Wednesday, June 1, 2016

Kisah Inspiratif : " HARTAKU KUBAWA MATI "





Haji Usman. Pemilik salah satu usaha batik dan olahan texstil
terkemuka di Yogyakarta, memang dikenal kedermawanannya,
seakan harta telah begitu tak berharga.
Ringan baginya membuka kotak tabungannya, gampang
baginya merogoh kantong simpanan dan seakan tanpa beban
dia mengulur bantuan.
Inilah mungkin sosok nyata orang yg Dunia di tangannya dan
Akhirat dihatinya.
Maka beberapa orang pengusaha muda bersemangat
mendatangi beliau.
“Ajarkan pada kami, Ji,” kata mereka, “Bagaimana caranya
agar kami seperti haji Usman. Bisa sukses bisnis, tidak cinta
pada harta dan tidak sayang pada kekayaan... Hingga
bersedeqah terasa ringan.
“Wah..!!", sahut Haji Usman tertawa, “Antum salah alamat ”
“Lho...?!”.
“Lha iya. Kalian datang pada orang yg salah.... Saya ini
SANGAT SAYANG & MENCINTAI HARTA SAYA. Saya ini sangat
mencintai Aset yg saya miliki ".
“Lho...!!!”
“Koq lho..." Saking cinta dan sayangnya pada harta, saya
SAMPAI TIDAK RELA MENINGGALKAN HARTA SAYA DI DUNIA
INI. AKAN SAYA BAWA MATI DIKUBUR DENGAN HARTA BISNIS
SAYA..
Saya itu TIDAK MAU BERPISAH dengan kekayaan saya.
Makanya sementara ini saya titip-titipkan dulu...
TITIP pada Masjid,
TITIP pada anak yatim,
TITIP pada fakir miskin,
TITIP pada madrasah,
TITIP pada pesantren,
TITIP pada pejuang fii sabilillah.
TITIP pada Guru2 Agama
TITIP pada karyawan yg rajin Ibadah
TITIP pada sodara dan karyawan yg dirawat sakit
Alhamdulillah ada yg berkenan mau dititipi, saya senang
sekali. Alhamdulillah ada yg sudi diamanati, saya bahagia
sekali.
Pokoknya DI AKHIRAT NANTI MAU SAYA AMBIL LAGI, TITIPAN
SAYA
Saya ingin kekayaan saya itu dapat saya nikmati berlipat-
lipat di alam kubur dan di akhirat".
“Lah...!” Siapa bilang harta tdk dibawa mati....?
Harta itu dibawa mati....!!! Caranya ? ... JANGAN BAWA
SENDIRI... Minta tolong dibawakan oleh anak Yatim, Fakir
miskin, orang-orang yg berjuang di jalanNYA....dll... .dll
karena anak dan keluarga saya hanya kasih kain putih....

ISLAM AGAMA DALIL IKUTI DALIL-DALIL NABAWI BUKAN DALIL-DALIL WAHABI





Al-Quran adalah sumber dalil-dalil hukum yang pertama dan As-sunnah adalah sumber dalil-dalil yang kedua.
Di dalam hadits yang di riwayatkan oleh Imam Ahmad dan imam Abu Daud.
Rasulullah ﷺ bersabda;

رسول الله صلى الله عليه وسلم أنه قال ألا إني أوتيت الكتاب ومثله معه [رواه أبو داود وأحمد]
"Aku ini di beri oleh Allah Al-Qur'an, dan ada yang semisal dengan Al-Quran yaitu hadist".
Oleh sebab itu seorang muslim harus berhujjah dengan dalil-dalil Nabawi yang bersumber dari Al-Quran maupun As-sunnah yang qath'i, jelas, adil, bijaksana, tegas. Dan telah di jelaskan serta di jabarkan oleh para ulama dan imam madzhab, para ulama Ahli fiqih para ulama ahli hadits dan ahli tafsir serta para ulama ahlu sunnah wal-haq dengan rinci dan detail.
Mengapa kita dilarang berhujjah dengan dalil-dalil selain dalil-dalil Nabawi yang bersumber dari Al-Quran dan As-Sunnah. Sebab selain dalil-dalil Nabawi adalah dalil-dalil Bathil.
Dan yang lebih parah lagi adanya kelompok- kelompok yang menggunakan dalil-dalil Al-Quran dan As-Sunnah untuk kebathilan.
Seperti contoh-nya :
⚡️ Ayat-ayat Al-Quran yang di turunkan untuk orang kafir, mereka gunakan untuk mengkafirkan umat islam.
⚡️ Ayat-ayat Al-Quran yang turun berkenaan untuk orang musyrik mereka gunakan untuk mensyrikkan umat islam.
⚡️ Hadits-hadits tentang ahlul bid'ah mereka tujukan untuk membid'ahkan Ahlussunnah. Dan masih banyak lagi lainya.
Menggunakan dalil-dalil Al-Quran dan As-Sunnah untuk kebathilan merupakan suatu bentuk penipuan dan dusta yang nyata atas nama agama.
الله المستعان.....
_____
Di tulis oleh: Abu Muhammad Al-Maduri حفظه الله.

