Monday, January 23, 2017

Al Imam Ali bin Hasan al Aththas

Al Imam Ali bin Hasan al Aththas mngatakan :

ﺍﻥ ﺍﻟﻤﺤﺼﻮﻝ ﻣﻦ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﻭﺍﻟﻔﺘﺢ ﻭﺍﻟﻨﻮﺭ ﺍﻋﻨﻲ ﺍﻟﻜﺸﻒ ﻟﻠﺤﺠﺐ، ﻋﻠﻰ ﻗﺪﺭ ﺍﻻﺩﺏ ﻣﻊ ﺍﻟﺸﻴﺦ ﻭﻋﻠﻰ ﻗﺪﺭ ﻣﺎ ﻳﻜﻮﻥ ﻛﺒﺮ ﻣﻘﺪﺍﺭﻩ ﻋﻨﺪﻙ ﻳﻜﻮﻥ ﻟﻚ ﺫﺍﻟﻚ ﺍﻟﻤﻘﺪﺍﺭ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﻠﻪ ﻣﻦ ﻏﻴﺮ ﺷﻚ

” Memperoleh ilmu, futuh dan cahaya (maksudnya terbukanya hijab batinnya), adalah sesuai kadar adabmu bersama gurumu. Kadar besarnya gurumu di hatimu, maka demikian pula kadar besarnya dirimu di sisi Allah tanpa ragu “.(al Manhaj as Sawiy : 217)


Imam Nawawi ketika hendak belajar kepada gurunya, beliau selalu bersedekah di perjalanan dan berdoa, ” Ya Allah, tutuplah dariku kekurangan guruku, hingga mataku tidak melihat kekurangannya dan tidak seorangpun yg menyampaikan kekurangan guruku kepadaku “. (Lawaqih al Anwaar al Qudsiyyah : 155)

Beliau pernah mengatakan dalam kitab At Tahdzibnya :

ﻋﻘﻮﻕ ﺍﻟﻮﺍﻟﺪﻳﻦ ﺗﻤﺤﻮﻩ ﺍﻟﺘﻮﺑﺔ ﻭﻋﻘﻮﻕ ﺍﻻﺳﺘﺎﺫﻳﻦ ﻻ ﻳﻤﺤﻮﻩ ﺷﻲﺀ ﺍﻟﺒﺘﺔ

” Durhaka kepada orang tua dosanya bisa dihapus oleh taubat, tapi durhaka kepada ustadzmu tidak ada satupun yg dapat menghapusnya “.
Habib Abdullah Al Haddad mengatakan ” Paling bahayanya bagi seorang murid, adalah berubahnya hati gurunya kepadanya. Seandainya seluruh wali dari timur dan barat ingin memperbaiki keadaan si murid itu, niscaya tidak akan mampu kecuali gurunya telah ridha kembali “. (Adaab Suluk al Murid : 54)
Seorang murid sedang menyapu madrasah gurunya, tiba tiba Nabi Khidir mendatanginya. Murid itu tidak sedikitpun menoleh dan mengajak bicara nabi Khidhir. Maka nabi Khidhir berkata, ” Tidakkah kau mengenalku ?. Murid itu menjawab, ” ya aku mengenalmu, engkau adalah Abul Abbas al Khidhir “.
Nabi Khidhir, ” kenapa kamu tidak meminta sesuatu dariku ?”.
Murid itu menjawab, ” Guruku sudah cukup bagiku, tidak tersisa satupun hajat kepadamu “. (Kalam al Habib Idrus al Habsyi : 78)

Kenapa hadits yang diriwayatkan ahlu al-Bait (keturunan Rasulullah ﷺ) sedikit dalam kutub as-sittah?

Kenapa hadits yang diriwayatkan ahlu al-Bait (keturunan Rasulullah ﷺ) sedikit dalam kutub as-sittah?

