Monday, August 22, 2016

Kata "Sunnah"

Label "Sunnah"


Kita jangan hanya fokus memberi label diri kita atau ustadz kita atau kajian kita dengan label "Sunnah".
Kita harus berusaha dan berupaya agar perilaku dan akhlak kita benar-benar sesuai "Sunnah".
...
Sungguh sangat disayangkan jika "Sunnah" itu hanya ada di status dan komentar kita, akan tetapi tidak ada dalam kehidupan kita sehari-hari di alam nyata.
Sunnah itu bukan kelompok tertentu yang eksklusif.
Sunnah itu suka persatuan dan membenci perpecahan.
Sunnah itu bisa bekerjasama dan bersinergi dengan kelompok lain sesama muslim untuk kepentingan dan maslahat umat.
Sunnah itu baik kepada orang lain, suka membantu, tidak mengganggu, wajahnya berseri-seri, tidak bermasam muka dan sinis.
Sunnah itu bisa dipercaya dan amanat dalam bermuamalah.
Sunnah itu mencari nafkah halal dan menghindari yang haram.
Sunnah itu berbakti kepada kedua orang tua, menyambung tali silaturrahim, baik kepada keluarga, memuliakan tetangga dan suka memaafkan.
Sunnah itu baik dan peduli kepada anak-anak yatim, fakir miskin dan orang-orang lemah.
Sunnah itu berakhlak kepada guru dan tidak pernah melupakan jasanya.
Sunnah itu memuliakan dan menghormati para ulama.
Sunnah itu jauh dari sifat ujub, sombong dan tidak berbuat dzalim.
Sunnah itu semakin rajin ngaji semakin mulia akhlaknya, baik perangainya, bersih hatinya dan suci jiwanya.
Sunnah itu selalu melakukan muhasabah atau introspeksi dan mawas diri.
Sunnah itu selalu mengedepankan akhlakul karimah dan menjauhi akhlak yang rendah dan hina.
Sunnah itu tidak mudah menjatuhkan vonis sesat apalagi kafir kepada sesama muslim yang berbeda pendapat dengannya.
Sunnah itu saling mengingatkan dan saling menasehati dengan sopan, akhlak, ikhlas, secara pribadi dan bukan melecehkan di depan umum apalagi bangga jika merasa berhasil menjatuhkan saudaranya.
Sunnah itu bukan ibarat sebuah perusahaan yang sahamnya dimiliki oleh orang atau kelompok tertentu yang dengan seenaknya memasukkan atau mengeluarkan siapa saja dari Sunnah.
Sunnah itu saling mendoakan dan berharap kebaikan untuk saudaranya.
Sunnah itu hubungannya dengan Allah baik dan dengan manusia juga baik.
Sunnah itu meniru Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa 'Ala Alihi Wa Salam dalam semua aspek kehidupannya; aqidah, ibadah, akhlak, muamalah dan lainnya.
Sunnah itu menyibukkan dirinya dengan bertaubat dan beramal kebaikan sebagai bekal bertemu Robbnya.
Sudah pantaskah kita memberikan label Sunnah kepada diri kita atau ustadz kita atau kajian kita ..?!
Betapa banyak yang mengaku Sunnah tapi justru mencoreng wajah Sunnah..?!
Ya Allah, bimbing kami agar selalu berada dalam barisan kekasihMu dan selamatkan kami dari barisan musuhMu, aamiin.
Hamba Allah yang selalu berharap petunjuk, ampunan dan kasih sayangNya, juga selalu berdoa dan berharap mati husnul khotimah diatas Islam dan Sunnah...