KETIKA PERUT RASULULLAH SAW BERBUNYI





Suatu ketika Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallama Menjadi imam sholat. Para sahabat yang menjadi makmum di belakangnya mendengar bunyi gemercik menggerutup seolah-olah sendi-sendi pada tubuh Rasulullah bergeser antara satu sama lain.
Sayidina Umar yang tidak tahan melihat keadaan baginda itu langsung bertanya setelah selesai sholat, ”Ya Rasulullah, kami melihat seolah-olah tuan menanggung penderitaan yang amat berat, apakah Anda sakit?” Namun Rasulullah menjawab, ”Tidak. Alhamdulillah, aku sehat dan segar.” Mendengar jawaban ini Umar bin khatab melanjutkan pertanyaannya, ”Lalu mengapa setiap kali engkau menggerakkan tubuh, kami mendengar seolah-olah sendi bergesekan di tubuh tuan? Kami yakin engkau sedang sakit…” Melihat kecemasan di wajah para sahabatnya,Rasulullah pun mengangkat jubahnya.
Para sahabat amat terkejut. Terlihatlah perut Manusia yang dimuliakan Allah ini, Dan Ternyata perut Rasulullah yang kempis, kelihatan dililiti sehelai kain yang berisi batu kerikil untuk menahan rasa lapar. Batu-batu kecil itulah yang menimbulkan bunyi-bunyi halus setiap kali tubuh Rasulullah bergerak.
Umar memberanikan diri berkata, ”Ya Rasulullah! Adakah bila engkau menyatakan lapar dan tidak punya makanan, lalu kami hanya akan tinggal diam?” Rasulullah menjawab dengan lembut, ”Tidak para sahabatku. Aku tahu, apa pun akan engkau korbankan demi Rasulmu ini. TETAPI APAKAH YANG AKAN AKU JAWAB DIHADAPAN ALLAH NANTI,APABILA AKU SEBAGAI PEMIMPIN, MENJADI BEBAN BAGI UMMATNYA..??” Para sahabat yang mendengar hanya tertegun menderaikan air mata. Rasulullah melanjutkan, ”Biarlah kelaparan ini sebagai hadiah
“Ya Allah, limpahkanlah shalawat serta salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad, sang cahaya-Mu yang selalu bersinar dan pemberian-Mu yang tak kunjung putus, dan kumpulkanlah aku dengan Rasulullah di setiap zaman, serta shalawat untuk keluarganya dan sahabatnya, wahai Sang Cahaya.”
آمين...

Hukuman ALLAH SWT









Madras Ribath - Ketika seorang pemuda bertanya kepada Imam Hasan Al-Basri :
.
"Aku telah banyak melakukan maksiat,mengapa aku tidak dihukum oleh Allah?" Lantas imam Hassan Al Basri bertanya kembali kepada pemuda itu..
.
"Apakah setiap malam kamu bangun tahajud?"
.
"Tidak." ujar pemuda itu..
.
"Itulah hukuman kamu yang seberat-beratnya.Tiada hukuman yg lebih berat jika Allah telah berpaling darimu. Dia tidak lagi mau "berbicara" dan "mendengar bicara " darimu, dibiarkan terlena itu panjang padamu..
.
"Cukuplah Allah swt menarik nikmat dan kelazatan tahajjud dlm dirimu itu sbg hukuman kepadamu"..


Allahuma sholii alaa sayyidina muhammad wa alaa aalihi wa shohbihi wa salim.

