Tuesday, September 13, 2016

Qur'an dan Sunnah

Mencatut Nama Qur'an dan Sunnah, Bukan Pekerjaan Ulama Salaf!

Kita tidak mendapati –sejak dulu- ulama salaf yang beneran salaf juga ulama madzhab, yang dalam masalah-masalah fiqih, mereka menisbatkan pendapat hasil ijtihad mereka kepada al-Qur’an dan sunnah. Dengan bahasa yang lebih ringan, kita tidak pernah mendapati mereka menuliskan dalam kitab-kitab mereka “ini pendapat yang shahih dan benar menurut al-Qur’an dan sunnah”. Tidak pernah kita dapati itu. Sama sekali tidak pernah. Yang kita dapati adalah, bahwa mereka dalam masalah-masalah fiqih yang mereka ijtihad-kan mereka menisbatkan pendapat mereka itu kepada diri mereka atau madzhab mereka.
Itu tentu bukan karena para salaf dan ulama madzhab serta imam-imam mulia mereka tidak mengambil hukum dari al-Qura’an dan sunnah. Bukan itu tentunya. Keliru jika ada yang beranggapan seperti ini. Toh para imam-imam itu beserta ulamanya, adalah orang yang memang sangat mengerti dengan dalam maksud teks syariah, baik ayat atau juga hadits. Baik itu yang manthuq atau juga yang mafhum-nya. Apa yang mereka lakukan dengan tidak menisbatkan pendapat mereka kepada al-Qur’an dan sunnah, itu bukti kedalaman kepahaman mereka terhadap teks-teks al-Quran dan sunnah.
Syariah dan Fiqih
Yang mesti kita tahu terlebih dahulu, bahwa dalam al-Qur’an dan sunnah yang merupakan 2 sumber utama dalam syariat Islam ini ada di dalamnya teks yang bersifat qath’iy (pasti), dan juga yang sifatnya Dzanniy (duga-duga). Yang Qath’iy itu adalah teks yang tidak punya makna berbilang dan sudah tidak mungkin ditafsirkan lagi, serta tidak perlu dilakukan didalamnya ijtihad. Itu yang disebut dengna istilah Nash. Seperti wajibnya shalat, haramnya berjudi, mencuri juga berzina. Kesemua itu syariah yang menghukumi.
Jadi wajibnya shalat itu bukan perkara ijtihadiy, maka tidak bisa dikatakan “shalat itu wajib menurut madzhab fulan...”, tidak bisa. Harus dikatakan bahwa “shalat itu wajib menurut syariat islam!”.
Di samping Qath’iy, ada bahkan banyak teks syariah yang sifatnya dznniy; karena memang ini yang menjadi porsi terbesar dalam teks syariah, baik itu ayat al-Qur’an atau juga Hadits nabi s.a.w.. dzanniy itu teks yang masih multi tafsir, mana tidak bisa digali hukum dari teks tersebut kalau hanya berdiri sendiri karena memang masih bias kandungannya. Yang membuat teks syariah itu menjadi dzanniy banyak sebabnya, bisa karena memang dari sisi bahasa, teks tersebut punya arti yang lebih dari satu dan kesemua punya kekuatan dari segi pemakaian.
Atau mungkin karena memang kandungannya berseinggungan atau berselisih denga teks syariah lainnya. Atau bisa juga karena sumbernya yang masih diragukan; seperti hadits Ahad. Pada intinya, teks-teks syariah yang sifatnya dzanniy ini tidak mungkin bisa difahami dan tidak bisa digali hukum dari akndungannya kecuali dengan upaya penelitian yang lebih mendalam. Itu yang dinamakan dengan ijithad.
Fiqih = Teks Dzanniy = Ijtihad