Syekh Yusri hafizhahullah menjawab:

"Banyak yang tidak tau bahwa pada tiga abad pertama, masa dikumpulkan hadits di kutub sittah itu, pada masa kekuasaan Umawi lalu awal Abbasi.. ahlu al-bait saat itu diburu oleh para penguasa, dibunuh saat ditemukan.. karena para penguasa takut umat Islam berkumpul mendukung ahli al-bait & menyayingi mereka dalam kekuasaan... Lihat saja bagaimana Sayyiduna al-Husain dibunuh.. padahal beliau sudah berkata: "Biarkan aku, menyembah Allah di mana pun kamu mau" tapi pilihan hanya membai`at Yaziz atau dibunuh... beliaupun dibunuh.
Pemburuan ahlu al-bait, terutama para ulama berlangsung sampai sekitar 750 tahun.. mereka bahkan dilarang untuk ikut shalat jum`at.. supaya tidak ada yang mengikuti mereka.. mereka terkurung dalam rumah supaya tidak ada yang mengenal mereka... bahkan orang yang mengenal salah satu dari mereka pun ikut diburu.. ditangkap, dipenjara, diadzab & dibunuh.
Jadi, para ulama yang mengumpulkan hadits tersebut, demi memperoleh kebebasan bergerak dari satu tempat ke tempat lain & tidak diganggu para penguasa; maka mereka menghindari periwayatan hadits dari ahli al-bait.. agar tidak dilarang & diletakkan dalam penjara.. makanya kamu tidak menemukan banyak hadits yang diriwayatkan mereka.. bukan karena mereka tidak ada.
Pada masa pemerintahan Turki; ahlu al-Bait kembali muncul dari Maghrib & negeri-negeri lain.. hidup & menetap, dan menyebarkan ilmu-ilmu sunnah.
Makanya, kita menemukan dalam 700 tahun ini para periwayat hadits adalah asyraaf (para keturunan Nabi ﷺ) dari asyraaf... lalu sebelumnya bukan ahli al-bait atau tidak bernisbah pada ahli al-bait.
Dalam masa Turki, penguasa membiarkan ahli al-bait hidup dalam kebebasan.
Jadi, al-Imam al-Bukhari (dll) tidak dicela karena hal itu.
Ku kasih contoh bagaimana Imam an-Nasai meninggal:
Ketika beliau pergi ke Syam; beliau menemui warga yang fanatik pada Mu`awiyah dan membenci Ali.. Mereka mengatakan: "Riwayatkan pada kami hadits-hadits"..
Beliau pun mengadakan majlis-majlis hadits di Syam, membacakan pada mereka keutamaan-keutaman Sayyidina Ali dalam buku yang berjudul "Khashaaish Ali"..
Ketika selesai, setelah beberapa hari, mereka mengatakan: "Riwayatkan pada kami hadits-hadits tentang Mu`awiyah".. Imam an-Nasaai berkata: "Tidak ada yang ku dapati kecuali hadits: "Allah tidak Mengenyangkan perutnya".. hadirin pun mulai memukuli beliau, padal beliau sudah lanjut usia, di atas 80 tahun.
Pada saait itu, ada qafilah yang berangkat haji.. al-Imam an-Nasaai pun ikut pergi dalam keadaan sakit.. sampai di sana.. beliau meninggal & dikuburkan antara Safa & Marwah.
Begitulah... bayangkan.. seorang imam yang hanya bicara tentang keutaman salah satu ahli al-bait.. bagaimana yang menimpa beliau.. balasannya adalah maut.
Jadi, setiap masa ada keadaan tententu.. Sebelum kamu menghukumi seseorang; kamu perlu melihat dulu keadaan di masa orang itu berada.
Contoh lain adalah Imam Ali ar-Ridha yang tidak pernah keluar dari rumah. Yang pergi berdakwah adalah Sayyidina Ma`ruuf al-Karkhi, padahal tuannya tidak keluar.