Thursday, August 18, 2016

SANG PENYELAMAT BENDERA PUSAKA DAN PENCIPTA LAGU "HARI MERDEKA" ADALAH SEORANG KETURUNAN RASULULLAH



SANG PENYELAMAT BENDERA PUSAKA DAN PENCIPTA LAGU "HARI MERDEKA" ADALAH SEORANG KETURUNAN RASULULLAH


Tepat hari ini 17 Agustus 2016 adalah Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Pada hari yang sangat spesial ini, ada satu hal yang menjadi momen “suci” bangsa Indonesia khususnya di saat detik-detik Proklamasi Kemerdekaan RI, yakni pengibaran bendera pusaka Sang Saka Merah Putih oleh Pasukan Pengibar Bendera Pusaka atau Paskibraka.
Sang Saka Merah Putih sebagai bendera pusaka ternyata mempunyai catatan sejarah yang cukup heroik sehingga harus diselamatkan dari penjajahan Belanda saat itu. Jika tidak, mungkin anak cucu keturunan bangsa Indonesia sekarang ini tidak dapat menyaksikan bendera pusaka sebagai salah satu bukti sejarah kemerdekaan Indonesia. Tahukah anda bahwa sang penyelamat bendera pusaka dari tangan penjajah saat itu adalah seorang habib, yang mempunyai darah pertalian keturunan dengan Sayyidina Muhammad Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa alihi wa shohbihi wa sallam?
Sayyidil Habib Muhammad Husein bin Salim bin Ahmad bin Salim bin Ahmad Al-Muthahar, beliau lah sang penyelamat bendera pusaka Sang Saka Merah Putih dari tangan penjajah. Tanpa jasa beliau, bangsa Indonesia sekarang mungkin sudah tidak dapat melihat lagi bendera pusaka yang dijahit oleh istri Presiden Soekarno, Ibu Fatmawati. Saat itu, Presiden Soekarno menugaskan Habib Muhammad Husein Muthahar yang berpangkat Mayor untuk menjaga dan menyelamatkan bendera pusaka dari tangan penjajahan Belanda meski harus dengan mengorbankan nyawanya. Amanah “menjaga bendera pusaka dengan nyawa” ini pun berhasil dilaksanakan sang Habib dengan penuh perjuangan.
KH Achmad Chalwani Nawawi, pengasuh Pondok Pesantren An-Nawawi Berjan, Gebang, Purworejo yang juga Mursyid Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah menuturkan bahwa Habib Muhammad Husein Muthahar yang merupakan penyelamat bendera pusaka ini adalah paman dari Habib Umar Muthohar Semarang.
Ingin tahu kisah sang Habib dalam menyelamatkan bendera pusaka? Berikut adalah kisah selengkapnya tentang penyelamatan bendera pusaka oleh Habib Muhammad Husein Muthahar ini yang mesti diketahui oleh bangsa Indonesia khsusunya umat Islam agar tahu bagaimana perjuangan para pendahulu bangsa ini dalam mempertahankan kemerdekan Republik Indonesia.
KISAH HEROIK PENYELAMATAN BENDERA PUSAKA OLEH HABIB MUHAMMAD HUSEIN MUTHAHAR
Bendera Pusaka Sang Saka Merah Putih adalah sebutan bagi bendera Indonesia yang pertama. Bendera Pusaka dibuat dan dijahit oleh Ibu Fatmawati, istri Presiden Republik Indonesia pertama, Ir. Soekarno. Bendera pusaka untuk pertama kali berkibar pada Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945, di Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta, setelah Soekarno membacakan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Bendera dinaikkan pada tiang bambu oleh Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) yang dipimpin oleh Kapten Latief Hendraningrat. Setelah dinaikkan, lagu “Indonesia Raya” kemudian dinyanyikan secara bersama-sama.
Pada tahun pertama Revolusi Nasional Indonesia, Bendera Pusaka dikibarkan siang dan malam. Pada 4 Januari 1946, karena aksi teror yang dilakukan Belanda semakin meningkat, presiden dan wakil presiden Republik Indonesia dengan menggunakan kereta api meninggalkan Jakarta menuju Yogyakarta. Bendera pusaka dibawa ke Yogyakarta dan dimasukkan dalam koper pribadi Soekarno. Selanjutnya, ibukota dipindahkan ke Yogyakarta.
Tanggal 19 Desember 1948, Belanda melancarkan agresinya yang kedua yang membuat Presiden, wakil presiden dan beberapa pejabat tinggi Indonesia akhirnya ditawan Belanda. Di saat-saat genting dimana Istana Presiden Gedung Agung Yogyakarta dikepung oleh Belanda, Presiden Soe­karno sempat memanggil salah satu ajudannya berpangkat Mayor yang bernama Sayyidil Habib Muhammad Husein Muthahar, yang kemudian ditugaskan untuk menyelamatkan sang bendera pusaka. Penyelamatan bendera pusaka ini merupakan salah satu bagian “heroik” dari sejarah tetap berkibarnya Sang Merah putih di persada bumi Indonesia. Saat itu, Soe­karno berucap kepada Habib Husein Muthahar:
“Apa yang terjadi terhadap diriku, aku sendiri tidak tahu. Dengan ini aku memberikan tugas kepadamu pribadi. Dalam keadaan apapun juga, aku memerintahkan kepadamu untuk menjaga bendera kita dengan nyawamu. Ini tidak boleh jatuh ke tangan musuh. Di satu waktu, jika Tuhan mengizinkannya engkau mengembalikannya kepadaku sendiri dan tidak kepada siapa pun kecuali kepada orang yang menggantikanku sekiranya umurku pendek. Andaikata engkau gugur dalam menyelamatkan bendera ini, percayakanlah tugasmu kepada orang lain dan dia harus menyerahkannya ke tanganku sendiri sebagaimana engkau mengerjakannya.”
Di saat bom-bom berjatuhan dan tentara Belanda terus mengalir melalui setiap jalanan kota, Habib Husein Muthahar terdiam dan memejamkan matanya, berpikir dan berdoa. Amanah “menjaga bendera pusaka dengan nyawa” dirasakannya sebagai tanggungjawabnya yang sungguh berat. Setelah berpikir, Habib Husein Muthahar pun menemukan solusi pemecahan masalahnya. Sang Habib ini membagi bendera pusaka menjadi 2 bagian dengan mencabut benang jahitan yang menyatukan kedua bagian merah dan putih bendera itu. Dengan bantuan Ibu Perna Dinata, kedua carik kain merah dan putih itu berhasil dipisahkan. Oleh Habib Husein Muthahar, kain merah dan putih itu lalu diselipkan di dasar dua tas terpisah miliknya. Seluruh pakaian dan kelengkapan miliknya dijejalkan di atas kain merah dan putih itu. Sang Habib hanya bisa pasrah, dan menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya. Yang ada dalam pemikiran Habib Husein Muthahar saat itu hanyalah satu, yakni bagaimana agar pihak Belanda tidak mengenali bendera merah-putih itu sebagai bendera, tapi ha­nya kain biasa, sehingga tidak melakukan penyitaan. Di mata seluruh bangsa Indonesia, bendera itu adalah sebuah “prasasti” yang mesti diselamatkan dan tidak boleh hilang dari jejak sejarah.
Benar, tak lama kemudian Presiden Soekarno ditangkap oleh Belanda dan diasingkan ke Prapat (kota kecil di pinggir danau Toba) sebelum dipindahkan ke Muntok, Bangka, sedangkan wakil presi­den Mohammad Hatta langsung dibawa ke Bangka. Habib Husein Muthahar dan beberapa staf kepresidenan juga akhirnya tertangkap dan diangkut dengan pesawat Dakota. Mereka dibawa ke Semarang dan ditahan di sana. Pada saat menjadi tahanan kota, Habib Husein Muthahar berhasil melarikan diri dengan naik kapal laut menuju Jakarta.
