Thursday, June 30, 2016

ANTARA *"Syariat & Hakikat"*





ANTARA *"Syariat & Hakikat"*
Apabila Syariat tidak sampai pd Hakikat akan muncul
Jenuh & Sia-sia bahkan Kecewa & masalah
~ *"bangunan Rumah "* Itu Syariatnya & *" Keluarga
Sakinah "* itu Hakikatnya
~ *"Pesta pernikahan"* Syariat-nya & *"Cinta kasih,
Pengertian, & Tanggung jawab"* itu Hakikatnya
~ *"Tempat tidur "* Syariat-nya & *"Tidur nyenyak istirahat
nyaman "* itu Hakikatnya
~ *"Harta - Benda"* hanya Syariatnya
& *"Hati senang & Lapang"* itu Hakikatnya
~ *"Makan- Minum"* hanya Syariat & *"Sehat & Kuat"* itu
Hakikat
~ *"Cantik dan Tampan"* hanya Syariatnya & *" Hati &
Perilaku yg baik "* itu Hakikatnya
~ *"Bicara"* itu Syariat & *"'Amal perbuatan"* itu Hakikat
~ *" Kitab "* hanya Syariat &
*"'Ilmu & Pengetahuan"* itu Hakikatnya
~ *" Kekuasaan "* hanya Syariat
*"Pengabdian dan pelayanan"* itu Hakikatnya
~ *" Ibadah"* itu Syariat & *"Akhlaq"* itu Hakikatnya
~ *"Wibawa"* hanya Syariat-nya &
*"Sifat"* itu Hakikatnya
~ *"Rizqi"* itu Syariat-nya & *"Keberkahan"* itu Hakikatnya
Hakikat adalah Tujuan, adapun Syariat adalah Proses
Usaha.

Manusia yg normal & Wajar tidak memisahkan keduanya,
Walaupun Allah berkuasa Mutlaq tidak bergantung pada
Syariat jika berkehendak.
Wallahu 'Alam.

Kisah Masa Kecil Rasulullah dan Ibunya





Sebagaimana tradisi suku Quraisy dan kabilah Arab pada umumnya, pada hari kedelapan selepas dilahirkan oleh Siti Aminah, Muhammad kecil harus diungsikan ke pedalaman dan baru akan dikembalikan ke ibunya ketika kelak berusia delapan atau sepuluh tahun. Tentu hal ini membuat Siti Aminah gundah. Tapi, tradisi tetaplah tradisi, mau nggak mau harus tetap dilaksanakan.
Aminah pun sadar, ini penting untuk ia lakukan. Ia pun mengikhlaskan putranya untuk dikirim ke pedalaman. Lagipula ia tahu bahwa tujuan dikirimkannya supaya kemampuan berbahasa sang anak bagus—di pedalaman bahasa yang digunakan adalah bahasa Arab asli, belum campuran dan bukan bahasa pasar (fush-ha)—dan bisa mencecap udara pedalaman yang bersih, tidak seperti di kota yang dianggap telah tercemar.
Di pedalaman itu, Muhammad kecil diasuh oleh Halimah bint Abi Dzuaib (Halimatus Sa’diyah) selama tiga tahun. Muhammad pun tumbuh menjadi anak yang cepat tanggap, telaten dan jujur. Ia juga kerap membantu temannya yang kesusahan dan selalu bersikap bersahaja walaupun ia terkenal memiliki kecerdasan yang luar biasa dibandingkan anak seumurannya, apalagi ia adalah keturunan salah satu suku terpandang di kabilah Arab. Hal itu membuatnya disukai banyak orang. Tak terkecuali teman sebayanya.
Suatu ketika, saat ia bermain bersama anak-anak lain, ia didatangi oleh dua orang berbaju putih. Ia pun sempat bertanya, tapi tidak dijawab. Dua orang itu berkata dengan bahasa yang tidak dimengerti oleh Muhammad  kecil.
Sontak, hal ini pun membuatnya ketakutan. Tak terkecuali teman-temannya. Mereka pun berlari mendatangi  rumah Halimatus Sa’diyah dan melaporkan peristiwa yang terjadi.
“Saudaraku yang dari Quraisy itu telah diambil oleh dua orang laki-laki,” ujar salah seorang dari mereka, agak berteriak.
Halimah pun agak terkaget. Tapi, ia berusaha tetap tenang.
“Apa benar yang kau katakan?”
“Benar. Dan ia telah dibaringkan di sebuah batu, perutnya dibedah sambil dibolak-balikkan.”
Seketika itu pula wajah Halimah pucat. Ia pun berlari menuju tempat yang diceritakan itu. Tak butuh waktu lama, ia pun sampai di tempat yang diceritakan itu.
Di sana, ia melihat Muhammad yang terdiam, Halimah pun berusaha menenangkannya.
“Apa yang telah terjadi, Anakku.”
Muhammad melihat wajah Halimah. Kemudian merangkulnya. Lalu, dengan agak terbata-bata ia menjawab, ”Dua orang itu berbaju putih. Ia berusaha mengambil sesuatu dari tubuhku.”
“Apakah itu?”
“Aku tidak tahu, Ibu.”
Halimah pun merangkulnya sekali lagi. Ia pun sebenarnya ketakutan dan takut jika anak ini sedang kesurupan atau ada keanehan lain yang tidak mengerti. Untuk itu, ia bersepakat dengan keluarganya untuk mengembalikan Muhammad kecil ke Makkah.
Kelak, selepas Muhammad kecil tumbuh dewasa dan diangkat menjadi Rasul, baru ia mengerti bahwa dua orang berbaju putih itu adalah malaikat yang diutus oleh Allah subhanahu wata’ala untuk mencari dan mengangkat keburukan dalam dirinya.