Kiai Sahal, Pesantren, dan Kebangsaan

Kiai Sahal, Pesantren, dan Kebangsaan

Seluruh anak bangsa seyogianya termotivasi untuk mengikuti dan mengembangkan jejak langkah perjuangan Kiai Sahal yang berhasil mengukir tinta emas dalam sejarah kehidupan umat dan bangsa.
Salah satu tokoh pesantren yang sangat besar pengaruhnya dalam mendinamisir paradigma keilmuan pesantren dan pemberdayaan ekonomi masyarakat adalah KH. MA. Sahal Mahfudh. Sebagai seorang yang lahir, tumbuh, dan berkembang di pesantren, Kiai Sahal adalah sosok pembaharu pesantren yang berjuang menjadikan pesantren sebagai lembaga pendidikan yang mampu menghasilkan kader-kader terbaik bangsa yang mampu mengubah keterbelakangan menjadi keunggulan.
Kiai Sahal tidak menerima jika pesantren dianggap sebagai lembaga pendidikan tradisional yang ortodoks, stagnan, dan tidak kompatibel dengan tantangan kekinian. Untuk mengubah stigma negatif tersebut, Kiai Sahal memosisikan diri sebagai lokomotif pembaharuan pesantren.
Ada beberapa langkah yang dilakukan Kiai Sahal untuk mendinamisir pesantren. Pertama, menjadikan kitab kuning yang menjadi referensi utama keilmuan pesantren sebagai solusi persoalan sosial. Hal ini dilakukan Kiai Sahal dalam forum bahtsul masail. Ketika kembali dari Pesantren Bendo Kediri asuhan KH. Muhajir dan Pesantren Sarang asuhan KH. Zubair Dahlan, Kiai Sahal menghidupkan kembali tradisi bahtsul masail di kecamatan Margoyoso dalam wadah Raudlatul Musyawarah.
Forum bahtsul masail tersebut dijadikan forum untuk mendiskusikan persoalan-persoalan sosial dalam perspektif kitab kuning. Kiai Sahal mendorong bahtsul masail tidak hanya memutuskan status hukum persoalan sosial secara hitam putih, halal atau haram, tapi juga memberikan solusi sebagai konsekwensi logis dari keputusan yang diambil. Jika diputuskan haram, maka bagaimana solusinya bagi yang melakukan dan jika diputuskan halal maka bagaimana melakukannya. Keputusan yang diambil tidak sekadar keputusan tanpa aplikasi di lapangan.
Kedua, pesantren dijadikan sebagai poros gerakan transformasi sosial secara sistematis, gradual, akuntabel, dan professional. Kiai Sahal membentuk BPPM (Biro Pengembangan Pesantren dan Masyarakat) untuk melakukan identifikasi problem-problem sosial secara komprehensif, merancang program kerja yang strategis dan efektif, dan merumuskan langkah-langkah taktis aplikatif. Kiai Sahal membentuk struktur organisasi BPPM yang terdiri dari kaum professional dengan manajemen modern. Struktur tersebut langsung terjun di masyarakat untuk membentuk TPM (Tim Penggerak Masyarakat) yang bertugas membentuk komunitas-komunitas kecil dalam masyarakat.
Komunitas-komunitas inilah yang dibimbing dan dilatih secara intensif tentang pentingnya kemandirian ekonomi, kewirausahaan, manajemen finansial, teknologi, dan masa depan yang harus diperjuangkan, baik masa depan dunia maupun akhirat. Menurut Kiai Sahal, tugas manusia di muka bumi ada dua, yaitu ibadatullah (menyembah Allah) dan imaratul ardli (meramaikan bumi).
Keduanya tidak bisa dipisahkan karena tugas manusia ada dua, yaitu sebagai abdullah (hamba Allah) yang selalu patuh dan taat kepada Allah dan sebagai khalifatullah (mandataris Allah) yang bertugas menegakkan keadilan dan mewujudkan kesejahteraan sosial. Sebagai abdullah, manusia harus mempunyai orientasi spiritual dalam segala sepak terjangnya, sehingga ada dimensi keikhlasan yang terpancar dalam hati. Sebagai khalifatullah, manusia membutuhkan banyak kompetensi untuk menegakkan keadilan sosial dan menumpas korupsi, kolusi, dan manipulasi.