Di Jakarta Habib Husein Mutahar menginap di rumah Perdana Menteri Sutan Syahrir, yang sebelumnya tidak ikut mengungsi ke Yogyakarta. Beberapa hari kemudian, Habib Husein Muthahar indekost di Jalan Pegangsaan Timur 43, di rumah Bapak R. Said Soekanto Tjokrodiatmodjo (Kepala Kepolisian RI yang pertama). Selama di Jakarta Habib Husein Muthahar selalu mencari informasi dan cara, bagaimana bisa segera menyerahkan bendera pusa­ka kepada presiden Soekarno. Pada suatu pagi sekitar pertengahan bulan Juni 1948, akhirnya ia menerima pemberitahuan dari Sudjono yang tinggal di Oranje Boulevard (sekarang Jalan Diponegoro) Jakarta. Pemberitahuan itu menyebutkan bahwa ada surat dari Presiden Soekarno yang ditujukan kepadanya.
Sore harinya, surat itu diambil oleh Habib Husein Muthahar dan ternyata memang benar berasal dari Soekarno pribadi. Isinya sebuah perintah agar ia segera menyerahkan kembali bendera pusaka yang dibawanya dari Yogya kepada Sudjono, agar dapat diba­wa ke Bangka. Soekarno sengaja tidak memerintahkan Habib Husein Muthahar sendiri datang ke Bang­ka dan menyerahkan bendera pusaka itu langsung kepadanya. Dengan cara yang taktis, ia menggunakan Soedjono sebagai perantara untuk menjaga kerahasiaan perjalanan bendera pusaka dari Jakarta ke Bangka. Itu tak lain karena dalam pengasingan, Soekarno hanya boleh dikunjungi oleh anggota delegasi Republik Indonesia dalam perundingan dengan Belanda di bawah pengawasan UNCI (United Na­tions Committee for Indonesia). Dan Sudjono adalah salah satu anggota delegasi itu, sedangkan Habib Husein Muthahar bukan.
Setelah mengetahui tanggal keberangkatan Soedjono ke Bangka, Habib Husein Muthahar berupaya menyatukan kembali kedua helai kain merah dan putih dengan meminjam mesin jahit tangan milik seorang istri dokter yang ia sendiri lupa namanya. Bendera pusaka yang tadinya terpisah dijahitnya persis mengikuti lubang bekas jahitan tangan Ibu Fatmawati. Tetapi sayang, meski dilakukan dengan hati-hati, tak urung terjadi juga kesalahan jahit sekitar 2 cm dari ujungnya. Dengan dibungkus kertas koran agar tidak mencurigakan, selanjutnya bendera pusaka diberikan Habib Husein Muthahar kepada Soedjono untuk diserahkan sendiri kepada Presiden Soekarno. Hal ini sesuai dengan perjanjian Soekarno dengan Habib Husein Muthahar sewaktu di Yogyakarta. Dengan diserahkannya bendera pusaka kepada orang yang diperintahkan Soekarno maka selesailah tugas penyelamatan yang dilakukan Habib Husein Muthahar. Sejak itu, Sang Habib tidak lagi menangani masalah pengibaran bendera pusaka.
Tanggal 6 Juli 1949, Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta kembali ke Yogyakarta dari Bangka dengan membawa serta bendera pusaka. Tanggal 17 Agustus 1949, bendera pusaka dikibarkan lagi di halaman Istana Presiden Gedung Agung Yogyakarta. Pada 27 Desember 1949, naskah pengakuan kedaulatan lndo­nesia ditandatangani dan sehari setelah itu Soekarno kembali ke Jakarta untuk memangku jabatan Presiden Republik Indonesia Serikat (RIS). Setelah empat tahun ditinggalkan, Jakarta pun kembali menjadi ibukota Republik Indonesia. Hari itu juga, bendera pusaka dibawa kembali ke Jakarta. Dan untuk pertama kalinya setelah Prok­lamasi Kemerdekaan Indonesia, bendera pusaka Sang Saka Merah Putih kembali berkibar di Jakarta pada peringatan Detik-detik Proklamasi 17 Agustus 1950. Karena kerapuhan bendera pusaka, sejak tahun 1968, bendera yang dinaikkan di Istana Negara adalah replika yang terbuat dari sutra.
Pada tahun 1968, Habib Muhammad Husein Muthahar membentuk organisasi mahasiswa Pasukan Pengibar Bendera Pusaka, atau Paskibraka (Bendera Pusaka Flag Hoisting Troop). Paskibraka inilah yang nantinya akan selalu bertugas sebagai pasukan pengibar bendera pusaka pada setiap upacara HUT Kemerdekaan Republik Indonesia hingga sekarang. Selain membentuk Paskibraka, beliau pun menyusun tata cara pengibaran bendera pusaka. Atas jasanya ini, beliau mendapat julukan Bapak Paskibraka Indonesia.
SANG KOMPONIS LAGU INDONESIA YANG FENOMENAL, HARI MERDEKA, DAN HYMNE SYUKUR
Habib Muhammad Husein Muthahar tidak hanya dikenal sebagai penyelamat bendera pusaka dan pendiri Paskibraka saja tetapi beliau juga seorang komponis lagu Indonesia yang hebat. Habib yang dikenal dengan nama H. Mutahar ini telah menghasilkan ratusan lagu Indonesia, seperti lagu nasional Hari Merdeka, Hymne Syukur, Hymne Pramuka, Dirgayahu Indonesiaku, juga lagu anak-anak seperti Gembira, Tepuk Tangan Silang-silang, Mari Tepuk, dan lain-lain.
Lagu Hari Merdeka dan Hymne Syukur adalah salah satu lagu fenomenal yang diciptakan oleh Habib Muhammad Husein Muthahar. Terkait penciptaan lagu Hari Merdeka, ada satu cerita yang menarik. Ternyata inspirasi lagu Hari Merdeka ini muncul secara tiba-tiba saat beliau sedang berada di toilet salah satu hotel di Yogyakarta. Bagi seorang komponis, setiap inspirasi tidak boleh dibiarkan lewat begitu saja. Beliau pun cepat-cepat meminta bantuan Pak Hoegeng Imam Santoso (Kapolri pada 1968 –1971). Saat itu Pak Hoegeng belum menjadi Kapolri. Sang Habib menyuruh Pak Hoegeng untuk mengambilkan kertas dan bolpoin. Berkat bantuan Pak Hoegeng, akhirnya jadilah sebuah lagu yang kemudian diberi judul “Hari Merdeka”. Sebuah lagu yang sangat fenomenal dan sangat terkenal yang banyak dinyanyikan oleh bangsa Indonesia, bahkan anak-anak pun sangat hafal dan pandai menyanyikannya.
Berikut lirik lagu Hari Merdeka ciptaan Habib Muhammad Husein Muthahar:
Hari Merdeka
Tujuh belas agustus tahun empat lima
Itulah hari kemerdekaan kita
Hari merdeka nusa dan bangsa
Hari lahirnya bangsa Indonesia
Merdeka
Sekali merdeka tetap merdeka
Selama hayat masih di kandung badan
Kita tetap setia tetap sedia
Mempertahankan Indonesia
Kita tetap setia tetap sedia
Membela negara kita
Selain “Hari Merdeka”, lagu berikut juga menjadi karya fenomenal beliau. Judulnya “Syukur”. Lagu ini tercipta setelah menyaksikan banyak warga Semarang, kota kelahirannya, bisa bertahan hidup dengan hanya memakan bekicot. Berikut lirik lagunya:
Dari yakinku teguh
Hati ikhlasku penuh
Akan karuniamu
Tanah air pusaka
Indonesia merdeka
Syukur aku sembahkan
Kehadiratmu Tuhan
Dan masih banyak lagi karya fenomenal beliau yang lainnya.
Habib Muhammad Husein Muthahar meninggal dunia di Jakarta pada usia hampir 88 tahun, pada 9 Juni 2004 akibat sakit tua. Semestinya beliau berhak dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata dengan upacara kenegaraan sebagaimana penghargaan yang lazim diberikan kepada para pahlawan. Tetapi, beliau tidak menginginkan itu. Sesuai dengan wasiat beliau, pada 9 Juni 2004 beliau dimakamkan sebagai rakyat biasa di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Jeruk Purut Jakarta Selatan dengan tata cara Islam.
Allahu yarhamhu, semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat (kasih sayang) kepada beliau, Sayyidil Habib Muhammad Husein Muthahar. Semoga jasa dan perjuangan beliau untuk Tanah Air Indonesia dibalas dengan surga dan keridhaan Allah subhanahu wa ta’ala. Semoga pula beliau tercatat sebagai pejuang yang syahid. Amin Ya Robbal ‘Alamin, Alfatihah….
DIRGAHAYU REPUBLIK INDONESIA KE-71, JAYALAH NEGERIKU JAYALAH BANGSAKU
17 AGUSTUS 1945 – 17 AGUSTUS 2016