Nah, di teks-teks dzanniy inilah para imam madzhab dan ulamanya bekerja. Artinya mereka memang bekerja menggali hukum dari teks-teks yang syariah itu sendiri tidak memberikan hukum secara pasti, karena memang sifatnya yang dzanniy. Kalau dibiarkan, tentu akan ada kekosongan hukum yang jelas sangat tidak membantu bagi orang awam. Maka dari itu, mereka; para imam beserta ulama madzhab meneliti, menelaah apa yang sejatinya dimaksud oleh Allah s.w.t. dan juga Rasul-Nya s.a.w. dari ayat dan juga hadits, untuk kemudian dihasilkan dari penelitian tersebut sebuah hukum. Itu yang disebut dengan ijtihad.
Itu yang disebut perkara ijtihadiy. Lapangannya adalah teks-teks dzanniy, yang bekerja di dalamnya adalah imam dan ulama madzhab. Pekerjaan disebut ijtihad, dan hasilnya dinamakan fiqih.
Contohnya ijtihad ulama madzhab dalam hal menghitung masa iddah wanita yang tertalak oleh suaminya; apakah 3 kali masa hadih, atau 3 kali masa suci? Disebutkan dalam ayat dengan redaksi “Quru’”; yang dalam bahasa arab, bisa berarti masa suci, bisa berarti juga masa haidh. Atau juga ijtihad ulama madzhab terkait bismillah dalam shalat sebelum membaca al-Fatihah, disebabkan karena karena memang banyak dalil yang bersinggungan. Satu riwayat mengatakan baca, riwayat lain justru tidak. ini lapangan ijtihad yang mana ulama bekerja di dalamnya untuk kita; orang awam agar mudah memahami.
Maka dalam 2 hal di atas, atau lebih luasnya dalam hal fiqih, karena memang medan kerjanya adalah teks-teks dzanniy yang butuh Ijtihad, tidak bisa seseorang –siapapun itu- mengatakan bahwa masa Iddah wanita itu 3 masa haidh menurut syariat. Tidak! yang benar itu menurut madzhab fulan. Tidak juga kita katakan, membaca bismillah dikeraskan dalam shalat itu adalah yang benar menurut syariat. Tidak bisa! Itu benar menurut ijtihadnya imam fulan atau madzhab fulan; Karena memang syariah sendiri memberi peluang untuk diadakan ijtihad di dalamnya.
Ijtihad = Hasil Otak Bukan Wahyu
Dan yang namanya ijtihad itu kebenaran tidak mutlak dan tidak ditentukan pada ijtihad siapa. Yang benar-benar tahu di ijtihad mana kebenran itu berada hanyalah Allah s.w.t.. Ulama hanya menjalankan perintah, bahwa teks yang masih bias harus dijalankan ijtihad, tentu yang melaksanakan mereka yang kompeten. Maka kalimat yang masyhur dari kalangan imam mazdhab itu adalah “qouliy shawab, yahtamilu al-khatha’. Qoulu Ghairy Khatha’, Yahtamilu shawab” = “pendapatku benar, tapi bisa jadi salah. Pendapat selainku salah, tapi bisa jadi benar”.
Karena memang yang namanya ijihad itu hasilnya bisa jadi benar, bisa jadi salah. Tapi jika memamng dilakukan oleh pihak yang kompeten dan otoritatif, kesalahanya tidak berdosa akan justru mendapat pahala. Karena memang kebenarannya tidak pasti, tidak ada ulama yang berani menisbatkan pendapatnya kepada al-Qur’an dan sunnah Nabi s.a.w.. Mungkin sampai sini bisa dipahami mengapa tidak ada ulama yang mengatakan dalam masalah fiqih “ini pendapat yang benar menurut al-Qur’an dan sunnah!”. Tidak ada!
Hukum fiqih yang dihasilkan adalah hasil kerja otaknya sendiri, yang bisa jadi salah bisa jadi benar. Dan otaknya itu terbatas, juga bukanlah patokan kebenaran dalam syariah. Meraka selalu mengatakan: “ini pendapatku, jika benar ini dari Allah. Jika salah ini dari diriku dan juga setan!. Sama sekali tidak ada dari mereka yang mematok kebenaran. Dan yang menyelisihnya salah, keliru, serta telah menyelisih syariah.