Ketiga, Kiai Sahal mengembangkan paradigma berpikir pesantren yang biasanya berkutat kepada teks-teks fikih ansich menuju pemahaman yang berorientasi kepada maqasidus syariah, yaitu tujuan-tujuan aplikasi syariat, menjaga agama, menjaga jiwa, menjaga harta, menjaga akal, dan menjaga keturunan. Maqasidus syariah yang jumlahnya lima ini menjadi parameter teks-teks fikih dalam merespons dinamika zaman. Dengan teori maqasidus syariah ini, fikih mampu mewujudkan kemaslahatan substansial (maslahah muhaqqaqah), yaitu mendatangkan kemanfaatan dan menolak kerusakan (jalb al-manafi’ wa dar’u al-mafasid) bagi kehidupan manusia.
Paradigma berpikir yang baru ini kemudian dikenal dengan nama fikih sosial. Fikih sosial mempunyai lima ciri utama, yaitu memahami teks-teks fikih secara kontekstual, beralih dari madzhab qauli ke madzhab manhaji, verifikasi mana ajaran yang ushul (fundamental) dan mana ajaran yang furu’ (instrumental), menjadikan fikih sebagai etika sosial, bukan hukum positif negara, dan mengenalkan pemikiran filosofis, khususnya dalam masalah sosial budaya.
Kiai Sahal mampu menggerakkan tiga langkah di atas karena kapasitas pribadinya yang luar biasa. Di samping anak dan cucu kiai besar (ayah: KH. Mahfudh Salam, kakek: KH. Abdussalam) yang mempunyai garis keturunan sampai kepada Syekh Ahmad Mutamakkin yang menjadi pioner dakwah Islam di Kajen dan sekitarnya, Kiai Sahal juga mempunyai kapasitas personal yang komplit.
Kiai Sahal adalah pakar fikih dan ushul fikih, bahkan kepakarannya di bidang ushul fikih diakui oleh ulama dunia lewat dua karyanya, yaitu Thariqatul Husul yang menjelaskan kitab Lubbul Ushul dan kitab al-Bayanul Mulamma’ yang menjelaskan kitab Al-Luma’. Lebih dari itu, Kiai Sahal adalah sosok organisator ulung yang mempunyai skills kepemimpinan dan manajemen handal. Kemampuan komunikasi dan membangun relasi dari bawah sampai atas yang dilakukan dengan sabar dan gigih menempatkan Kiai Sahal dalam posisi terhormat dan akhirnya mendapat kepercayaan besar sebagai pucuk pimpinan dua organisasi besar, yaitu NU dan MUI.
Setelah Kiai Sahal menyelesaikan visi dan misinya memberdayakan pesantren, Kiai Sahal kemudian melangkahkan kakinya ke medan perjuangan yang lebih besar, yaitu NU, organisasi sosial keagamaan terbesar dunia dengan jumlah pengikut sekitar 85 juta, dan MUI yang pengurusnya tersebar di seluruh nusantara.
Dalam medan perjuangan yang lebih luas ini, Kiai Sahal menampakkan pemikiran progresif dan aksi-aksi sosial yang dinamis dan kontekstual. Kiai Sahal mendukung program KB (Keluarga Berencana) yang dimotori oleh Prof. Dr. Haryono Suyono. Selain itu, Kiai Sahal juga mendorong kerukunan antar sesama umat Islam dan antar sesama umat beragama. Kerukunan menjadi modal penting menjaga persatuan dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Primordialisme dan sektarianisme harus dibuang karena membuat seseorang menjadi eksklusif, subyektif, dan fanatik sehingga sulit menerima masukan dan pandangan dari kelompok lain. Peran besar Kiai Sahal, baik baik di ranah pengembangan pesantren maupun dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara menjadi sumber inspirasi dan motivasi anak bangsa untuk meneladani dan mengembangkannya di masa-masa yang akan datang.