SANG PENYELAMAT BENDERA PUSAKA DAN PENCIPTA LAGU "HARI MERDEKA" ADALAH SEORANG KETURUNAN RASULULLAH



SANG PENYELAMAT BENDERA PUSAKA DAN PENCIPTA LAGU "HARI MERDEKA" ADALAH SEORANG KETURUNAN RASULULLAH


Tepat hari ini 17 Agustus 2016 adalah Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Pada hari yang sangat spesial ini, ada satu hal yang menjadi momen “suci” bangsa Indonesia khususnya di saat detik-detik Proklamasi Kemerdekaan RI, yakni pengibaran bendera pusaka Sang Saka Merah Putih oleh Pasukan Pengibar Bendera Pusaka atau Paskibraka.
Sang Saka Merah Putih sebagai bendera pusaka ternyata mempunyai catatan sejarah yang cukup heroik sehingga harus diselamatkan dari penjajahan Belanda saat itu. Jika tidak, mungkin anak cucu keturunan bangsa Indonesia sekarang ini tidak dapat menyaksikan bendera pusaka sebagai salah satu bukti sejarah kemerdekaan Indonesia. Tahukah anda bahwa sang penyelamat bendera pusaka dari tangan penjajah saat itu adalah seorang habib, yang mempunyai darah pertalian keturunan dengan Sayyidina Muhammad Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa alihi wa shohbihi wa sallam?
Sayyidil Habib Muhammad Husein bin Salim bin Ahmad bin Salim bin Ahmad Al-Muthahar, beliau lah sang penyelamat bendera pusaka Sang Saka Merah Putih dari tangan penjajah. Tanpa jasa beliau, bangsa Indonesia sekarang mungkin sudah tidak dapat melihat lagi bendera pusaka yang dijahit oleh istri Presiden Soekarno, Ibu Fatmawati. Saat itu, Presiden Soekarno menugaskan Habib Muhammad Husein Muthahar yang berpangkat Mayor untuk menjaga dan menyelamatkan bendera pusaka dari tangan penjajahan Belanda meski harus dengan mengorbankan nyawanya. Amanah “menjaga bendera pusaka dengan nyawa” ini pun berhasil dilaksanakan sang Habib dengan penuh perjuangan.
KH Achmad Chalwani Nawawi, pengasuh Pondok Pesantren An-Nawawi Berjan, Gebang, Purworejo yang juga Mursyid Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah menuturkan bahwa Habib Muhammad Husein Muthahar yang merupakan penyelamat bendera pusaka ini adalah paman dari Habib Umar Muthohar Semarang.
Ingin tahu kisah sang Habib dalam menyelamatkan bendera pusaka? Berikut adalah kisah selengkapnya tentang penyelamatan bendera pusaka oleh Habib Muhammad Husein Muthahar ini yang mesti diketahui oleh bangsa Indonesia khsusunya umat Islam agar tahu bagaimana perjuangan para pendahulu bangsa ini dalam mempertahankan kemerdekan Republik Indonesia.
KISAH HEROIK PENYELAMATAN BENDERA PUSAKA OLEH HABIB MUHAMMAD HUSEIN MUTHAHAR
Bendera Pusaka Sang Saka Merah Putih adalah sebutan bagi bendera Indonesia yang pertama. Bendera Pusaka dibuat dan dijahit oleh Ibu Fatmawati, istri Presiden Republik Indonesia pertama, Ir. Soekarno. Bendera pusaka untuk pertama kali berkibar pada Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945, di Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta, setelah Soekarno membacakan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Bendera dinaikkan pada tiang bambu oleh Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) yang dipimpin oleh Kapten Latief Hendraningrat. Setelah dinaikkan, lagu “Indonesia Raya” kemudian dinyanyikan secara bersama-sama.
Pada tahun pertama Revolusi Nasional Indonesia, Bendera Pusaka dikibarkan siang dan malam. Pada 4 Januari 1946, karena aksi teror yang dilakukan Belanda semakin meningkat, presiden dan wakil presiden Republik Indonesia dengan menggunakan kereta api meninggalkan Jakarta menuju Yogyakarta. Bendera pusaka dibawa ke Yogyakarta dan dimasukkan dalam koper pribadi Soekarno. Selanjutnya, ibukota dipindahkan ke Yogyakarta.
Tanggal 19 Desember 1948, Belanda melancarkan agresinya yang kedua yang membuat Presiden, wakil presiden dan beberapa pejabat tinggi Indonesia akhirnya ditawan Belanda. Di saat-saat genting dimana Istana Presiden Gedung Agung Yogyakarta dikepung oleh Belanda, Presiden Soe­karno sempat memanggil salah satu ajudannya berpangkat Mayor yang bernama Sayyidil Habib Muhammad Husein Muthahar, yang kemudian ditugaskan untuk menyelamatkan sang bendera pusaka. Penyelamatan bendera pusaka ini merupakan salah satu bagian “heroik” dari sejarah tetap berkibarnya Sang Merah putih di persada bumi Indonesia. Saat itu, Soe­karno berucap kepada Habib Husein Muthahar:
“Apa yang terjadi terhadap diriku, aku sendiri tidak tahu. Dengan ini aku memberikan tugas kepadamu pribadi. Dalam keadaan apapun juga, aku memerintahkan kepadamu untuk menjaga bendera kita dengan nyawamu. Ini tidak boleh jatuh ke tangan musuh. Di satu waktu, jika Tuhan mengizinkannya engkau mengembalikannya kepadaku sendiri dan tidak kepada siapa pun kecuali kepada orang yang menggantikanku sekiranya umurku pendek. Andaikata engkau gugur dalam menyelamatkan bendera ini, percayakanlah tugasmu kepada orang lain dan dia harus menyerahkannya ke tanganku sendiri sebagaimana engkau mengerjakannya.”
Di saat bom-bom berjatuhan dan tentara Belanda terus mengalir melalui setiap jalanan kota, Habib Husein Muthahar terdiam dan memejamkan matanya, berpikir dan berdoa. Amanah “menjaga bendera pusaka dengan nyawa” dirasakannya sebagai tanggungjawabnya yang sungguh berat. Setelah berpikir, Habib Husein Muthahar pun menemukan solusi pemecahan masalahnya. Sang Habib ini membagi bendera pusaka menjadi 2 bagian dengan mencabut benang jahitan yang menyatukan kedua bagian merah dan putih bendera itu. Dengan bantuan Ibu Perna Dinata, kedua carik kain merah dan putih itu berhasil dipisahkan. Oleh Habib Husein Muthahar, kain merah dan putih itu lalu diselipkan di dasar dua tas terpisah miliknya. Seluruh pakaian dan kelengkapan miliknya dijejalkan di atas kain merah dan putih itu. Sang Habib hanya bisa pasrah, dan menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya. Yang ada dalam pemikiran Habib Husein Muthahar saat itu hanyalah satu, yakni bagaimana agar pihak Belanda tidak mengenali bendera merah-putih itu sebagai bendera, tapi ha­nya kain biasa, sehingga tidak melakukan penyitaan. Di mata seluruh bangsa Indonesia, bendera itu adalah sebuah “prasasti” yang mesti diselamatkan dan tidak boleh hilang dari jejak sejarah.
Benar, tak lama kemudian Presiden Soekarno ditangkap oleh Belanda dan diasingkan ke Prapat (kota kecil di pinggir danau Toba) sebelum dipindahkan ke Muntok, Bangka, sedangkan wakil presi­den Mohammad Hatta langsung dibawa ke Bangka. Habib Husein Muthahar dan beberapa staf kepresidenan juga akhirnya tertangkap dan diangkut dengan pesawat Dakota. Mereka dibawa ke Semarang dan ditahan di sana. Pada saat menjadi tahanan kota, Habib Husein Muthahar berhasil melarikan diri dengan naik kapal laut menuju Jakarta.