Kalau mereka menisbatkan pendapatnya itu kepada al-Quran dan sunnah, itu artinya ia menisbatkan sesuatu yang kebenarannya belum dipastikan kepada Allah s.w.t. dan Rasul s.a.w.. Itu artinya ia merasa bahwa otaknya itu adalah representasi dari apa yang diinginkan oleh Allah s.w.t dan Rasul-Nya s.a.w.. artinya, jika pendapatnya salah berarti ia telah menisbatkan kesalahan kepada Allah s.w.t. yang maha benar dan kepada Rasul s.a.w.. Dosa apa yang lebih besar dibanding menisbatkan kesalahan kepada Allah dan Rasul-Nya? Ini pelecehan kepada al-Quran dan sunnah namanya.
Allah Maha Benar Tidak Mungkin Salah
Jadi, para ulama madzhab menisbatkan pendapat ijtihadnya kepada diri mereka dan madzhab mereka sendiri tidak kepada al-Qur’an dan sunnah bukan mereka tidak berhukum dengan al-Quran dan sunnah. Tapi Khawatir kalau apa yang mereka ijtihadkan itu bukanlah sebuah kebenenaran yang Allah swt dan Rasul-Nya inginkan. Mereka hanya menjalankan tugas ijtihad, tapi tidak bertugas untuk mengaku-ngaku bahwa ijtihadnya yang paling benar. Karena itu mereka tidak mengatakan: “ini pendapat yang sesuai Kitab dan Sunnah!”.
Tapi justru dengan tegas mereka mengatakan bahwa hasil ijtihadnya itu adalah pendapatnya sendiri. Kalimat yang masyhur seperti ini: “ini adalah pendapatku, kalau ini benar maka itu dari (anugerah) Allah dan kalau salah maka itu dari aku sendiri dan dari setan. Dan Allah serta Rasul-Nya terbebas dari (ijtihad)-ku ini.”
Dan ini adalah kebiasaan ulama salaf yang benar-benar salaf yang memang diwarisi dari para sahabat Nabi s.a.w.. Ini juga terekam oleh Imam Ibn Taimiyyah dalam banyak halaman di kitab beliau Majmu’ al-Fatawa, salah satunya di Bab 10, hal. 450:
وَقَدْ قَالَ أَبُو بَكْرٍ وَابْنُ مَسْعُوْدٍ وَغَيْرُهُمَا مِنَ الصَّحَابَةِ فِيْمَا يُفْتُوْنَ فِيْهِ بِاجْتِهَادِهِمْ: إِنْ يَكُنْ صَوَابًا فَمِنَ اللهِ وَإِنْ يَكُنْ خَطَأً فَهُوَ مِنِّي وَمِنَ الشَّيْطَانِ وَاللهُ وَرَسُوْلُهُ بَرِيئَانِ مِنْهُ
“dan Abu Bakr serta Ibnu Mas’ud serta sahabat lainnya telah berkata dalam setiap fatwa yang merekaijtihadkan: ini adalah pendapatku, kalau ini benar maka itu dari (anugerah) Allah dan kalau salah maka itu dari aku sendiri dan dari setan. Dan Allah serta Rasul-Nya terbebas dari (ijtihad)-ku ini.”
Jadi, tidak gampang mengatakan: “ini yang benar sesuai quran dan sunnah!”. Sebagaimana juga para sahabat mengajarkan itu. Karena bisa saja ijtihadnya itu salah, akhirnya ia menisbatkan pendapat yang salah kepada Allah dan Nabi saw. Naudzubillah.
Dan lebih jauh lagi, kalau menisbatkan pendapat pribadi kepada sunnah, itu berarti menjual nama Nabi s.a.w. agar pendapatnya ‘laku’, padahal sama sekali itu bukan Nabi yang mengatakan, nyatanya itu hasil dari otaknya yang terbatas, ingat bahwa berdusta atas nama Nabi s.a.w., hadiahnya adalah nereka.
وَمَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ
“siapa yang berbohong atasku, maka hendaklah ia menyiapkan tempat duduknya di neraka” (Muttafaq ‘alayh)
Jadi, masih mau mencatut nama Allah s.w.t., dan Rasul-Nya s.a.w. agar pendapat pribadi dari otak yang dangkal ini ‘laku’ di depan khalayak awam? Silahkan jika memang mampu menandingi para sahabt juga ulama-ulama madzhab.
Wallahu a’lam.