Dawuh e Mbah Moen Rembang



KISAH NYATA

Dawuhe yai :

"Nggolek bojo kui nek iso seng ngerti ngaji kitab,ojo seng apal alqur.an didisekke"
Perempuan yang pernah ngaji kitab, itu tau unggah ungguh kepada suami carane ngormati bojone piye..
Dan tidak semua orang hafal alquran (hafidhoh) itu solekhah bahkan sebaliknya..
na'udzubillah..
ada cerita seorang santri sowan mbah yai, dan dia pengen pamitan boyong untuk menikah. dia di tangkleti yai ;
"Calon bojomu apal qur.an po ngaji kitab?"
Dia jawab: "ngapalaken qur an yai"
Mbah yai : "nggolek'o seng ngaji kitab!!!." ( dengan nada tegas)
Langsung kang santri tersebut nggolek seng ngaji kitab...
Dawuh Mbah Maemun
" alamat ilmu iku entek nek wong seng apal quran mek gawe sima'an karo deresan thok"
Kisah nyata dan orang nya masih hidup
Insya Allah

Jangan terkecoh dengan penampilan

Dikisahkan bahwa Abu Nawas menemui sang raja bersama seorang lelaki yang membawa berbagai bejana arak / miras
Sang raja berkata
" Hukumlah lelaki itu dengan hukuman bagi pemabuk "
Lelaki tersebut bertanya
" kenapa bisa begitu wahai sang raja ? "
Raja menjawab
" Karena kamu membawa peralatan miras "
Abu Nawas ikut angkat bicara
" Kalau begitu hukum saya juga dengan hukuman kasus perzinahan "
Raja bertanya
" kenapa? "
Abu Nawas menjawab
" Karena saya membawa alat zina "
Sang raja pun tertawa lalu berkata
" ya udah, lepaskan dia "
-------------------
حكى أنه أتى إلى أمير برجل ومعه آنية الخمر فقال حدوه حد الشراب فقال له لماذا يا أيها الأمير ؟ فقال لأن معك آلة الخمر فقال حدنى حد الزنا أيضا فقال لماذا ؟ لأن معى آلة الزنا فضحك منه الأمير وقال خلوا سبيله
Sumber : An-nawadir hal 222

Jangan terkecoh dengan penampilan

Dikisahkan bahwa Abu Nawas menemui sang raja bersama seorang lelaki yang membawa berbagai bejana arak / miras
Sang raja berkata
" Hukumlah lelaki itu dengan hukuman bagi pemabuk "
Lelaki tersebut bertanya
" kenapa bisa begitu wahai sang raja ? "
Raja menjawab
" Karena kamu membawa peralatan miras "
Abu Nawas ikut angkat bicara
" Kalau begitu hukum saya juga dengan hukuman kasus perzinahan "
Raja bertanya
" kenapa? "
Abu Nawas menjawab
" Karena saya membawa alat zina "
Sang raja pun tertawa lalu berkata
" ya udah, lepaskan dia "
-------------------
حكى أنه أتى إلى أمير برجل ومعه آنية الخمر فقال حدوه حد الشراب فقال له لماذا يا أيها الأمير ؟ فقال لأن معك آلة الخمر فقال حدنى حد الزنا أيضا فقال لماذا ؟ لأن معى آلة الزنا فضحك منه الأمير وقال خلوا سبيله
Sumber : An-nawadir hal 222

