Thursday, September 29, 2016

Uang hanyalah angka

Uang hanyalah angka.

Angka yang tidak akan ada habisnya. Jika kebahagiaan anda diukur dengan uang, maka anda tidak akan pernah merasakan kebahagiaan sesungguhnya.
Setiap saat hatimu akan berkata: “Ya Allah, gajiku masih kurang. Aku ingin beli rumah, mobil, beli ini-itu.” Semakin tinggi gaji didapat, semakin tinggi pula hasrat.
Ukurlah dengan bahagia dengan syukur pada sang-pencipta. Katakanlah:
“Ya Allah, terimakasih engkau masih memberiku kesempatan hidup hari ini, akan kuisi hidupku dengan hal-hal baik dan berguna, sebanyak yang aku mampu. Alhamdulillah...”
Maka, bahagia akan senantiasa kau rasa.

AYO MONDOK

AYO MONDOK


Al Alim Al Allamah Al Arifbillah Al Muhaqqiq Al Faqih Al Murrabiruhina As Sayyid Al Habib Zain bin Ibrahim bin Sumaith Hafidzahullahu ta’ala, menuturkan di dalam kitab nya, Manhajus Sawiy Syarah Ushul Thariqah As Saadatu Aali Ba’alawi, dalam bab keutamaan ilmu....
====
berkata sebagian ulama’ salaf,

خير المواهب العقل وشر المصائب الجهل
“Sebaik-baiknya anugerah adalah akal, dan seburuk-buruknya musibah adalah kebodohan.”
Sebagian lagi berkata :
تعلم فليس المرء يولد عالما … وليس أخو علم كمن هو جاهل
وان كبير القوم لا علم عنده .. صغير إذا التفت عليه المحافل
“Belajarlah! Karena tak seorang pun yang terlahir sebagai ulama’ dan tidaklah sama orang yang berilmu dengan orang yang bodoh.”
Sesungguhnya pembesar suatu kaum yang tidak berilmu itu nampak kecil apabila berada padanya suatu kumpulan.
Berkata Sahl bin Abdillah At Tustari Rahimahullah, “Tiada kemaksiatan yang lebih besar daripada kebodohan”, beliau ditanya, ” Wahai abu Muhammad, adakah engkau mengetahui perkara yang lebih dahsyat daripada kebodohan?”, beliau menjawab “Ada!! Yaitu bodoh dengan kebodohan (sudah bodoh ditambah tidak mengetahui bahwa dirinya bodoh)”.
Hal senada diungkapkan oleh Al Imam Al Ghazali, sebab bodoh dengan kebodohan akan menutup pintu belajar secara menyeluruh, dan orang yang merasa dirinya sudah berilmu akan enggan untuk belajar lagi.
Berkata Imam Khalil bin Ahmad Rahimahullah Ta’ala , manusia itu ada empat jenis,
Orang yang mengetahui dan dia tahu bahwa dirinya mengetahui. Orang jenis ini adalah orang berilmu, maka ikutilah dia.
Orang yang mengetahui, akan tetapi dia tidak tahu bahwa dirinya mengetahui. Orang jenis ini adalah orang yang lalai, maka bangunkanlah dia.
Orang yang tidak mengetahui akan tetapi dia tahu bahwa dirinya tidak mengetahui. Orang jenis ini adalah orang yang butuh petunjuk, oleh karena itu berilah ia petunjuk.
Orang yang tidak mengetahui dan dia tidak tahu bahwa dirinya tidak mengetahui. Orang jenis ini adalah orang bodoh, bodohnya bertingkat-tingkat, maka tolaklah dia.

ATUR NIATMU DALAM BEKERJA

ATUR NIATMU BEKERJA

المنهج السوي للحبيب زين بن إبراهيم بن سميط
ذكر الإمام عبد الله الحداد رضي الله عنه الحرف والأسباب، وقال : ينبغي أن يعمل بنية نفع نفسه ونفع غيره ومن يأتي بعده ، فإن معظم الناس اليوم في بيوت الأولين وفي أموالهم .

Menyebutkan Al Habib Abdulloh Bin alwy Al Haddad tentang masalah pekerjaan seraya berkata :
Sepatutnya dia bekerja dengan niat memberikan manfaat untuk dirinya, untuk orang lain & orang yang datang setelahnya ( seperti cucu / cicitnya ), karena kebanyakan manusia zaman sekarang tinggal di rumah orang-orang yang terdahulu ( rumah peninggalan ayah/kakeknya ) dan menikmati hartanya ( mendapat warisan )
# harta adalah titipan yg akan dipertanggung jawabkan di akherat di hadapan Allah swt, oleh karenanya untuk mengurangi beratnya hisab di akherat nanti, janganlah pelit dg hartamu, bagikan kepada mereka yg tidak mampu .
# iya..memang kamu banting tulang siang malam dalam bekerja, namun janganlah engkau jadikan alasan untuk tidak membantu fara faqir miskin, karena disetiap hartamu ada bagian dari mereka .