Di Jakarta Habib Husein Mutahar menginap di rumah Perdana Menteri Sutan Syahrir, yang sebelumnya tidak ikut mengungsi ke Yogyakarta. Beberapa hari kemudian, Habib Husein Muthahar indekost di Jalan Pegangsaan Timur 43, di rumah Bapak R. Said Soekanto Tjokrodiatmodjo (Kepala Kepolisian RI yang pertama). Selama di Jakarta Habib Husein Muthahar selalu mencari informasi dan cara, bagaimana bisa segera menyerahkan bendera pusa­ka kepada presiden Soekarno. Pada suatu pagi sekitar pertengahan bulan Juni 1948, akhirnya ia menerima pemberitahuan dari Sudjono yang tinggal di Oranje Boulevard (sekarang Jalan Diponegoro) Jakarta. Pemberitahuan itu menyebutkan bahwa ada surat dari Presiden Soekarno yang ditujukan kepadanya.
Sore harinya, surat itu diambil oleh Habib Husein Muthahar dan ternyata memang benar berasal dari Soekarno pribadi. Isinya sebuah perintah agar ia segera menyerahkan kembali bendera pusaka yang dibawanya dari Yogya kepada Sudjono, agar dapat diba­wa ke Bangka. Soekarno sengaja tidak memerintahkan Habib Husein Muthahar sendiri datang ke Bang­ka dan menyerahkan bendera pusaka itu langsung kepadanya. Dengan cara yang taktis, ia menggunakan Soedjono sebagai perantara untuk menjaga kerahasiaan perjalanan bendera pusaka dari Jakarta ke Bangka. Itu tak lain karena dalam pengasingan, Soekarno hanya boleh dikunjungi oleh anggota delegasi Republik Indonesia dalam perundingan dengan Belanda di bawah pengawasan UNCI (United Na­tions Committee for Indonesia). Dan Sudjono adalah salah satu anggota delegasi itu, sedangkan Habib Husein Muthahar bukan.
Setelah mengetahui tanggal keberangkatan Soedjono ke Bangka, Habib Husein Muthahar berupaya menyatukan kembali kedua helai kain merah dan putih dengan meminjam mesin jahit tangan milik seorang istri dokter yang ia sendiri lupa namanya. Bendera pusaka yang tadinya terpisah dijahitnya persis mengikuti lubang bekas jahitan tangan Ibu Fatmawati. Tetapi sayang, meski dilakukan dengan hati-hati, tak urung terjadi juga kesalahan jahit sekitar 2 cm dari ujungnya. Dengan dibungkus kertas koran agar tidak mencurigakan, selanjutnya bendera pusaka diberikan Habib Husein Muthahar kepada Soedjono untuk diserahkan sendiri kepada Presiden Soekarno. Hal ini sesuai dengan perjanjian Soekarno dengan Habib Husein Muthahar sewaktu di Yogyakarta. Dengan diserahkannya bendera pusaka kepada orang yang diperintahkan Soekarno maka selesailah tugas penyelamatan yang dilakukan Habib Husein Muthahar. Sejak itu, Sang Habib tidak lagi menangani masalah pengibaran bendera pusaka.
Tanggal 6 Juli 1949, Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta kembali ke Yogyakarta dari Bangka dengan membawa serta bendera pusaka. Tanggal 17 Agustus 1949, bendera pusaka dikibarkan lagi di halaman Istana Presiden Gedung Agung Yogyakarta. Pada 27 Desember 1949, naskah pengakuan kedaulatan lndo­nesia ditandatangani dan sehari setelah itu Soekarno kembali ke Jakarta untuk memangku jabatan Presiden Republik Indonesia Serikat (RIS). Setelah empat tahun ditinggalkan, Jakarta pun kembali menjadi ibukota Republik Indonesia. Hari itu juga, bendera pusaka dibawa kembali ke Jakarta. Dan untuk pertama kalinya setelah Prok­lamasi Kemerdekaan Indonesia, bendera pusaka Sang Saka Merah Putih kembali berkibar di Jakarta pada peringatan Detik-detik Proklamasi 17 Agustus 1950. Karena kerapuhan bendera pusaka, sejak tahun 1968, bendera yang dinaikkan di Istana Negara adalah replika yang terbuat dari sutra.
Pada tahun 1968, Habib Muhammad Husein Muthahar membentuk organisasi mahasiswa Pasukan Pengibar Bendera Pusaka, atau Paskibraka (Bendera Pusaka Flag Hoisting Troop). Paskibraka inilah yang nantinya akan selalu bertugas sebagai pasukan pengibar bendera pusaka pada setiap upacara HUT Kemerdekaan Republik Indonesia hingga sekarang. Selain membentuk Paskibraka, beliau pun menyusun tata cara pengibaran bendera pusaka. Atas jasanya ini, beliau mendapat julukan Bapak Paskibraka Indonesia.
SANG KOMPONIS LAGU INDONESIA YANG FENOMENAL, HARI MERDEKA, DAN HYMNE SYUKUR
Habib Muhammad Husein Muthahar tidak hanya dikenal sebagai penyelamat bendera pusaka dan pendiri Paskibraka saja tetapi beliau juga seorang komponis lagu Indonesia yang hebat. Habib yang dikenal dengan nama H. Mutahar ini telah menghasilkan ratusan lagu Indonesia, seperti lagu nasional Hari Merdeka, Hymne Syukur, Hymne Pramuka, Dirgayahu Indonesiaku, juga lagu anak-anak seperti Gembira, Tepuk Tangan Silang-silang, Mari Tepuk, dan lain-lain.
Lagu Hari Merdeka dan Hymne Syukur adalah salah satu lagu fenomenal yang diciptakan oleh Habib Muhammad Husein Muthahar. Terkait penciptaan lagu Hari Merdeka, ada satu cerita yang menarik. Ternyata inspirasi lagu Hari Merdeka ini muncul secara tiba-tiba saat beliau sedang berada di toilet salah satu hotel di Yogyakarta. Bagi seorang komponis, setiap inspirasi tidak boleh dibiarkan lewat begitu saja. Beliau pun cepat-cepat meminta bantuan Pak Hoegeng Imam Santoso (Kapolri pada 1968 –1971). Saat itu Pak Hoegeng belum menjadi Kapolri. Sang Habib menyuruh Pak Hoegeng untuk mengambilkan kertas dan bolpoin. Berkat bantuan Pak Hoegeng, akhirnya jadilah sebuah lagu yang kemudian diberi judul “Hari Merdeka”. Sebuah lagu yang sangat fenomenal dan sangat terkenal yang banyak dinyanyikan oleh bangsa Indonesia, bahkan anak-anak pun sangat hafal dan pandai menyanyikannya.
Berikut lirik lagu Hari Merdeka ciptaan Habib Muhammad Husein Muthahar:
Hari Merdeka
Tujuh belas agustus tahun empat lima
Itulah hari kemerdekaan kita
Hari merdeka nusa dan bangsa
Hari lahirnya bangsa Indonesia
Merdeka
Sekali merdeka tetap merdeka
Selama hayat masih di kandung badan
Kita tetap setia tetap sedia
Mempertahankan Indonesia
Kita tetap setia tetap sedia
Membela negara kita
Selain “Hari Merdeka”, lagu berikut juga menjadi karya fenomenal beliau. Judulnya “Syukur”. Lagu ini tercipta setelah menyaksikan banyak warga Semarang, kota kelahirannya, bisa bertahan hidup dengan hanya memakan bekicot. Berikut lirik lagunya:
Dari yakinku teguh
Hati ikhlasku penuh
Akan karuniamu
Tanah air pusaka
Indonesia merdeka
Syukur aku sembahkan
Kehadiratmu Tuhan
Dan masih banyak lagi karya fenomenal beliau yang lainnya.
Habib Muhammad Husein Muthahar meninggal dunia di Jakarta pada usia hampir 88 tahun, pada 9 Juni 2004 akibat sakit tua. Semestinya beliau berhak dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata dengan upacara kenegaraan sebagaimana penghargaan yang lazim diberikan kepada para pahlawan. Tetapi, beliau tidak menginginkan itu. Sesuai dengan wasiat beliau, pada 9 Juni 2004 beliau dimakamkan sebagai rakyat biasa di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Jeruk Purut Jakarta Selatan dengan tata cara Islam.
Allahu yarhamhu, semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat (kasih sayang) kepada beliau, Sayyidil Habib Muhammad Husein Muthahar. Semoga jasa dan perjuangan beliau untuk Tanah Air Indonesia dibalas dengan surga dan keridhaan Allah subhanahu wa ta’ala. Semoga pula beliau tercatat sebagai pejuang yang syahid. Amin Ya Robbal ‘Alamin, Alfatihah….
DIRGAHAYU REPUBLIK INDONESIA KE-71, JAYALAH NEGERIKU JAYALAH BANGSAKU
17 AGUSTUS 1945 – 17 AGUSTUS 2016