Tuesday, December 6, 2016

# AKHLAQ MULIA BAGINDA NABI TERHADAP ANAK KECIL #

# AKHLAQ MULIA BAGINDA NABI TERHADAP ANAK KECIL #

Sama seperti beliau, Habib Umar. Datuknya Rasulullah saw. pun sangat memanjakan dan menyayangi anak kecil termasuk cucu beliau, yaitu hasan dan husein. Diceritakan bahwa beliau sering kali ditemukan sedang bermain bersama dengan kedua cucunya tersebut. Dalam satu waktu kedua cucunya tersebut menaiki pundak baginda nabi, lalu baginda nabi berjalan dengan kedua tangannya. Tatkala melihat kejadian itu, para sahabat berkata kepada hasan husein bahwa sebaik-baiknya kendaraan adalah kendaraan yang sedang kalian naiki, kalian menaiki punggung hamba yang telah menaiki sidratul muntaha. Mendengar para sahabat berkata seperti itu, lantas baginda nabi membalas, bahwa sebaik-baiknya pengendara adalah mereka berdua.
Sayyidina anas pernah menuturkan, ketika baginda nabi sedang tidur, sayidina hasan naik ke dada mulia baginda nabi dan mengempol di dada beliau. Melihat kejadian itu, sayyidina anas lalu mengambil sayyidina hasan. Seketika baginda nabi pun terbangun dan menegur sayyidina anas,
"Apa yang kau lakukan ? Biarkan cucuku tetap berada diatas dadaku. Apakah kau tidak tau bahwa siapa saja yang menyakiti keturunanku maka sama saja menyakiti diriku"
Dalam shalatnya baginda nabi pernah mengerjakan sujud yang sangat panjang, sampai-sampai sahabat mengira bahwa baginda telah meninggal. Setelah akhirnya menyelesaikan shalatnya, baginda pun menjelaskan sebab kenapa beliau melakukan sujud sangat lama. Ternyata ketika sujud, cucu beliau husein menaiki pundak mulia beliau dan beliau tidak mau mengangkat sujudnya hingga husein sendiri yang turun dari pundak beliau.
Tak sedikit juga baginda nabi selalu memanjangkan bacaan dalam shalatnya, tetapi setiap dalam shalatnya baginda nabi ketika ada suara tangisan anak kecil, baginda pun selalu mempercepat shalat dan memendekkan bacaannya untuk dapat menghampiri anak tersebut dan lalu menenangkannya.

KEUTAMAAN SHOLAWAT FATIH


KEUTAMAAN SHOLAWAT FATIH

Allahumma Sholli Ala Sayyidina Muhammaddinil Fatihi Lima Ughliqo Wal Khotimi Lima Sabaqo,
Nashiril Haqqi Bil Haqqi Wal Hadi Ila Shirotikal Mustaqim Wa Ala Alihi Haqqo
Qodrihi Wa Miq Darihil Adzim.

Artinya: “ Ya Allah berikanlah shalawat kepada penghulu kami Nabi Muhammad yang
membuka apa yang tertutup dan yang menutupi apa-apa yang terdahulu, penolong kebenaran
dengan kebenaran yang memberi petunjuk ke arah jalan yang lurus. Dan kepada keluarganya,
sebenar-benar pengagungan padanya dan kedudukan yang agung ”.