NUUR ( CAHAYA ) NYA SAYYIDINA MUHAMMAD SAW

NUUR ( CAHAYA ) NYA SAYYIDINA MUHAMMAD SAW...

Apa sebabnya para salaf kita kalau mendengar adzan, sampai pada lafadz : ASSYHADU ANNA MUHAMMADARROSULULLAH...Mereka kemudian mencium kedua jari jempolnya dan mengusapkan kekelopak mata, dengan mengucapkan : MARHABAN BI HABIBI WA QURROTU 'AINI MUHAMMAD IBNU ABDULLAH.
Diriwayatkan, bahwa Nabi Adam heran melihat para Malaikat selalu mengikutinya dari belakang...Sehingga Nabi Adam bertanya kepada Allah Swt, "Ya Allah, kenapa mereka selalu mengikutiku?".
"Wahai Adam, karena mereka telah tertarik dengan cahaya keturunanmu yang telah ada di sulbimu".
Kemudian Nabi Adam memohon kepada Allah, agar memindahkan cahaya yang ada di sulbinya kedepan...Maka Allah meletakkan cahaya tersebut diantara kedua alis Nabi Adam. Maka dengan segera semua Malaikat berada dihadapan Nabi Adam. Nabi Adam heran dengan hal yang dilakukan para Malaikat yang selalu memandang wajahnya.
Nabi Adam kemudian memohon agar diperkenankan melihat cahaya itu...Maka Allah Swt menampakkan cahaya tersebut pada kuku kedua ibu jari Nabi Adam, dan membuat Nabi Adam kagum dengan keindahan cahaya tersebut.
"Ya Allah, cahaya siapakah ini? Kemudian Allah menjawab, "ITU ADALAH NUUR (CAHAYA) SAYYIDINA MUHAMMAD".
"WAHAI ADAM, KALAU TIDAK KARENA NUUR SAYYIDINA MUHAMMAD, MAKA TIDAK AKAN AKU CIPTAKAN SEMUA INI". Dan Allah Swt menyebutkan keagungan-keagungan Nuur Sayyidina Muhammad Saw
Nabi Adam sangat gembira sekali dengan cahaya Sayyidina Muhammad yang ada pada dirinya...Dan ia mencium kedua jempolnya, lalu meletakkan ke kelopak kedua matanya sambil mengucapkan : Marhaban Bi Habibi Wa Qurrotu 'Aini...Kemudian diusapkan cahaya tersebut dikedua matanya.
Para Salaf mengatakan bahwa, kalau kita melakukan hal tersebut...Insya Allah kita tidak akan terkena penyakit mata dan tidak menjadi buta.
Allahumma Shalli 'Alaa Sayyidina Muhammad Wa 'Alaa Ali Sayyidina Muhammad.
Kitab : Sabilul Idzkar Wal I'tibar
Karya : Al Imam Abdullah bin Alawy Al Haddad.

Saturday, September 24, 2016

Yunus bin Abdil A'la

Kitab kitab sejarah menceritakan kepada Kita bahwa Yunus bin Abdil A'la adalah merupakan salah satu dari para santrinya Imam Safi'i.
* Beliau pernah berbeda pendapat dengan gurunya yaitu Imam Syafi'i dalam satu masalah.
* Yaitu ketika Sang guru sedang menyampaikan pelajaran di sebuah mesjid.
* Karena perbedaan itu Yunus berdiri marah dan keluar meninggalkan pelajaran yang sedang disampaikan oleh Imam Syafi'i, Dia pergi menuju rumahnya.
* Ketika waktu malam tiba, Yunus mendengar pintu rumahnya ada yang mengetuk.
* Lalu Beliau bertanya: Siapa diluar dekat pintu?
Yang mengetuk pintu menjawab: Muhammad Bin Idris.
* Kata Yunus: Aku berpikir,, dari semua orang yang ku kenal tidak ada yang bernama Muhammad bin Idris kecuali guruku Imam Syafi'i.
* Kata Yunus: Begitu pintu Aku buka.. Aku sangat terkejut ternyata memang Beliau.
*Lalu Imam Syafi'i berkata: Wahai Yunus... Ratusan masalah mempersatukan kita dan hanya karena satu masalah Kita berpisah.
* Wahai Yunus.. janganlah Engkau berusaha menjadi pemenang dalam setiap debat dan berbeda pendapat!!
* Karena meraih hati lebih utama dari pada meraih kedudukan di setiap saat.
* Wahai Yunus.. janganlah Engkau robohkan jembatan yang telah Aku bangun dan telah Aku lalui.. karena bisa jadi jembatan itu akan Engkau butuhkan lagi untuk kembali di suatu saat nanti.
* Bencilah terhadap perbuatan salah tapi janganlah Engkau membenci orang yang berbuat salah!!
* Bencilah terhadap perbuatan maksiat dengan sepenuh hatimu tapi maafkanlah dan kasihanilah orang yang berbuat maksiat!!
* Wahai Yunus.. Kritiklah dan sanggahlah pendapat tapi tetap hormatilah orang orang yang berpendapat!!
* Karena sesungguhnya tujuan Kita sama yaitu memberantas penyakit bukan memberantas orang orang sakit...