IBUNDA IMAM SYAFII, SEORANG IBU YANG TIDAK BANGGA ATAS KEKAYAAN ANAKNYA




Lahirnya Ulama' Besar tak lepas dari peran seorang ibunda yang sholihah .
___
" Nak pergilah menuntut ilmu tuk jihad di jalan Allah, Kelak kita bertemu di akhirat saja .... " Perintah Ibunda Imam Syafi'i kepada Imam Syafi'i sebelum rihlah mondoknya .
Kemudian, Imam Syafi'i berangkat dari makkah ke madinah, kemudian ke Iraq. Di Iraq Imam syafi'i BUKAN 1 sampek 2 tahun, karena beliau tidak berani pulang ke rumah , karena ketika beliau ingin pulang beliau teringat pesan ibunda beliau tersebut ( " Kelak kita bertemu di akhirat saja...") sehingga sebelum ada Izin dari Ibunya beliau tidak berani Pulang ke rumah. Nah kemudian di Iraq beliau menjadi orang besar, Ulama' dan alim. sehingga setiap ada rombongan dari Iraq mau haji, Ibunya Imam Syafi'i dateng dan ikut berhaji juga.
Suatu ketika ada halaqoh besar di masjidil harom, Ada seorang ulama besar dari Iraq dalam perkataanya sering menyebut "Muhammad Bin Idris Asy-syafii berkata begini begini ...". Kemudian Ibunya Imam Syafi'i bertanya " Ya Sayikh, Siapakah Muhammad bin Idris Asy-syafi'i itu ? "
Kemudian Syaikh tersebut menjawab dengan bangganya , "Dia adalah guruku, seorang yang 'Alim, Cerdas, Sholeh yang berada di Iraq. Asalnya dari mekkah sini... "
Kemudian Ibu Imam Syafi'i berkata "Ketahuilah Syaikh, Muhammad Bin Idris Asy-syafii itu adalah Anak-ku.... "
Syaikh itu-pun kaget dan tercengang " Subhanalloh, wahai ibu, Benarkah hal itu ?"
"Ya, benar. dia adalah ANAK-KU..." Jawab ibu imam syafi'i.
Rombangan dari Iraq itupun seketika menunduk, sebagai tanda hormat kepada Ibu Imam Syafi'i, Kemudian Syaikh tersebut berkata "Wahai ibu, Sepulang dari haji ini kita akan kembali ke Iraq. Apa pesanmu kepada Imam Syafi'i ? "
Kemudian Ibunda Imam Syafi'i berkata " Pesanku kepada syafi'i " Sekarang, Jikalau dia sekarang ingin pulang, aku mengizininya untuk pulang...."
Kemudian, Sepulang dari haji, Syaikh beserta rombongan Iraq itupun menyampaikan Pesan tersebut kepada Imam Syafi'i RA. bahwasanya "Ibundanya, mengizinkan beliau untuk pulang ke rumah....", mendengar hal tersebut, mata beliaupun terharu dan merasa bahagia.
Ini artinya Imam Syafi'i masih berkesempatan bertemu dengan sang Ibunda di dunia ini, walaupun sebelumnya ibundanya berkata "kita bertemu di akhirat saja....".
Imam Syafi'i tidak mengulur-ngulur waktu, beliaupun berkemas kemas ingin sesegera mungkin bertemu sang Ibunda di makkah. Sebelumnya Imam Syafi'i berpamitan kepada warga Iraq setempat. Karena keAliman dan kemasyhuran beliau di Iraq, Masyarakat yang mencintai dan mengagumi beliau, merasa bersimpati kepada Imam Syafi'i dengan memberi apa yang mereka punya dari kekayaan mereka , ada yang memberi Unta, Dinar DLL sekedar bekal belaka. Walhasil, Imam Syafi'i pun pulang dengan membawa puluhan unta dan di kawal oleh beberapa santri beliau.
(Berangkatnya "Niat nyari Ilmu", Pulang "membawa kekayaan". beda ma anak-anak kita. )
Sesampai di perbatasan kota mekkah, Imam Syafi'i mengutus seorang santrinya agar mengabarkan kepada Ibundanya bahwa saat ini beliau sudah di perbatasan kota mekkah. (dan seperti ini termasuk sunnah , yakni mengabarkan rumah ketika seseorang mau pulang supaya pihak rumah mempersiapkan sesuatu. bukan membuat malah kejutan)
Kemudian, Santri Imam Syafi'i-pun mengetuk pintu rumah.
"Siapa itu ?" Tanya Ibunda Imam Syafi'i.
"Saya adalah santri Imam syafi'i yang di utus beliau agar mengabarkan kepada anda, bahwa Imam Syafi'i sekarang sudah berada di perbatasan kota mekkah" Jawab santri Imam Syafi'i.
Lalu Ibunda Imam Syafi'i berkata " Syafi'i Membawa apa ? ..."
Dengan Bangga Santri Imam Syafi'i menjawab " Imam Syafi'i pulang dengan membawa puluhan unta dan harta lainya..."
Mendengar penuturan santri Imam Syafi'i yang polos itu, Ibunda Imam Syafi'i menutup pintunya sambil berkata " AKu menyuruh Syafi'i ke Iraq bukan untuk mencari dunia....!!!
beritahu kepada Syafi'i bahwa dia tidak boleh pulang ke rumah....!! "
Menuruti perintah ibunda Imam Syafi'i, santri Imam Syafi'ipun gemetar dan berkata kepada Imam Syafi'i "Wahai Imam, Ibunda anda marah ? dan menyuruh anda untuk tidak boleh pulang ke tumah."
Lalu Imam Syafi'i berkata " mengapa bisa demikian ?"
Santrinya pun menjawab " Wahai Imam, Sesungguhnya ibunda anda bertanya ? syafi'i membawa apa ? kemudian aku berkata bahwa " Imam Syafi'i Syafi'i membawa puluhan unta dan kekayaan lainnya...."
"Sungguh kesalahan besar dirimu, jika engkau menganggap Ibundaku akan bahagia dengan harta yang ku bawa ini. Baiklah, sekarang kumpulkan orang mmekkah dan bagikan semua unta dan kekayaan lainya pada penduduk mekkah, dan sisakan kitab-ku, setelah itu khabarkan lagi kepada Ibuku.... " Ujar Imam Syafi'i kepada santrinya.
Santri Imam Syafi'i itupun menurut apa yang diperintahkan oleh gurunya, lantas ia kembali ke rumah Imam Syafi'iuntuk menemui ibunda beliau. sesampai di depan rumah ia mengetuk pintu, dan terdengarlah dari dalam rumah "Siapa ?"
" Saya adalah Murid Imam Syafi'i yang kemarin dan ingin mengabarkan kepada anda, bahwa Imam Syafi'i telah membagikan semua untanya dan harta yang lainnya, yang beliau bawa hanya KITAB dan ILMU...." Jawab santri Imam Syafi'i.
"Alhamdulillah, Baiklah sekarang khabarkan kepada Syafi'i bahwa dia boleh pulang ke rumah dan dia aku tunggu ..."
Mendegar khabar itu Imam Syafi'i bahagia dan terharu dengan khabar tersebut, seraya mencium ibundanya yang telah lama tidak bertemu.