Sepenggal Kisah : "Syeh abdul qodir al jaelani"

kisahnya ..
Syeh abdul qodir al jaelani mau memasuki kota Baghdad.
zaman itu baghdad sudah penuh dengan alim ulama', cendekiawan, para pakar dan tokoh agama.
Beliau menginap di luar kota, dan berita kedatangannya sudah terdengar oleh telinga mereka yg menganggap bahwa baghdad sudh penuh dengan alim ulama' dan tdk membutuhkan seseorang spt syeh abdul qodir.
Didesak oleh mereka yg menganggap syeh sebagai saingan, para pembesar kota mengirimkan sebuah cawan yg berisi air penuh.
diharapkan cawan tsb sebagai pesan kpd syeh bahwa baghdad sdh penuh dengan orang alim dan pakar agama, jadi tdk membutuhkan beliau.
Syeh menerima kiriman tsb, dan memahami maksud kiriman itu. kemudian beliau mengambil sekuntum bunga mawar dan diletakkan diatas cawan berisi air tsb.
beliau berkata kpd kurirnya :
" tolong kembalikan cawan ini kpd pengirimnya"
Melihat cawan itu dikembalikan dan terdapat mawar mengapung diatasnya, mereka baru sadar bahwa kehadiran seorang sufi bagaikan bunga mawar, ia tdk membebani siapapun jg.
ia tdk bersaing dengan siapapun juga, seorang sufi sangat lembut, sangat ringan, bagaikan sekuntum bunga mawar.
Mereka yg berwawasan sempit, mereka yg berfikiran picik, tdk bisa menerima pandangan sufi., sebaliknya, para sufi bisa menerima setiap pandangan, setiap pendapat. Terlepas dari setuju atau tdk setuju, sependapat atau tdk sependapat, mereka bisa menerima pendapat yg berbeda2.
wallohu a'lam.

Friday, September 9, 2016

MAKNA SUJUD


MAKNA SUJUD

DALAM islam berdo’a memiliki waktu-waktu mustajab, salah satunya berdo’a di waktu sujud terakhir sebelum salam. Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhu bahwa ...Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.


“Adapun pada waktu sujud, maka bersungguh-sungguhlah berdoa sebab saat itu sangat tepat untuk dikabulkan”. (Shahih Muslim, kitab Shalat bab Nahi An Qiratul Qur’an fi Ruku’ wa Sujud 2/48).

Yang dimaksud adalah sangat tepat dan layak untuk dikabulkan. Karena di waktu itulah seorang hamba akan merasa dekat dengan Rabb-Nya, karena penghambaan seorang hamba merendahkan dirinya di hadapan sang Khalik.

MAKNA SUJUD


MAKNA SUJUD

DALAM islam berdo’a memiliki waktu-waktu mustajab, salah satunya berdo’a di waktu sujud terakhir sebelum salam. Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhu bahwa ...Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.


“Adapun pada waktu sujud, maka bersungguh-sungguhlah berdoa sebab saat itu sangat tepat untuk dikabulkan”. (Shahih Muslim, kitab Shalat bab Nahi An Qiratul Qur’an fi Ruku’ wa Sujud 2/48).

Yang dimaksud adalah sangat tepat dan layak untuk dikabulkan. Karena di waktu itulah seorang hamba akan merasa dekat dengan Rabb-Nya, karena penghambaan seorang hamba merendahkan dirinya di hadapan sang Khalik.

Thursday, September 8, 2016

Tentang Tarwiyah dan Arafah ...