Sholawat al-Fatih memiliki 8 martabat keutamaan, dibawah ini hanya keutamaan pada
martabat yang pertama saja, sedangkan yang lainnya dirahasiakan oleh Allah SWT,
diantaranya adalah :
1. Membaca sholawat al-Fatih 1x setiap hari di jamin hidup bahagia dunia dan akhirat.
2. Membaca sholawat al-Fatih 1x menghapus semua dosa (Besar Dan Kecil ).
3. Membaca sholawat al-Fatih 1x menyamai pahala ibadah semua mahluk di alam
semesta ini 6000x lipat.
4. Membaca sholawat al-Fatih 1x menyamai pahala sholawat yang dibaca oleh seluruh
mahluk dari awal di ciptakan sampai sekarang 600x lipat.
5. Membaca sholawat al-Fatih 1x setiap hari, di jamin mati membawa iman ( husnul
khotimah ).
6. Membaca sholawat al-Fatih 10x di malam jum’at lebih besar pahalanya dari pada
ibadah seorang wali yang tidak membaca sholawat al-Fatih selama 1 juta tahun.
7. Pahala sholawat al-Fatih dapat menutupi dan mengganti kesalahan yang pernah ia
lakukan terhadap orang lain, sehingga ia dapat mengganti tuntutannya di hari kiamat.
ini caranya :
FIDYAH DENGAN SHOLAWAT al-FATIH
Sayyid Muhammad Ibnul `Arooby ad-Dimroowy ra berkata : ”Sebagian dari yang telah
diajarkan oleh Syekh kami Syekh Ahmad bin Muhammad at-Tijany ra tatkala aku bertanya
kepada beliau tentang masalah gibah dan masalah lain yang serupa dengan itu seperti
mengambil hal milik orang. Maka beliaupun menjelaskan : Bacalah sholawat al-Fatih, lalu
ucapkanlah pernyataan ini : ( Ya Allah sholawat ini aku hadiahkan kepada setiap orang yang
bagiku dan bagi kedua orang tuaku ada semacam tanggungan, kezholiman, hak yang aku
langgar serta hutang piutang yang belum sempat aku tunaikan sejak aku lahir hingga aku mati,
yang akan ia tuntut aku pada hari kiamat dihadapan-Mu. Ya Allah, terimalah bacaan
sholawatku ini, dan sampaikanlah pahalanya kepada mereka, agar mereka mendapatkan
pahalanya sesuai dengan bagian mereka masing-masing)” ( Ghoyatul `Amaany. Syekh
Muhammad as-Sayyid at-Tijany hal 8 )
8. Membaca sholawat al-Fatih 100x di malam jum’at menghapus dosa 400 tahun.
9. Membaca Shalawat Al Fatih 1x sama dengan mengkhatamkan Al Quran 6000 x lipat.
10. Membaca Shalawat Al Fatih 1x sama dengan membaca Dalail Al Khairat 6000x lipat.
11. Syekh Ahmad at-Tijany R.a berkata :”Keistimewaan sholawat al-Fatih sangat sulit di
terima oleh akal, karena ia merupakan rahasia Allah SWT yang tersembunyi.
Seandainya ada 100,000 bangsa, yang setiap bangsa itu terdiri dari 100,000 kaum,
dan setiap kaum terdiri dari 100,000 orang, dan setiap orang diberi umur panjang oleh
Allah SWT sampai 100,000 tahun, dan setiap orang bersholawat kepada nabi setiap
hari 100,000 x, semua pahala itu belum dapat menandingi pahala membaca sholawat
al-Fatih 1x.
( al-Fathur Robbany karya Sayyid Muhammad bin Abdillah as-Syafi`ie
at-Thoshfaawy at-Tijany hal 99-100 ).

Monday, December 5, 2016

Maulidur Rosulullah SAW



Keutamaan membaca maulid(syiroh & qoshoid nabawi) di rumah atau masjid dan majlis mulia yg lain.
Imam Jalaluddin as-Suyuthi berkata:
مامن بيت أو مسجد أو محلة قرئ فيه مولد النبي صلى الله عليه وسلم إلا حفت الملائكة ذلك البيت أو المسجد أو المحلة وصلت الملائكة على أهل ذلك المكان وعمهم الله تعالى بالرحمة والرضوان.
وأما المطوفون بالنور يعنى جبريل و ميكائيل و اسرافيل و عزرائيل عليهم الصلاة و السلام فانهم يصلون على من كان سببا لقراءة النبي صلى الله عليه و سلم. و قال أيضا: ما من مسلم قرأ فى بيته مولد النبي صلى الله عليه و سلم الا رفع الله سبحانه و تعالى القحط والوباء والحرق والغرق والأفات والبليات والبغض والحسد وعين السوء واللصوص من أهل ذلك البيت فاذا مات هون الله عليه جواب منكر ونكير ويكون فى مقعد صدق عند مليك مقتدر. فمن أراد تعظيم مولد النبي صلى الله عليه وسلم يكفيه هذا القدر. ومن لم يكن عنده تعظيم مولد النبي صلى الله عليه وسلم لو ملأت له الدنيا فى مدحه لم يحرك قلبه فى المحبة له صلى الله عليه وسلم.
“Tidak ada rumah atau masjid atau tempat yg di dalamnya dibacakan maulid Nabi SAW melainkan malaikat akan mengelilingi rumah atau masjid atau tempat itu, mereka akan memintakan ampunan untuk penghuni tempat itu, dan Allah akan melimpahkan rahmat dan keridhaan-Nya kepada mereka.”
Adapun para malaikat yang dikelilingi dengan cahaya adalah malaikat Jibril, Mika’il, Israfil, dan Izra’il as. Karena, sesungguhnya mereka memintakan ampunan kepada Allah swt untuk mereka yang menjadi sebab dibacakannya pembacaan maulid Nabi saw. Dan, dia berkata pula: Tidak ada seorang muslimpun yang dibacakan di dalam rumahnya pembacaan maulid Nabi saw melainkan Allah swt menghilangkan kelaparan, wabah penyakit, kebakaran, tenggelam, bencana, malapetaka, kebencian, hasud, keburukan makhluk, dan pencuri dari penghuni rumah itu. Dan, apabila ia meninggal, maka Allah akan memudahkan jawabannya dari pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir dan dia akan berada di tempat duduknya yang benar di sisi penguasa yang berkuasa. Dan, barangsiapa ingin mengagungkan maulid Nabi saw, maka Allah akan mencukupkan derajat ini kepadanya. Dan, barangsiapa di sisinya tidak ada pengagungan terhadap maulid Nabi saw, seandainya penuh baginya dunia di dalam memuji kepadanya, maka Allah tidak akan menggerakkan hatinya di dalam kecintaannya terhadap Nabi saw.”
صلوا على النبي....
Edisi maulidir RASUL