Doa-doa Nabi Khiddir AS

:
ﺃﺩﺭﻛﺘﻨﻲ ﺿﺎﺋﻘﺔ ﻭﺧﻮﻑ ؛ ﻓﺨﺮﺟﺖ ﻫﺎﺋﻤﺎً ، ﻓﺴﻠﻜﺖ ﻃﺮﻳﻖ ﻣﻜﺔ ﺑﻼ ﺯﺍﺩ ﻭﻻ ﺭﺍﺣﻠﺔ ، ﻓﻤﺸﻴﺖ ﺛﻼﺛﺔ ﺃﻳﺎﻡ ، ﻓﻠﻤﺎ ﻛﺎﻥ ﺍﻟﻴﻮﻡ ﺍﻟﺮﺍﺑﻊ ؛ ﺍﺷﺘﺪَّ ﺑﻲ ﺍﻟﻌﻄﺶ ﻭﺍﻟﺤﺮ ، ﻓﺨﻔﺖ ﻋﻠﻰ ﻧﻔﺴﻲ ﺍﻟﻬﻼﻙ ، ﻭﻟﻢ ﺃﺟﺪ ﻓﻲ ﺍﻟﺒﺮِّﻳَّﺔ ﺷﺠﺮﺓ ﺃﺳﺘﻈﻞ ﺑﻬﺎ ، ﻓﺠﻠﺴﺖ ﻣﺴﺘﻘﺒﻼً ﺍﻟﻘﺒﻠﺔ
dikisahkan dari dari sebagian ulama' sholih berkata :
" telah menimpaku sebuah kesulitan dan ketakutan kemudian aku keluar dlm keadaan bingung dan aku berjalan d jalan menuju makkah dgn tampa bekal dan kendaraan,
aku berjalan selama tiga hari dan di hari ke empat aku sangat kehausan hingga aku kawatir akan mati dan aku tak menemukan pohon untuk berteduh aku pun duduk menghadap kiblat.
ﻓﻐﻠﺒﺘﻨﻲ ﻋﻴﻨﺎﻱ ﻭﺃﻧﺎ ﺟﺎﻟﺲ ، ﻓﺮﺃﻳﺖ ﺷﺨﺼﺎً ﻓﻲ ﺍﻟﻤﻨﺎﻡ ﻓﻤﺪَّ ﻳﺪﻩ ﺇﻟﻲّ ﻭﺻﺎﻓﺤﻨﻲ ، ﻭﻗﺎﻝ : ﺍﺑﺸﺮ ﻓﺈﻧﻚ ﺗﺴﻠﻢ ﻭﺗﺰﻭﺭ ﺑﻴﺖ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﺤﺮﺍﻡ ، ﻭﺗﺰﻭﺭ ﻗﺒﺮ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﻓﻘﻠﺖ ﻟﻪ : ﻣﻦ ﺃﻧﺖ ؟ ﻗﺎﻝ : ﺃﻧﺎ ﺍﻟﺨﻀﺮ ، ﻓﻘﻠﺖ : ﺍﺩﻉ ﺍﻟﻠﻪ ﻟﻲ ، ﻓﻘﺎﻝ ﻟﻲ : ﻗﻞ ﻳﺎ ﻟﻄﻴﻔﺎً ﺑﺨﻠﻘﻪ ، ﻳﺎ ﻋﻠﻴﻤﺎً ﺑﺨﻠﻘﻪ ﻳﺎ ﺧﺒﻴﺮﺍً ﺑﺨﻠﻘﻪ ﺃﻟﻄﻒ ﺑﻲ ﻳﺎ ﻟﻄﻴﻒ ﻳﺎ ﻋﻠﻴﻢ ﻳﺎ ﺧﺒﻴﺮ ﺛﻼﺛﺎً
Lalu mataku mengantuk dan tertidur dlm keadaan duduk lalu aku meliht seseorang laki laki dlm tidurku sdg mengulurkan tangannya lalu aku pun menyalaminya