Tentang Tarwiyah dan Arafah ...
I. SEBAB MUSABAB DINAMAKAN TARWIYAH DAN ARAFAH
Imam Ibnu Qudamah menerangkan di dalam Kitab AL MUGHNI juz 3 halaman 429:
سُمِّيَ بِذَلِكَ لِأَنَّ إِبْرَاهِيْمَ عَلَيْهِ السَّلَامُ رَأَى لَيْلَتَئِذٍ فِي الْمَنَامِ ذَبْحَ اِبْنِهِ فَأَصْبَحَ يَرْوَى فِيْ نَفْسِهِ أَهُوَ حِلْمٌ أَمْ مِنَ اللهِ تَعَالَى ؟ فَسُمِّيَ يَوْمَ التَّرْوِيَةِ فَمَا كَانَ لَيْلَةُ عَرَفَةَ رَأَى ذَلِكَ أَيْضًا فَعَرَفَ أَنَّهُ مِنَ اللهِ تَعَالَى فَسُمِّيَ يَوْمَ عَرَفَةَ
Dinamakan hari TARWIYAH karena Nabi Ibrohim ‘alaihissalaam mimpi menyembelih putranya di malam tarwiyah.
Beliau berfikir : “ini cuma sekedar mimpi atau dari Allah ta'ala ?
oleh karena itulah dinamakan TARWIYAH yg maknanya 'berfikir'.
kemudian di malam AROFAH Nabi Ibrohim mimpi lagi sama dengan mimpi di malam TARWIYAH.
Nabi Ibrohim kemudian mengetahui bahwa menyembelih putranya itu merupakan perintah dari Allah ta'ala, oleh karena itulah dinamakan AROFAH yg artinya 'mengetahui'.
II. KEUTAMAAN PUASA HARI TARWIYAH DAN HARI AROFAH
Imam Ibnu Qudamah meriwayatkan di dalam Kitab:
جُزْءٌ فِيْهِ فَضْلُ يَوْمِ التَّرْوِيَةِ وَعَرَفَةَ
Halaman 1 s/d 12
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ صَامَ يَوْمَ التَّرْوِيَةِ أَعْطَاهُ اللهُ مِثْلَ ثَوَابِ أَيُّوْبَ عَلَى بَلَائِهِ، وَإِنْ صَامَ يَوْمَ عَرَفَةَ أَعْطَاهُ اللهُ مِثْلَ ثَوَابِ عِيْسَى ابْنِ مَرْيَمَ
Diceritakan dari shahabat Anas bin Malik, beliau berkata:
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Barang siapa puasa hari TARWIYAH maka Allah ta'ala memberikan kepada orang itu sepeti pahalanya Nabi Ayyub atas cobaan beliau. Dan barang siapa puasa hari AROFAH maka Allah Ta'ala memberikan kepada orang itu seperti pahalnya sepadane ganjarane Nabi Isa bin Maryam.”
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: صَوْمُ يَوْمِ التَّرْوِيَةِ كَفَّارَةُ سَنَةٍ، وَصَوْمُ يَوْمِ عَرَفَةَ كَفَّارَةُ سَنَتَيْنِ
Diceritakan dari Shahabat Ibnu Abbas, beliau berkata:
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Puasa hari TARWIYAH melebur dosa setahun. Puasa hari AROFAH melebur dosa dua tahun.”
عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ، قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ أَحْيَا اللَّيَالِيَ الْأرْبَعَ وَجَبَتْ لَهُ الْجَنَّةُ: لَيْلَةَ التَّرْوِيَةِ، وَلَيْلَةَ عَرَفَةَ، وَلَيْلَةَ النَّحْرِ، وَلَيْلَةَ الْفِطْرِ
Diceritakan dari shahabat Mu’adz bin Jabal, beliau berkata : Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Barang siapa menghidupkan empat malam ini, maka wajib baginya syurga,
- Malam TARWIYAH
- Malam AROFAH
- Malam Idul Adha
- Malam Idul Fitri
wallohu a'lam

"Mumpung bln Haji"

"Mumpung bln Haji"

