Sunday, June 12, 2016

Hakikat Puasa





Hujjatul Islam al-Imām al-Ghazaly rahimahulLāh mengatakan, secara ringkas dari perkataan beliau bahwa puasa itu ada tiga tingkat:
1.Shaum al-‘Umūm,
Puasanya orang awam, seperti puasa saya dan panjenengan semua. Yaitu: kaff al-batn wa al-farj ‘an qadlā-i asy-syahwat. Secara ringkas maksudnya adalah tidak menuruti kebutuhan perut dan farji dari hal-hal yang menarik kesenangan perut & farji. Wujudnya seperti makan-minum dan jimak di waktu-waktu wujūb al-imsāk.

2.Shaum al-khushūsh
Puasanya orang-orang khās, atau satu tingkat lebih tinggi dari pada shaum al’Umūm. Ta’rif-nya; kaff as-sam’ wa al-bashr wa al-lisān wa al-yadd wa ar-rijl wa sāir al-jawārih ‘an al-itsm. Secara ringkas dapat dikatakan: tidak menuruti pendengaran, penglihatan, lisan, tangan, kaki atau semuay jawarih --anggota badan-- dari dosa-kemaksiatan.
Untuk kali ini, kira-kira apa orang-orang yang teriak takbir, mengobrak-abrik warung yang buka di siang ramadlan bisa dikatakan puasanya orang-orang khās? Ringan-ringannya bagaimana kalaw puasa jalan ghibah masih istiqamah? Kata-kata kotor yang keluar dari mulutnya juga masih seperti biasanya. Ingat, begitu banyak orang yang berpuasa disiang hari, akan tetapi tidak mendapatkan apa-apa kecuali hanya lapar dan dahaga. Na’udzubilLāh.. tsumma na’udzu bilLāh.
3.Shaum al-khushūsh al-khushūs.
Puasanya orang-orang pilihan, atau setingkat lebih tinggi dari shaum al-khushūsh, atau puasa puncak tertinggi dari ibadah puasa, atau puasa yang hakiki. Ta’rif-nya; shaum al-qalb wa al-afkār‘an al-himam dunyawiyah. Secara ringkas dikatakan puasanya hati & akal-pikiran dari perkara-perkara yang bersifat dunyawiyah --mā siwa alLāh/ apapun selain Allah ‘Azza wa Jall--lebih lanjut al-Imām ghazali mengatakan: wa kaffuhu ‘amma siwa alLāh ‘Azza wa Jall bi al-kulliyyah, tidak lain yaitu: Mencukupkan diri, pada segal hal-ihwal hanya karena Allah subhanaHu wa Ta’alā.
Perjuangannya, ibadah dan juga dzikir-nya hanya lilLāh. Puasa dan tarawih-nya bukan karena sungkan dengan orang-orang sekitar, atau ibadahnya yang berbentuk apapun termasuk shalat-dzikirnya secara kāffah tidak karena takut neraka & milik syurga. Ini tidak salah secara syar’i tapi dalam penghambaanya kepada Allah subhanaHu wa Ta’alā mendapatkan aib dimata para al-muḫaqqiqīn, para Malaikat dan ‘IbadilLāh as-Shaliḫin wa al-Mukhlashīn.
Demikian semoga selamat, selamat ibadah saya dan panjenengan semua dari ketertarikan selain mengharap ridla Allah, selain mengharap lebih mengenal Allah, dan selain mengaharap cinta kepada Allah RABBUNAA AL-‘IZZAH, WA ILAIHI MUNTAHAA.
Waākhiru da’wanā ‘an al-ḫamdulilLahi RABB al-‘alamīn

No comments:

Post a Comment