Tuesday, August 16, 2016

KAJIAN KITAB: FUTUHUL GHAIB (Risalah ke-71)

KAJIAN KITAB: FUTUHUL GHAIB (Risalah ke-71)
[Menyingkap Rahasia Ilahi]

 Mutiara karya Syeikh Abdul Qodir Al-Jailany ra
Kamu termasuk dalam salah satu dari dua pe...rkara ini, pencari atau yang dicari.
Jika kamu menjadi murid, maka kamu adalah pencari. Tetapi, jika kamu seorang guru, maka kamu adalah orang yang dicari.
Jika kamu menjadi pencari, yaitu murid, maka kamu akan menanggung beban yang berat dan memayahkan.
Kamu akan terpaksa bekerja keras untuk mencapai tujuan yang kamu idamkan itu.
Tidak pantas kamu lari dari kesusahan yang menimpa dirimu, yang berupa kesusahan hidup, harta benda, keluarga dan sanak saudaramu.
Pada akhirnya, beban yang kamu tanggung itupun akan diringankan juga dan diambil dari kamu serta kesusahan itu akan dibuang dari kamu.
Kemudian, kamu akan diberi keselamatan dan kesentosaan serta akan dilepaskan dari dosa dan maksiat dan dari kebergantungan kepada mahluk. Kamu akan masuk ke dalam golongan hamba-hamba Allah yang dikasihi dan dipelihara-Nya.
Sedangkan jika kamu menjadi seorang yang dicari, yaitu guru, maka janganlah kamu menyalahkan Allah manakala Allah menimpakan kesusahan kepadamu, dan jangan pula kamu meragukan kedudukanmu di sisi Allah, karena Allah hendak mengujimu supaya kedudukanmu ditinggikan di sisi-Nya.
Allah hendak menaikkan kedudukanmu ke tingkat yang mulia dan tingkat Abdal.
Apakah kamu ingin kedudukanmu direndahkan dari tingkat yang mulia dan tingkat Abdal ?
Ataukah kamu ingin memakai pakaian yang lain selain pakaian mereka ?
Sekalipun kamu rela dengan kedudukanmu yang rendah itu, tetapi Allah tidak rela.
Allah berfirman, :
“Apabila kamu mentalak istri-istrimu, lalu habis iddahnya, maka janganlah kamu (para wali) menghalangi mereka kawin lagi dengan bakal suaminya, apabila telah terdapat kerelaan di antara mereka dengan cara yang ma’ruf. Itulah yang dinasehatkan kepada orang-orang yang beriman di antara kamu kepada Allah dan hari kemudian. Itu lebih baik bagimu dan lebih suci, Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS 2:232)
Allah hendak meninggikan, memuliakan dan membaikkan kamu, tetapi mengapa kamu tidak mau menerimanya ?
Mungkin kamu bertanya, mengapa hamba yang sempurna itu diuji, padahal menurut sepengetahuan kamu bahwa ujian itu ialah untuk orang yang mencintai Allah, yaitu orang yang dikasihi oleh Allah dan dicintai-Nya ?
Jawaban kami:
Dahulu, kami telah mengatakan aturannya dan kemudian kemungkinan perkecualiannya.
Nabi besar Muhammad SAW adalah orang yang paling dicintai Allah, tetapi beliaupun mendapat ujian yang paling berat.
Beliau pernah bersabda, :
“Aku adalah orang yang paling takut kepada Allah, sehingga tidak ada orang yang lebih takut kepada Allah daripada aku.
Aku mendapatkan penderitaan yang paling hebat, sehingga tidak ada orang yang penderitaannya sama dengan penderitaanku. Pernah selama tigapuluh hari tigapuluh malam aku tidak mendapatkan makanan walau hanya sebesar yang dapat disembunyikan di bawah ketiak bilal.”
Sabda Nabi lagi, :
“Sesungguhnya kami dari golongan para Nabi adalah orang-orang yang paling berat diuji, kemudian orang-orang yang berada di bawah peringkat kami, kemudian orang-orang yang berada di bawah itu, dan begitulah seterusnya.”
Sabdanya lagi,:
“Akulah orang yang paling baik di sisi Allah dan paling takut kepada-Nya daripada kamu sekalian.”
Bagaimana bisa terjadi orang yang dicintai Allah itu diuji dan ditakutkan, padahal ia adalah hamba yang dicintai dan sempurna?
Sebenarnya ujian itu bertujuan meninggikan derajat mereka di akhirat kelak, karena derajat kehidupan akhirat itu tidak akan ditinggikan kecuali melalui amal saleh di dalam kehidupan dunia ini.
Dunia ini adalah ladang akhirat.
Amal saleh para Nabi dan wali, setelah melakukan perintah dan meninggalkan larangan, adalah terdiri atas kesabaran, rela dengan suka hati dan menyesuaikan diri dengan ujian.
Setelah itu, ujian itu akan dihindarkan dari mereka, dan mereka akan mendapatkan karunia, keridhaan dan kasih sayang Allah sampai mereka menemui Allah SWT.
wallohu a'lam
المقالة الحادية السبعون
فـي الــمــريـــد والــمـــراد
قـال رضـي الله تـعـالى عـنـه و أرضـاه : لا يخلو إما أن تكون مريداً أو مراداً.
فإن كنت مريداً فأنت محمل و حمال يحمل كل شديد و ثقيل، لأنك طالب و الطالب مشقوق عليه حتى يصل إلى مطلوبه و يظفر بمحبوبه و يدرك مرامه، و لا ينبغي لك أن تنفر من بلاء ينزل بك في النفس و المال و الأهل و الولد، إلى أن يحط عنك الأعمال، و يزال عنك الأثقال، و يرفع عنك الآلام و يزال عنك الأذى و الإذلال، فتصان عن جميع الرذائل و الأدران و الأوساخ و المهانات و الافتقار إلى الخليقة و البريات، فتدخل في زمرة المحبوبين المدللين المرادين.
و إن كنت مراداً فلا تتهمن الحق عزّ و جلّ في إنزال البلية بك أيضاً، و لا تشكن في منزلتك و قدرك عنده عزّ و جلّ، لأنه قد يبتليك ليبلغك مبلغ الرجل، و يرفع منزلتك إلى منازل الأولياء.
أتحب ما يحط منزلتك عن منازلهم و درجاتك عن درجاتهم و أن تكون خلعتك و أنوارك و نعيمك دون ما لهم، فإن رضيت أنت بالدون فالحق عزّ و جلّ لا يرضى لك بذلك . قال تعالى : }وَاللّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ{. البقرة٢١٦ +٢٣٢.آل عمران٦٦.النور١٩. يختار لك الأعلى و الأسنى و الأرفع و الأصلح و أنت تأبى.
فإن قلت: كيف يصلح ابتلاء المراد مع هذا النعيم و البيان مع أن الابتلاء إنما هو للمحب، و المدلل إنما هو المحبوب.
يقال لك ذكرنا الأغلب أولاً و سمرنا بالنادر الممكن ثانياً.
لا خلاف أن النبي صلى الله عليه و سلم كان سيد المحبوبين أشد الناس بلاء، و قد قال صلى الله عليه و سلم ( لقد خفت في الله ما لا يخافه أحد، و لقد أوذيت في الله لم يؤذه أحد، و لقد أتى علي ثلاثون يوماً و ليلة و ما لنا طعام إلا شيء يواريه إبط بلال ) و قد قال صلى الله عليه و سلم ( إنا معاشر الأنبياء أشد الناس بلاء ثم الأمثل فالأمثل ) و قد قال صلى الله عليه و سلم ( أنا أعرفكم بالله و أشدكم منه خوفاً ) فكيف يبتلى المحبوب و يخوف المدلل المراد و لم يكن ذلك إلا بما أشرنا إليه من بلوغ المنازل العالية في الجنة لأن المنازل في الجنة لا تشيد و لا ترفع بالأعمال في الدنيا.
الدنيا مزرعة الآخرة، و أعمال الأنبياء و الأولياء بعد أداء الأوامر و انتهاء النواهي و الصبر و الرضا و الموافقة في حالة البلاء يكشف عنهم البلاء و يواصلون بالنعيم و الفضل و الدلال و اللقاء أبد الآباد،
و الله أعلم