 *HALAL BUAT KAMI, HARAM BUAT TUAN*
Ulama Abu Abdurrahman Abdullah Bin Al-Mubarak Al Hanzhali Al Marwazi ulama terkenal di makkah y...ang menceritakan riwayat ini.
Suatu ketika, setelah selesai menjalani salah satu ritual haji, ia beristirahat dan tertidur.
Dalam tidurnya ia bermimpi melihat dua malaikat yang turun dari langit. Ia mendengar percakapan mereka :
“Berapa banyak yang datang tahun ini?”
tanya malaikat kepada malaikat lainnya.
“Tujuh ratus ribu,” jawab malaikat lainnya.
“Berapa banyak mereka yang ibadah hajinya diterima?”
“Tidak satupun”
Percakapan ini membuat Abdullah gemetar.
“Apa?”
ia menangis dalam mimpinya.
“Semua orang-orang ini telah datang dari belahan bumi yang jauh, dengan kesulitan yang besar dan keletihan di sepanjang perjalanan, berkelana menyusuri padang pasir yang luas, dan semua usaha mereka menjadi sia-sia?”
Sambil gemetar, ia melanjutkan mendengar cerita kedua malaikat itu.
“Namun ada seseorang,
yang meskipun tidak datang menunaikan ibadah haji, tetapi ibadah hajinya diterima dan seluruh dosanya telah diampuni. Berkat dia seluruh haji mereka diterima oleh Allah.”
“Kok bisa”
“Itu Kehendak Allah”
“Siapa orang tersebut?”
“Sa’id bin Muhafah tukang sol sepatu di kota Damsyiq (damaskus sekarang)”
Mendengar ucapan itu, ulama itu langsung terbangun, Sepulang haji, ia tidak langsung pulang kerumah, tapi langsung menuju kota Damaskus, Siria.
Sampai disana ia langsung mencari tukang sol sepatu yang disebut Malaikat dalam mimpinya. Hampir semua tukang sol sepatu ditanya, apa memang ada tukang sol sepatu yang namanya Sa’id bin Muhafah.
“Ada, di tepi kota”
Jawab salah seorang sol sepatu sambil menunjukkan arahnya.
Sesampai disana ulama itu menemukan tukang sepatu yang berpakaian lusuh,
“Benarkah anda bernama Sa’id bin Muhafah?” tanya Ulama itu
“Betul, siapa tuan?”
“Aku Abdullah bin Mubarak”
Said pun terharu, "bapak adalah ulama terkenal, ada apa mendatangi saya?”
Sejenak Ulama itu kebingungan, dari mana ia memulai pertanyaanya, akhirnya ia pun menceritakan perihal mimpinya.
“Saya ingin tahu, adakah sesuatu yang telah anda perbuat, sehingga anda berhak mendapatkan pahala haji mabrur?”
“Wah saya sendiri tidak tahu!”
“Coba ceritakan bagaimana kehidupan anda selama ini.
Maka Sa’id bin Muhafah bercerita.
“Setiap tahun, setiap musim haji, aku selalu mendengar :
Labbaika Allahumma labbaika. Labbaika la syarika laka labbaika. Innal hamda wanni’mata laka wal mulka. laa syarika
laka.
Ya Allah, aku datang karena panggilanMu.
Tiada sekutu bagiMu.
Segala ni’mat dan puji adalah kepunyaanMu dan kekuasaanMu.
Tiada sekutu bagiMu.
Setiap kali aku mendengar itu, aku selalu menangis
Ya allah aku rindu Mekah.
Ya Allah aku rindu melihat kabah.
Ijinkan aku datang…..
Ijinkan aku datang ya Allah..