TASAWUF DAN MODERNISASI





Tasawuf dan modernisasi adalah dua term yang tidak bisa dipisahkan dan harus dimiliki oleh manusia karena keduanya memiliki peran masing-masing dalam diri manusia yakni dalam mengemban amanat-Nya sebagai wakil Allah Swt di muka bumi. Oleh karena itu, usaha mengembangkan keduanya menjadi sesuatu yang harus kita optimalkan. Bagaimana bertasawuf tanpa meninggalkan aktifitas di zaman modern tanpa meninggalkan konsep-konsep tasawuf.
Penulis yakin bahwa asumsi tentang peradaban zaman modern adalah bukan sesuatu yang “kotor”, apalagi tanpa “nilai” karena peradaban zaman modern (ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern yang merupakan ciri dari peradaban modern), dapat membimbing manusia kepada Allah beserta keagungan-Nya.
Alam semesta yang sangat luas adalah ciptaan Allah dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dapat dijadikan instrumen manusia untuk menyelidikinya, mengungkapkan keajaiban-Nya dan berusaha memanfaatkan kekayaan alam yang melimpah ruah untuk kesejahteraan hidupnya.
Dengan melihat peranan teknologi modern dan tasawuf yang sangat penting dalam kehidupan manusia, maka tidak selayaknya jika kita menempatkan keduanya pada posisi yang “antagonistik” (bertentangan satu dengan yang lain), tetapi hendaknya kita menempatkan keduanya pada posisi yang sejajar yakni sebagai mitra untuk membahagiakan manusia baik lahir maupun batin.

Teknologi modern memenuhi kepuasan lahir manusia dengan menampilkan seperangkat teknologi yang dapat memenuhi segala kebutuhan jasmani manusia, sedangkan tasawuf memenuhi kepuasan batin manusia dengan menampilkan seperangkat metodologi dalam mendekatkan diri pada kesempurnaan Allah Swt sehingga dapat memenuhi kebutuhan batin manusia. Oleh karena itu agar kehidupan menjadi semakin bermakna dan tidak mengurangi eksistensi kemanusiaan manusia modern, maka perlu adanya penanaman benih kesufian melalui jalan diterimanya tasawuf di tengah-tengah masyarakat muslim yang sedang menikmati dan mendayagunakan teknologi modern, sehingga apa yang diharapkan manusia itu sendiri yakni terwujudnya hidup yang aman, damai, sejahtera baik lahir maupun batin dapat benar-benar terealisasikan.

Membahas Tentang Orang Tua Rosulullah SAW



Kafirkah Orang Tua Rasullulloh?
(Meluruskan pemahaman yang sangat lancang)


Assalamualaikum Wr. Wb.