Monday, August 15, 2016

Guyonan : "#‎jangan_mudah_suudzon"

Ibu : "Nak, tolong telepon Ayah. Tanyakan, jam berapa pulangnya. Sampai jam segini kok belum ada kabar. hpnya ibu ada di dekat tv"
Anak...: "Iya, Bu."
.
.
Ibu : "Sudah kamu telfon belum? kok kamu diam saja?"
.
Anak : "Sudah, tapi yang jawab suaranya perempuan bu."
.
.
.
Ibu : "APAAAAA...?! Hm.... Dasar lelaki zaman sekarang!! Pantesan belakangan ini Ayahmu suka pulang molor.
Di kantornya pasti ada pegawai baru yang genit. Hmm... awas ya kalo pulang!!"
😡😡😡😡
.
Bunda : "terus, Bilang apa si perempuan tadi?"
.
Anak: "Pulsa Anda tidak mencukupi untuk melakukan panggilan ini."


hahahahaha.....................................

Sebab Mudah dan Sulitnya Melakukan Sholat Tahajjud



SEBAB -SEBAB SULIT MELAKUKAN QIYAMUL LAIL / TAHAJJUD DAN SEBAB-SEBAB MUDAH MELAKUKANNYA:

Diantara sebab-sebab yg bisa menyebabkan sulit melaksanakan sholat malam... atau tahajjud ada 4 :
1. menganggap penting urusan dunia dan lalai keadaan akherat.
2. sibuk berbicara tentang dunia dan berbicara yg tidak berguna bahkan batil dan banyak gaduh.
3. memayahkan anggota tubuh dengan pekerjaan yg berat di siang hari.
4. kebanyakan makan sehingga mudah tidur.
Diantara sebab-sebab yang bisa menjadikan mudah untuk melaksanakan sholat malam atau tahajjud ada 4 :
1. tajdidul wudhu' / selalu memperbaharui wudhu'.
2. berdzikir sebelum matahari tenggelam, termasuk diantaranya adalah membaca tasbih.
As Suhrawardi berkata : hendaknya diantara siang dan malam membaca tasbih berikut ini 100 kali :
سبحان الله العلي الديان سبحان الله الشديد الأركان سبحان من يذهب بالليل ويأتي بالنهار سبحان من لا يشغله شأن عن شأن سبحان الله الحنان المنان سبحان الله المسبح في كل مكان
Subhaana'llaahi'l-'aliyyi'ddayyaan, subhaa-na'llaahi sysya diidi'l arkaan, subhaanaman yadzhabu bi'l-lail. wa ya'tii bi'nna-haar, subhaana man laa yusy-ghiluhuu sya'nun 'an sya'n, subhaana'llahil han-naanil mannaan,subhaana'llaahi'l musabbahi fi ku'lli makaan.
" Mahasuci Allah yang mahatinggi, lagi yang mahaperkasa, mahasuci Allah, yang maha kokoh sendi-sendi ciptaanNya, mahasuci yang pergi dengan malam dan datang dengan siang, mahasuci yang tidak disibukkan oleh suatu keadaan dari keadaan. Mahasuci Allah, yang mahapenyantun, yang melimpah-limpah ni'matNya. Mahasuci Allah yang dipujikan diseluruh tempat ".
barang siapa membaca tasbih tersebut seratus kali maka tidak aan wafat hingga dia melihat tempatnya di syurga.
3. beribadah diantara maghrib dan isya'.
4. tidak berbicara setelah melakukan ibadah itu .
Hujjatul Islam Imamuna Al Ghazali berkata :
" ketahuilah bahwa qiyamul lail itu sulit kecuali bagi orang yg telah di tolong utk melakukan qiyamul lail dengan syarat2 yang memudahnya melakukan qiyamul lail secara dhohir dan bathin , adapun syarat2 yg memudahkanya secara dhohir ada 4 :
1. tidak memperbanyak makan yg bisa menyebabkan banyak minum dan banyak tidur jadinya berat utk bangun malam.
2. tidak memayahkan dirinya disiang hari dengan amalan2 yg melemahkan tubuh karena hal itu juga menyebabkan mudah tidur.
3. tidak meninggalkan qoilulah disiang hari karena qoilulah adalah sunnah yg bisa menolong qiyamul lail.
4. tidak melakukan dosa di siang hari karena melakukan dosa bisa mengkeraskan hati dan bisa menghalang-halangi antara dia dengan sebab2 rahmat.
Adapun syarat2 yg memudahkannya secara bathin ada 4 :
1. selamatnya hati dari rasa iri thd muslimin, bid'ah dan dari kelebihan urusan dunia yg menjadikannya bercita2 menghbiskan waktunya utk mengurusi dunia, hal ini menyebabkan sulit utk qiyamul lail dna kalaupun bisa qiyamul lail maka tdk berfikir ttg qiyamul lailnya malahan yg difikir dalam qiyamul lailnya adalah urusan dunia.
2. perasaan takut yg sangat beserta memperpendek angan2, karena jika seseorang berfikir tentang hiruk pikuk akherat dan tingkatan2 neraka maka dia sulit utk tidur dan besar rasa takutnya.
3. mengetahui keutaman2 qiyamul lail dengan mendengarkan ayat2, hadits2 dan atsar2 ttg qiyamul lail hingga menjadi tetap harapan dan kerinduannya pada pahalanya dan bisa membangkitkan rasa rindu utk mencari tambahan dan kecintaan pada derajat2 di syurga.
4. cinta kepda Allah dan kuatnya keimanan bahwa dalam qiyamul lail dia tdklah berbicara dengan satu huruf kecuali dia sedang bermunajat/berbisik dengan Rabbnya dan Dia memperhatikan hamba-Nya serta melihat apa yg terbersit di dalam hatinya. apa yg terbersit di dalam hatinya adalah dari Allah ta'ala dengan khitob bersamanya .
ketika seseorang cinta kepada Allah ta'ala maka dia akan suka menyendiri tanpa ada keraguan, dan akan merasa nikmat dengan bermunajat , oleh karena itulah nikmatnya bermunajat dengan sang kekasih menjadikannya kuat qiyamul lail dalam waktu yg lama.
wallohu a'lam.
Sumber : Kitab Syarah Al Adzkiya'