Keutamaan membaca maulid(syiroh & qoshoid nabawi) di rumah atau masjid dan majlis mulia yg lain.

Imam Jalaluddin as-Suyuthi berkata:

Tahanan rumah atau masjid atau tempat mḩlh-Maulud Nabi SAW. Tidak ḩft malaikat itu rumah atau masjid atau lmḩlh tiba malaikat jemaat di tempat itu dan mereka dengan rahmat Allah dan keridhaan.
Dan dengan ringan dan tdk berarti dan malaikat mikael dan malaikat Israfil Izrail mereka doa dan damai mereka berdoa pada dia alasan dibaca Nabi Muhammad S.A.W.. Dan berkata juga: dari sesama muslim di rumahnya maulud Nabi Muhammad S.A.W. Hanya Mengangkat Allah swt musim paceklik dan tua dan membakar dan tenggelam dan hama dan blyạt dan tanpa dan iri dan buruk dan pencuri dari rumah maka itu mati Hun Allah jawaban Munkar dan Nakir dan teman di kursi di eter. Barangsiapa yang menghendaki memaksimalkan maulud Nabi saw belum kfyh sebesar ini. Dan tidak memiliki kedudukan maulud Nabi SAW. Jika kampanye tidak memiliki dunia di d untuk menggerakkan hatinya dalam cinta untuk Nabi SAW. Tidak.

“Tidak ada rumah atau masjid atau tempat yg di dalamnya dibacakan maulid Nabi SAW melainkan malaikat akan mengelilingi rumah atau masjid atau tempat itu, mereka akan memintakan ampunan untuk penghuni tempat itu, dan Allah akan melimpahkan rahmat dan keridhaan-Nya kepada mereka.”

Adapun para malaikat yang dikelilingi dengan cahaya adalah malaikat Jibril, Mika’il, Israfil, dan Izra’il as. Karena, sesungguhnya mereka memintakan ampunan kepada Allah swt untuk mereka yang menjadi sebab dibacakannya pembacaan maulid Nabi saw. Dan, dia berkata pula: Tidak ada seorang muslimpun yang dibacakan di dalam rumahnya pembacaan maulid Nabi saw melainkan Allah swt menghilangkan kelaparan, wabah penyakit, kebakaran, tenggelam, bencana, malapetaka, kebencian, hasud, keburukan makhluk, dan pencuri dari penghuni rumah itu. Dan, apabila ia meninggal, maka Allah akan memudahkan jawabannya dari pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir dan dia akan berada di tempat duduknya yang benar di sisi penguasa yang berkuasa. Dan, barangsiapa ingin mengagungkan maulid Nabi saw, maka Allah akan mencukupkan derajat ini kepadanya. Dan, barangsiapa di sisinya tidak ada pengagungan terhadap maulid Nabi saw, seandainya penuh baginya dunia di dalam memuji kepadanya, maka Allah tidak akan menggerakkan hatinya di dalam kecintaannya terhadap Nabi saw.”