Oleh karena itu, sejak puluhan tahun yang lalu setiap hari saya menyisihkan uang dari hasil kerja saya, sebagai tukang sol sepatu.
Sedikit demi sedikit saya kumpulkan. Akhirnya pada tahun ini, saya punya 350 dirham, cukup untuk saya berhaji.
“Saya sudah siap berhaji”
“Tapi anda batal berangkat haji”
“Benar”
“Apa yang terjadi?”
“Istri saya hamil, dan sering ngidam.
Waktu saya hendak berangkat saat itu dia ngidam berat”
“Suami ku, engkau mencium bau masakan yang nikmat ini?
“ya sayang”
“Cobalah kau cari, siapa yang masak sehingga baunya nikmat begini.
Mintalah sedikit untukku”
"Ustadz, sayapun mencari sumber bau masakan itu.
Ternyata berasal dari gubuk yang hampir runtuh. Disitu ada seorang janda dan enam anaknya.
Saya bilang padanya bahwa istri saya ingin masakan yang ia masak, meskipun sedikit.
Janda itu diam saja memandang saya, sehingga saya mengulangi perkataan saya.
Akhirnya dengan perlahan ia mengatakan :
“tidak boleh tuan”
“Dijual berapapun akan saya beli”
“Makanan itu tidak dijual, tuan” katanya sambil berlinang mata.
Akhirnya saya tanya kenapa?
Sambil menangis, janda itu berkata “daging ini halal untuk kami dan haram untuk tuan” katanya.
Dalam hati saya:
Bagaimana ada makanan yang halal untuk dia, tetapi haram untuk saya, padahal kita sama-sama muslim?
Karena itu saya mendesaknya lagi “Kenapa?”
“Sudah beberapa hari ini kami tidak makan. Dirumah tidak ada makanan. Hari ini kami melihat keledai mati, lalu kami ambil sebagian dagingnya untuk dimasak.
“Bagi kami daging ini adalah halal, karena andai kami tak memakannya kami akan mati kelaparan. Namun bagi Tuan, daging ini haram".
Mendengar ucapan tersebut spontan saya menangis, lalu saya pulang.
Saya ceritakan kejadian itu pada istriku, diapun menangis, kami akhirnya memasak makanan dan mendatangi rumah janda itu.
“Ini masakan untuk mu”
Uang peruntukan Haji sebesar 350 dirham pun saya berikan pada mereka.
”Pakailah uang ini untuk mu sekeluarga.
Gunakan untuk usaha, agar engkau tidak kelaparan lagi”
Ya Allah……… disinilah Hajiku
Ya Allah……… disinilah Mekahku.
Mendengar cerita tersebut Abdullah bin Mubarak
tak bisa menahan air mata.
Kisah ini memberi hikmah, bahwa membantu orang disekitar kita bisa jadi sama nilainya dengan pergi Haji di mata Allah.
Buat yang akan naik haji ....
atau yang sudah berhaji...
Saudaraku ............Ingat ...
Ada dua yang tidak kekal dalam diri manusia !
Yakni : Masa Muda dan Kekuatan Fisiknya.
Jangan Lupa ... Ada dua juga yang akan bermanfaat bagi semua orang !
Yakni : Budi Pekerti yang luhur serta Jiwa yang ikhlas memaafkan.
Perhatikan .. Ada dua pula yang akan mengangkat derajat kemulian manusia ! Yakni : Rendah hati dan suka meringankan beban hidup orang lain.
Dan ada dua yang akan menolak datangnya bencana ! Yakni : Sedekah serta menjalin hubungan silaturrahim. Semoga kita menjadi orang orang yang dimuliakan Allah swt aamiin.