SEBAB -SEBAB SULIT MELAKUKAN QIYAMUL LAIL / TAHAJJUD DAN SEBAB-SEBAB MUDAH MELAKUKANNYA




SEBAB -SEBAB SULIT MELAKUKAN QIYAMUL LAIL / TAHAJJUD DAN SEBAB-SEBAB MUDAH MELAKUKANNYA:


Diantara sebab-sebab yg bisa menyebabkan sulit melaksanakan sholat malam... atau tahajjud ada 4 :
1. menganggap penting urusan dunia dan lalai keadaan akherat.
2. sibuk berbicara tentang dunia dan berbicara yg tidak berguna bahkan batil dan banyak gaduh.
3. memayahkan anggota tubuh dengan pekerjaan yg berat di siang hari.
4. kebanyakan makan sehingga mudah tidur.
Diantara sebab-sebab yang bisa menjadikan mudah untuk melaksanakan sholat malam atau tahajjud ada 4 :
1. tajdidul wudhu' / selalu memperbaharui wudhu'.
2. berdzikir sebelum matahari tenggelam, termasuk diantaranya adalah membaca tasbih.
As Suhrawardi berkata : hendaknya diantara siang dan malam membaca tasbih berikut ini 100 kali :
سبحان الله العلي الديان سبحان الله الشديد الأركان سبحان من يذهب بالليل ويأتي بالنهار سبحان من لا يشغله شأن عن شأن سبحان الله الحنان المنان سبحان الله المسبح في كل مكان
Subhaana'llaahi'l-'aliyyi'ddayyaan, subhaa-na'llaahi sysya diidi'l arkaan, subhaanaman yadzhabu bi'l-lail. wa ya'tii bi'nna-haar, subhaana man laa yusy-ghiluhuu sya'nun 'an sya'n, subhaana'llahil han-naanil mannaan,subhaana'llaahi'l musabbahi fi ku'lli makaan.
" Mahasuci Allah yang mahatinggi, lagi yang mahaperkasa, mahasuci Allah, yang maha kokoh sendi-sendi ciptaanNya, mahasuci yang pergi dengan malam dan datang dengan siang, mahasuci yang tidak disibukkan oleh suatu keadaan dari keadaan. Mahasuci Allah, yang mahapenyantun, yang melimpah-limpah ni'matNya. Mahasuci Allah yang dipujikan diseluruh tempat ".
barang siapa membaca tasbih tersebut seratus kali maka tidak aan wafat hingga dia melihat tempatnya di syurga.
3. beribadah diantara maghrib dan isya'.
4. tidak berbicara setelah melakukan ibadah itu .
Hujjatul Islam Imamuna Al Ghazali berkata :
" ketahuilah bahwa qiyamul lail itu sulit kecuali bagi orang yg telah di tolong utk melakukan qiyamul lail dengan syarat2 yang memudahnya melakukan qiyamul lail secara dhohir dan bathin , adapun syarat2 yg memudahkanya secara dhohir ada 4 :
1. tidak memperbanyak makan yg bisa menyebabkan banyak minum dan banyak tidur jadinya berat utk bangun malam.
2. tidak memayahkan dirinya disiang hari dengan amalan2 yg melemahkan tubuh karena hal itu juga menyebabkan mudah tidur.
3. tidak meninggalkan qoilulah disiang hari karena qoilulah adalah sunnah yg bisa menolong qiyamul lail.
4. tidak melakukan dosa di siang hari karena melakukan dosa bisa mengkeraskan hati dan bisa menghalang-halangi antara dia dengan sebab2 rahmat.
Adapun syarat2 yg memudahkannya secara bathin ada 4 :
1. selamatnya hati dari rasa iri thd muslimin, bid'ah dan dari kelebihan urusan dunia yg menjadikannya bercita2 menghbiskan waktunya utk mengurusi dunia, hal ini menyebabkan sulit utk qiyamul lail dna kalaupun bisa qiyamul lail maka tdk berfikir ttg qiyamul lailnya malahan yg difikir dalam qiyamul lailnya adalah urusan dunia.
2. perasaan takut yg sangat beserta memperpendek angan2, karena jika seseorang berfikir tentang hiruk pikuk akherat dan tingkatan2 neraka maka dia sulit utk tidur dan besar rasa takutnya.
3. mengetahui keutaman2 qiyamul lail dengan mendengarkan ayat2, hadits2 dan atsar2 ttg qiyamul lail hingga menjadi tetap harapan dan kerinduannya pada pahalanya dan bisa membangkitkan rasa rindu utk mencari tambahan dan kecintaan pada derajat2 di syurga.
4. cinta kepda Allah dan kuatnya keimanan bahwa dalam qiyamul lail dia tdklah berbicara dengan satu huruf kecuali dia sedang bermunajat/berbisik dengan Rabbnya dan Dia memperhatikan hamba-Nya serta melihat apa yg terbersit di dalam hatinya. apa yg terbersit di dalam hatinya adalah dari Allah ta'ala dengan khitob bersamanya .
ketika seseorang cinta kepada Allah ta'ala maka dia akan suka menyendiri tanpa ada keraguan, dan akan merasa nikmat dengan bermunajat , oleh karena itulah nikmatnya bermunajat dengan sang kekasih menjadikannya kuat qiyamul lail dalam waktu yg lama.
wallohu a'lam.
Sumber : Kitab Syarah Al Adzkiya'