Dan seseorang laki kali itu berkata :
" berbahagialah kamu selamat dan berziaroh ke baitullah dan makam Nabi "
lalu aku bertanya pd laki laki itu :" Siapakah kamu?"
" Aku khidir." Jawab laki laki itu.
aku berkata :"doakan lah aku!"
lalu khidir berkata pd ku :
" bacalah YAA LATIIFAN BIKHOLQIH YAA 'ALIIMAN BIKHOLQIH YAA KHOBIIRON BIKHOLQIH ULTUF BII YAA LATIIFU YAA 'ALIIMU YAA KHOBIIR sebanyak tiga kali."
ﻓﻘﻠﺘﻬﺎ ﻓﻘﺎﻝ ﻟﻲ : ﻫﺬﻩ ﺗﺤﻔﺔ ﺑﻬﺎ ﻏﻨﻰ ﺍﻷﺑﺪ ﻓﺈﺫﺍ ﻟﺤﻘﻚ ﺿﺎﺋﻘﺔ ، ﺃﻭ ﻧﺰﻝ ﺑﻚ ﻧﺎﺯﻟﺔ ، ﻓﻘﻠﻬﺎ ﺗﻜﻔﻰ ﻭﺗﺸﻔﻰ ، ﺛﻢ ﻏﺎﺏ ﻋﻨﻲ ، ﻓﺎﺳﺘﻴﻘﻈﺖ ﻭﺃﻧﺎ ﺃﻗﻮﻟﻬﺎ ﻓﻮﺍﻟﻠﻪ ﻣﺎ ﻗﻠﺘﻬﺎ ﻋﻨﺪ ﻛﻞ ﺿﺎﺋﻘﺔ ﻭﺷﺪﺓ ؛ ﺇﻻ ﻭﺭﺃﻳﺖ ﻣﻦ ﻟﻄﻒ ﺍﻟﻠﻪ ﺑﻲ ﻣﺎ ﺃﻋﺠﺰ ﻋﻦ ﻭﺻﻔﻪ
Lalu kalimat tsb ku ucapkan, Khidir berkata kpdku :
" kalimat ini adalah sesuatu yg sangat berharga, dgn kalimat ini akan di cukupi selamanya. Maka jika kau di timpa kesulitan atau nazilah (musibah) maka bacalah maka kau akan di cukupkan dan di sembuhkan "
Lalu nabi Khidir itu menghilang dan aku pun terjaga dari tidurku.
aku membaca kalimat itu Maka demi Allah setiap aku membaca di saat kesulitan dan ke sengsaraan aku selalu melihat dari kelembutan (anugrah) Allah trhdpku yg tak mampu ku terangkan .
wallohu a'lam.
Sumber : kitab Minhajul hanif, abu bakar al katami as syafi'i