Wednesday, September 7, 2016

DIBALIK KETIDAKTAHUAN

Nabi NUH belum tahu Banjir akan datang ketika ia membuat Kapal dan ditertawai Kaumnya.
🐏 Nabi IBRAHIM belum tahu akan tersedia Domba keti...ka Pisau nyaris memenggal Buah hatinya.
🎋Nabi MUSA belum tahu Laut terbelah saat dia diperintah memukulkan tongkatnya.
💝Yang Mereka Tahu adalah bahwa Mereka harus Patuh pada Perintah ALLOH dan tanpa berhenti Berharap
yang Terbaik...
💝Ternyata dibalik KETIDAKTAHUAN kita, ALLOH telah menyiapkan Kejutan !
💝SERINGKALI Alloh Berkehendak didetik-detik terakhir dalam pengharapan dan ketaatan hamba2NYA.
💝Jangan kita berkecil hati saat spertinya belum ada jawaban doa...
Karena kadang Alloh mencintai kita dengan cara-cara yang kita tidak duga dan kita tidak suka...
💝Alloh memberikan apa yg kita butuhkan, bukan apa yg kita Inginkan...!!!
💝Lakukan bagianmu saja, dan biarkan
Alloh akan mengerjakan bagianNYA...
Tetaplah Percaya.
Tetaplah Berdoa.
Tetaplah Setia.
Tetaplah meraih RidhoNYA Aamiin ...
Tetap semangat meski dlm kesederhanaan 😘
Salam Bahagia dan selalu tersenyum ..😊 Untuk direnungkan...
📺Nonton Pertandingan bisa 90 menit
📺Nonton serial Film lebih dari 60 menit
📺 Nonton Movie hampir 120 menit
👳Tunaikan Shalat hanya 5 menit saja
🔥Di dalam api neraka jahannam sepanjang hayat
👍 Untuk Akal yang maju !!
💬 Renungkan!
📱 Di LINE 300 Kawan
📱 Di blackberry cukup 200 kawan
Di contacts phone 400 Kawan
🏡 di Kampung 50 Kawan
😔 Dalam Keadaan susah hanya ada 1 kawan.
😢 Dalam Jenazah mu, Hanya keluargamu saja yang mengurusi.
😭 Dalam Kubur hanya kau sendirian.
Jangan anggap Aneh kenyataan ini.. 💬
Sebab memang seperti ini lah kenyataan Hidup..
🌴 Pada Hakikat nya :
"Tidak ada yang dapat memberikan kemanfaatan bagi mu kecuali Shalat mu"
🍃Duduk setelah salam dari shalat yang telah di wajibkan adalah waktu yang paling mulia sebab Pada waktu itu Turun Rahmat Allah Azza wajalla.
🍂Jangan tergesa-gesa berdiri, Bacalah Istigfar, bertasbih lah, Baca ayat Al Qur'an dan jangan Lupa bahwa sesungguhnya engkau berada dalam jamuan dzat yang maha Rahman Azza wa jalla.
فإذا فرغت فانصب والى ربك فارغب
🌾 Apabila kamu telah selesai sholat, kerjakanlah pekerjaan lainnya dengan bersungguh-sungguh dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.
💭LANGKAH MENUJU SYURGA💭
Langkah ini membuat aku kagum hingga aku pilih untuk aku bagikan kepada orang yang aku cintai.
🌼 Ada Lima perkara, kita semua pasti inginkan serta berusaha untuk mendapatkan nya.
1. Wajah yang menarik
2. duit yg byk
3. sehat dan kuat
4. anak-anak yang patuh dan sukses
5. Tidur nyenyak tanpa Obat penenang
🌾 Hal itu Mudah kita peroleh.. hanya butuh waktu 15 menit saja.
Bagaimana caranya... 💬
قال رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم
من ترك صلاة الفجر فليس في وجهه نور
1. Nabi bersabda : Barangsiapa yang tinggalkan shalat Subuh maka wajah nya tak akan ada cahaya
ومن ترك صلاة الظهر فليس في رزقه برگة
2. Barangsiapa yang Tinggalkan shalat Dzuhur niscaya Tak ada keberkahan dalam rezeki nya.
ومن ترك صلاة العصر فليس في جسمه قوة
3. Barangsiapa yang tinggalkan shalat asar niscaya tak ada kekuatan dalam jasad nya.
ومن ترك صلاة المغرب فليس في أولاده ثمرة
4. Barangsiapa yang tinggalkan shalat Magrib niscaya tak ada buah hasil yang boleh di petik dari anak-anak nya.
ومن ترك صلاة العشاء فليس في نومه راحة’’’’
5. Barangsiapa yang tinggalkan shalat Isya' tak ada kenyamanan dalam tidur nya.
🌿 Tahu kenapa Kalimat La ilaha Illallaah tidak sampai menggerakkan bibir jika di ucapkan
🍃 Sebab ini adalah Rahmat dari Allaah kpd kita supaya jika maut menghampiri dengan mudah ia menyebutkan kalimat itu.
🌴 Mudah-mudahan tangan yang mengirim dan menyebarkan ini kelak tidak sulit untuk melafadzkan kalimat La ilaha Illallaah
Disempetin utk membaca yaa.