bersarang di perumahan. Lebah yang ada di gunung-gunung dan bersarang di pepohonan terlindung dari polusi dan relatif aman dari ancaman kebinasaan. Lebah yang ada di tengah-tengah perkampungan manusia dan bersarang di rumah-rumah atau bangunan lain yang dibuat oleh manusia, tidak aman dari bahaya kehancuran. Demikian juga halnya dengan orang beriman, ada dua macam. Di antara mereka ada yang menghabiskan sebagian besar waktunya di pasar-pasar dan sentra-sentra keramaian lainnya. Ada pula yang menempuh pola hidup zuhud, jauh dari keramaian, dan gemar mengasingkan diri di gunung-gunung atau di gua-gua untuk berkhalwat. Yang pertama relatif tidak aman dari fitnah dan kemungkinan terjerumus dalam hal yang haram dan syubhat. Yang kedua aman dari semua itu; mereka lebih tenteram, damai, selamat, dan suci.
37. Lebah tinggal di dalam sarang yang terbilang bersih dari benda-benda yang tidak diperlukan dan kosong dari barang-barang yang tidak berguna. Lebah, bahkan, tidak menyimpan sumber pangannya di dalam sarang. Dengan kata lain, ia tidak pernah membawa sekuntum bunga atau sumber makanan lainnya ke dalam sarang. Hal itu tidak membuatnya takut kelaparan. Ia begitu tenang dan damai tinggal di dalam sarang tanpa ada kekhawatiran akan sumber pangan. Demikian juga halnya dengan seorang mukmin. Ia tidak takut akan kemiskinan dan kebangkrutan. Menjadi miskin atau kaya baginya sama saja, sebab yang membuat dirinya merasa kaya adalah limpahan keyakinan dan manisnya kebersamaan dengan Tuhan.
38. Kawanan lebah, jika dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain, mereka menurut saja dan tinggal di tempat yang baru dengan nyaman. Seperti itu pulalah seorang mukmin. Di mana pun ia berada dan ke mana pun ia diajak, dengan senang hati ia akan menjalani dan mengikutinya. Rasulullah saw. bersabda, “Perumpamaan seorang mukmin adalah seperti air, mengalir dengan mudah ke mana saja selama di sana tidak ada hal-hal yang dilarang oleh agama atau hal-hal yang dapat mengurangi kadar keberagamaannya.”
39. Lebah tidak suka dengan iklim yang terlalu panas atau terlalu dingin. Itu karena, baik iklim yang terlalu panas maupun yang terlalu dingin, keduanya dapat mengganggu, bahkan menghancurkan tatanan kehidupan mereka. Demikian pula halnya dengan seorang mukmin. Ia berada di antara takut dan harap. Terlalu berharap dapat merusak tatanan keberagamaannya dan terlalu takut dapat membuatnya putus asa dari rahmat Tuhan.
40. Lebah takut akan dua hal, yaitu: terik matahari yang menyengat di musim panas dan dingin yang menusuk di musim dingin. Begitu juga halnya dengan seorang mukimin. Ia berada di antara dua hal yang ditakutkan, yakni: ajal yang telah ditetapkan Allah Swt.—karena ia tidak tahu apa yang telah Allah Swt. tentukan bagi dirinya dalam ketetapan itu—dan ketetapan yang akan datang—karena ia tidak tahu apa yang Allah Swt. kehendaki bagi dirinya di masa depan.
Rasulullah saw. juga bersabda, “Seorang mukmin laksana lebah; ia memakan yang baik-baik, mengeluarkan yang baik-baik, serta hinggap di ranting tanpa mematahkannya.”
Inilah salah satu sifat mukmin. Ia memakan hanya yang baik dan memberi makan kepada yang lain pun hanya dengan yang baik. Ia orang baik dan memberi kebaikan bagi sesamanya. Ia memberi tanpa diminta, berlapang dada, bersikap santun, dan jauh dari keinginan menyakiti orang. Di mana pun berada, ia tak pernah membuat kerusakan. Tak heran jika persangkaan orang terhadapnya hanya persangkaan yang baik. Dengan sifat-sifat inilah segolongan kaum mukmin dikenal.
* Syekh Abû Thâlib al-Makkî adalah ulama klasik, penulis kitab termasyhur Qut al-Qulub (Nutirisi untuk Hati)

Wednesday, July 20, 2016

Menghargai Istri


Andai suami tahu betapa SAKITnya melahirkan anak, pasti tidak akan sanggup MENYAKITI hati istrinya.
"Diantara jasa-jasa Isteri anda;
1. Mau menikah dengan anda.
2. Menyelamatkan anda dari perbuatan terlarang.
3. Setia menemani dan membantu anda dalam suka dan duka.
4. Mengandung, melahirkan dan menyusui anak-anak anda.
5. Menjadi madrasah bagi anak-anak anda, mengajari bicara, mendidik, dll
6. Sabar merawat anak-anak anda dalam segala keadaan, ketika mereka sehat atau sakit.
7. Menjadi pelengkap hidup anda, dan lain-lain

Sebaik-baik lelaki adalah yang paling baik sikapnya kepada istrinya".
Nasehat untuk para Suami
"Istrimu adalah wanita yg mengandung keturunanmu 9 bulan, dari anak ke anak berikutnya.. Lelah diatas lemah badannya..
Ia pula yg lebih telaten merawat anak anakmu sampai usia dewasa..
Ia pula yg melayani biologismu dg halal dan tulus..
Ia pula yang merawat isi rumahmu dan menjaganya..
Masakan yg nikmat adalah masakan istrimu..
Ia mendampingimu dikala suka maupun duka..
Ia merawatmu dengan tulus dikala sakitmu..
Ia akan tetap mendampingimu walau engkau sudah tua renta..
dan sakit sakitan..
Mungkin terkadang ketaíatan istrimu kepadamu lebih besar dari pada tabiatnya anak anakmu kepadamu..
Wahai suami..
Jangan sampai engkau tidak penuhi hak dia sebagai istri..
Jangan engkau sia-siakan dia..
Jika Ada waktu senggang yg sebenarnya dapat digunakan untuk ikut membantu pekerjaan rumah tangga atau ikut merawat anak anakmu..
Maka lakukakanlah..
Ajak dia berseda gurau dengan mesra atas kebaikannya padamu agar terpupuk kasih sayangnya padamu
Jangan engkau buang waktumu hanya untuk bbm ria, ngenet, nonton film,atau malah keluyuran malam gak jelas tujuan..
Jangan sekali kali engkau cela masakannya..
Jangan pula engkau pukul dia sesuka hatimu..
Berbuatlah baiklah kepada istri, karena sebaik-baiknya laki-laki adalah yang paling baik terhadap istrinya..!".