APA ITU BAROKAH

APA ITU BAROKAH

Barokah adalah bertambahnya nilai" kebaikan.
Barokah bukanlah cukup & mencukupi saja, tapi barokah ialah bertambahnya ketaatanmu kepada الله dg segala keadaan yg ada, baik berlimpah atau sebaliknya.
Barokah itu: "albarokatu tuziidukum fi thoah" ~ barokah menambah taatmu kepada الله.
Hidup yg barokah bukan hanya sehat, tapi kadang sakit itu justru barokah sebagaimana Nabi Ayyub عليه السلام, sakitnya menambah taatnya kepada الله.
Barokah itu tak selalu panjang umur, ada yg umurnya pendek tapi dahsyat taatnya layaknya Musab ibn Umair.
Tanah yg barokah itu bukan karena subur & panoramanya indah, karena tanah yg tandus seperti Makkah punya keutamaan di hadapan الله tiada yg menandingi.
Makanan barokah itu bukan yg komposisi gizinya lengkap, tapi makanan itu mampu mendorong pemakannya menjadi lebih taat setelah makan.
Ilmu yg barokah itu bukan yg banyak riwayat & catatan kakinya, tapi yg barokah ialah yg manfaat untuk agama Allah,bangsa dan negara
Penghasilan barokah juga bukan gaji yg besar & bertambah, tapi sejauh mana ia bisa jadi jalan rizqi bagi yg lainnya & semakin banyak orang yg terbantu dg penghasilan tersebut.
Anak² yg barokah bukanlah saat kecil mereka lucu & imut atau setelah dewasa mereka sukses bergelar & mempunyai pekerjaan & jabatan hebat, tapi anak yg barokah ialah yg senantiasa taat kepada Rabb-Nya & kelak di antara mereka ada yg lebih shalih & tak henti²nya mendo'akan kedua Orang tuanya.
Barang siapa yg mengajarkan satu ilmu dan org tsb mengamalkannya maka pahala bagi org yg memberikan ilmu tsb tanpa mengurangi pahala org yg mengamalkan nya. (HR.Bukhori Muslim)

*Drs K.H Nur Ali Ahmad

Tuesday, June 28, 2016

IHSAN KEPADA ORANG TUA





IHSAN KEPADA ORANG TUA



Ihsan berarti memperlakukan pihak lain lebih baik dari perlakuannya terhadap kita, memberi lebih banyak dari pada yang harus kita beri. Dan mengambil lebih sedikit dari yang seharusnya kita ambil. Jadi, dalam ihsan terdapat nilai tambah yang melampaui kadar pemenuhan kewajiban.
Implementasi ihsan ini bisa kita ambil dari surah Ali ‘Imran ayat 134. Mula-mula anda harus memberi nafkah, baik ketika lapang maupun sempit, kemudian jika dizalimi, anda menahan amarah, lalu memaafkan kesalahan orang lain yang menzalimi anda, dan kemudian berbuat baik kepada orang lain tersebut dengan cara sebaik-baiknya, misalnya dengan mendoakan kebaikan untuknya.
Dalam konteks berbakti kepada orang tua, seorang anak harus memberi sesuatu yang lebih baik dan lebih banyak dari pada yang telah diberikan orang tua. Kriteria ‘baik’ disini tentu meliputi aspek material maupun mental. Misalnya, anak menunjukkan ekspresi senang dan berkata dengan santun ketika mendengar orang tua memanggilnya atau mengatakan sesuatu kepadanya. Ia tidak hanya menjawab atau menanggapi sekedarnya saja, tetapi memberi respon yangg lebih baik dari pada yang dilakukan orang tua.
Dalam contoh lain, orang tua memberi ongkos kepada anak untuk belajar diluar kota maka sang anak harus menjaga pemberian tersebut (sebagai amanah) sebaik mungkin dengan cara belajar secara maksimal dan mempersembahkan segala yang ia peroleh untuk orang tuanya tersebut.
Ketika sudah sukses dan memperoleh pekerjaan, anak juga harus lebih pengertian dalam memperhatikan kebutuhan orang tua, baik dari segi nafkah lahir maupun batin. Jangan sampai pemberian kepada orang tua didahului oleh permintaan maupun penderitaan orang tua.
Jika orang tua berbuat zalim, anak tidak boleh membalas kezaliman tersebut. Ia harus sabar dan tetap menjaga perasaan orang tua. Sabar disini tentu bukan hanya berdiam diri saja, melainkan juga melakukan usaha agar orang tua terbebas dari sikap zalim tersebut.
Berbakti kepada orang tua berarti menjalin hubungan baik dengan orang tua dengan didasari cinta dan rendah diri, bukan didasari rasa takut mendapat ancaman atau takut tidak dipenuhi kebutuhannya. Jadi, perbuatan bakti tersebut harus benar-benar tulus untuk kedua orang tua, tidak disertai motif-motif mencari keuntungan atau keterpaksaan.