Kisah Syekh Ahmad Tijani ra



Kisah Syekh Ahmad Tijani ra dikunjungi 60 Raja Wali Alloh/Arif Billah/ 300 Raja-raja Jin Islam.

وقال رضى الله عنه إن مقامنا عندالله فى الآخرة لايصله أحدٌ من الأولياء ⚝ وأنّ جميع الأولياء من عصر الصـحابة إلى النفخ فى الصور ليس فيـهم من يصل مقامنا ولا يقاربه ⚝ وقال رضى الله عنه : روحـه صلى الله عليه وسلم وروحي هكذا ⚝ مشيرًا بأصبعيه السبابة والوسطى ⚝ روحـه تمدّ الرسل والأنبياء عليـهم الصلاة والسلام وروحي تمدّ الأقطاب والأولياء والصالحين من الأزل إلى الأبد ⚝ وكل الشيوخ أخذوا عنّى فى الغيب ⚝ وأنّ حميع الأولياء يدخلون زمرتنا ويأْخذون أورادنا ويتـمسّكون بـطريقتنا من أوّل الوجود إلى يوم القيامة 

dan Beliau berkata (Syeikh Ahmad Tijany) sesungguhnya kedudukan kami disisi Allah pada hari kiamat tidak ada dari para wali yang memperolehnya . dan sesungguhnya para wali dari masa sahabat sampai di tiupnya sangsakala tidak ada yang sampai pada kedudukan kami dan tidak pula mendekatinya . Beliaupun berkata (Syeikh Ahmad Tijani) :" Jiwa Rosulullah SAW dan Jiwaku seperti ini" . sambil mengisyaratkan jari telunjuk dan jari tengah . "Jiwanya memberikan Bantuan pada para Rosul dan Nabi (semoga Allah melimpahkan keselamatan atas mereka semua) sedangkan jiwaku memberi bantuan pada para Quthb, Wali, Sholih, dari zaman azal sampai hari selamanya . setiap Syeikh Thoriqoh mengambil dariku pada zaman Ghoib . dan sesungguhnya para wali masuk dalam golongan kami dan mengambil wirid kami serta berpegangan dengan Thoriqoh kami dari permulaan wujud hingga hari kiamat .
kisahkan sebuah peristiwa ketika Syaikh Ahmad Tijani dikunjungi oleh 300 raja-raja Jin Islam dan 60 raja-raja waliyullah. 300 raja2 jin tersebut mengutarakan keinginan mereka untuk diangkat menjadi murid dari Sayyidi Syaikh. Tetapi Sayyidi Syaikh menjawab bahwa beliau ditugaskan hanya untuk kalangan bangsa manusia. Maka semua raja jin tersebut memohon agar diizinkan mengkhodam / menghamba kepada beliau. Dan beliaupun mengizinkan dengan syarat bahwa para raja jin tsb juga harus mengkhidmat/mengkhodam kepada syaikh/guru yang ditunjuk oleh beliau ra beserta para murid-muridnya. Tentunya yang dimaksud adalah syaikh/guru yang BENAR dan SAH secara ruhaniah. Demikian pula dengan 60 raja2 waliyullah, yang dipimpin oleh Sesepuh Wali Quthub : Syekh Abu Hasan Syadzili, Syekh Ibnu Arabi dan Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani, memohon kepada Sayyidi Syaikh Ahmad Tijani agar diizinkan untuk berguru (alias diangkat sebagai murid) kepada beliau ra. Dan Sayyidi Syaikh pun berkata bahwa bagaimana sekalian berguru kepadaku sementara derajat kalian adalah raja wali Allah. mereka menjawab bahwa kami hanya mengayomi dan mendidik orang-orang yang masih hidup. Sidi Syekh berkata : kalian aku angkat sebagai murid dengan syarat kalian mengkhidmat/mengkhodam kepada syaikh/guru yang ditunjuk oleh beliau ra berserta para murid-murid tijani.