Saturday, September 17, 2016

* SEJARAH TULISAN DARKAH *




* SEJARAH TULISAN DARKAH *

Wawancara bersama Habib Abu Bakar bin Abdurrahman Al Haddad – Tanjung Gang 2 Kota Malang Jawa Timur. Siapa sangka jika penyusun dari Lambang Darkah ini berasal dari kota Malang , beliau adalah Al Habib Abu Bakar bin Abdurrahman Al Haddad. Lambang Huruf ‘ha’ di tengah dengan ukuran yang cukup besar, kemudian di atasnya bertuliskan “Darkaah Yaa Ahlal Madiinah”, di bawahnya bertuliskan “Yaa Tariim Wa Ahlahaa”, di samping kanannya bertuliskan lafdzul jalalah yang berbunyi “Yaa Fattaah” dan di samping kirinya “Yaa Rozzaaq”, sedangkan di atas huruf ‘ha’ bertuliskan angka 1030 dan di tengah huruf ‘ha’ bertuliskan angka 110 seperti keterangan gambar, merupakan hasil karya beliau yang terinspirasi dari beberapa kisah sohibul maulid Simthudhurrar. Beliau yang lulusan dari Pondok Pesantren Darut Tauhid ini berinisiatif membuat lambang Darkah berawal dari kisah Al Imam Al Habib Ali Al Habsyi (Sohibul Maulid, pengarang Simtud Dhurar). Pada awalnya beliau Al Imam Al Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi membuat tanda untuk setiap kiriman dengan memakai angka 110, disebabkan karena saat itu beliau, Habib Ali al Habsyi, sering kali mendapatkan kiriman-kiriman dari luar negri, dan kiriman tersebut seringkali tidak sampai kepada beliau, kemudian petugas pengirim surat (Pak Posnya) meminta untuk membuat tanda, agar setiap ada kiriman barang/surat tidak hilang kirimannya. Kemudian beliau membuat Kha’ disertai dengan huruf 110, 110 itu sendiri merupakan jumlah bobot nilai huruf hijaiyyah yang merangkai kata ‘ALI’ dalam kitab Aqidatul Awwam. (pada halaman terakhir ada rumusannya) Sedangkan gabungan 110 dan kha’ itu ada sekitar tahun 1980-an , atas inisiatif dari Habib Ali bin Muhammad Al Haddad dan Habib Segaf bin Muhammad Ba’ Agil.
Adapun penulisan kalimat Darkah yaa Ahlal Madinah adalah inisiatif dari Habib Abu Bakar sendiri, yang diambil dari Qosidah Habib Muhammad bin Idrus, yang banyak berisi tentang tawasul-tawasul dengan Ahlul Madinah (Rosulullah SAW beserta keluarganya, sahabatnya), termasuk juga kalimat Yaa Tarim Wa Ahlaha, yang merupakan tawassul kepada para shalihin dan lebih dari 10 ribu wali yang dimakamkan di pemakaman Zanbal, Fureidh, dan Akdar. Pekuburan Zanbal adalah pekuburan para wali dan sholihin, juga di pekuburan Zanbal terdapat Ashhabul Badr utusan Sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq Ra. yang wafat di sana. Kemudian penerapan lambang Darkah ini pada awalnya dulu bukan berbentuk bulat dan bertuliskan kalimat tawasul tadi, melainkan hanya berupa lambang ha’ dan huruf 110 dan 1030 saja, kemudian berkat saran dari paman beliau yang bernama Habib Abdul Qodir bin Husain Al Haddad, maka lambang tersembut ditambahlah dengan wiridannya dari abahnya Habib Husain, yaitu Yaa Fattah Yaa Rozzaq, dengan niatan supaya dapat fadlilah wiridannya Habib Husain bin Muhammad Al Haddad. Siapa sangka bahwa logo yang sudah dikenal di seluruh dunia, baik di kalangan habaib maupun muhibbin ini sudah menyebar ke berbagai negara, seperti Yaman, Malaysia, Singapore, Abu Dabi, Kuwait, dll.
Setelah berjalan lama, lambang ini sempat nyaris hilang, kemudian lambang / ism yang sering dijumpai di berbagai majelis-majelis ta’lim/maulid. Ada yang menggunakan logo ini di spanduk, umbul-umbul, bendera, jaket, dll, atau dalam bentuk stiker, sampai mobil-mobil di kaca belakangnya ditempel stiker lambang ini.
Lambang yang sebenarnya adalah suatu Ajimat (Ruqyat) bukan Logo suatu organisasi tertentu, yang apabila dikaji di kitab-kitab , maka lambang ini tidak akan diketemukan di kitab manapun, karena lambang ini ada karena Habib Abu bakar bin Abdurrahman al Haddad menyusunya digunakan untuk tafa’ul –an (mengharap berkah). Adapun hitungan 1030 itu berasal dari hitungan kalimat “amanatullah wa rosuluh wal Abdullah al Haddad”, yang ditujukan kepada kepada al Imam al Habib Abdullah bin Alwi al Haddad, dimana hitungan isim terssebut merupakan inisiatif dari para ulama’ kota Tarim Yaman.
Sesuai faham Ahlussunnah wal Jama’ah, ‘azimat (Ruqyat) dengan huruf arab merupakan hal yang diperbolehkan, selama itu tidak menduakan Allah SWT. Sebagaimana dijelaskan bahwa azimat dengan tulisan ayat atau doa disebutkan pada Kitab Faidhul Qadir Juz 3 halaman 192, dan Tafsir Imam Qurthubi Juz 10 halaman 316-317, dan masih banyak lagi penjelasan para Muhadditsin mengenai diperbolehkannya hal tersebut, karena itu semata-mata adalah bertabarruk (mengambil berkah) dari ayat-ayat al-Qur’an dan kalimat-kalimat mulia lainnya.
Tulisan ini telah di muat di Majalah Riyadlul Jannah dan dimuat juga di Tabloid Media ummat.
Wallaahu a'lam