Madras Ribath - Pak Ustadz, saya pernah membaca sebuah artikel dari seorang ust, yang menyatakan bahwa kedua orang tua Rasullulloh wafat dalam keadaan kafir dan masuk neraka, benarkah demikian? Mohon jawabannya.Terima kasih.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Jawaban :
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Sebenarnya apa yang anda baca itu tidak akan memberikan faedah apa-apa buat keimanan kita. Dan mengingat bahwa kedua orang tua beliau SAW sudah wafat, maka apakah masuk surga atau neraka, semua menjadi urusan Allah.
Namun tidak ada salahnya untuk sedikit kita ulas di sini masalah tersebut, agar tidak melahirkan penasaran terus.
Sesungguhnya pertanyaan seperti ini memang mengusik perhatian .
Pendapat Pertama(jumhur,atau mayoritas ulama)
mengatakan bahwa keduanya termasuk ahlul fatrah, yaitu orang-orang yang hidup di masa tidak ada kenabian. Semenjak nabi Isa as hingga diutusnya nabi berikutnya terpaut jarak waktu yang panjang. Umat manusia hidup tanpa adanya risalah kenabian. Sebagian ulama mengatakan bahwa manusia yang hidup di masafatrah ini tidak dimintai pertanggung-jawaban.
Mereka mendasarkan pendapatnya dari firman Allah SWT:
Dan tidaklah Kami mengazab kecuali setelah mengirim seorang rasul (QS. Al-Isra:15)
Dan pendapat ini cukup adil dan sangat kuat karena tidak akan mungkin bertentangan antara dalil al quran dan hadits
Ini bisa juga kita baca dalam kitab shahih tirmizi bab mimpi,bahwa sepupu khadijah ra pun wafat sebelum nabi d angkat menjadi rosul,dan dalam mimpi itu nabi saw memberi isyarat bahwa warokoh bin naufal dalam syurga.
lantaran secara nalar tentu kita tidak bisa menerima bila seseorang dimasukkan ke dalam neraka, padahal tidak ada seorang nabi pun yang mengajarkan agama kepada mereka. Bagaimana Allah SWT yang Maha Adil itu sampai tega menghukum orang yang tidak tahu apa-apa?
Pendapat ini didukung antara lain oleh Al-Imam As-Suyuthi dan lainnya.
Dalil hadits
Hadits Nabi SAW :
قال رسول الله (( لم ازل انقل من اصلاب الطاهرين الى ارحام الطاهرات ))
“ aku (Muhammad SAW) selalu berpindah dari sulbi-sulbi laki-laki yang suci menuju rahim-rahim perempuan yang suci pula”
Jelas sekali Rasulullah SAW menyatakan bahwa kakek dan nenek moyang beliau adalah orang-orang yang suci bukan orang-orang musyrik karena mereka dinyatakan najis dalam Al-Qur’an. Allah SWT berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنَّمَا الْمُشْرِكُونَ نَجَسٌ
“Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis”
Nama ayah Nabi Abdullah, cukup membuktikan bahwa beliau beriman kepada Allah bukan penyembah berhala.
Jika anda ingin mengetahui lebih banyak, maka bacalah kitab ‘Masaliku al-hunafa fi waalidai al-Musthafa” karangan Imam Suyuthi.
Dalil ke3
As-Suhaili setelah meriwayatkan hadits al-Hakim dari Ibnu Mas’ud (dan dikatakan shahih olehnya):
سُئِلَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ أَبَوَيْهِ فَقَالَ مَا سَأَلْتُهُمَا رَبِّي فَيُعْطِيْنِي فِيْهِمَا وَإِنِّي الْقَائِمُ يَوْمَئِذٍ الْمَقَامَالْمَحْمُوْدَ
“Rasulallah ditanya tentang ayahanda dan ibunda beliau, beliau menjawab: ‘Sesuatu yang aku minta kepada Tuhanku untuk kedua orang tuaku, Allah memberikannya kepadaku untuk kedua orang tuaku, dan aku yang akan mengurus mereka saat dalammaqam mahmud [syafaat].
Pendapat Kedua
Namun sebagian ulama berkesimpulan yang berbeda. Sebab mereka mendapati adanya hadits yang sekilas sangat tegas menyebutkan bahwa Rasulullah tidak diizinkan untuk memintakan ampunan buat kedua orang tuanya.
Rasulullah SAW bersabda, "Aku meminta izin kepada Tuhanku untuk memintakan ampunan buat ibuku, namun Dia tidak mengizinkan Aku. Aku meminta izin untuk menziarahi kuburnya, Aku pun diizinkan." (HR. Muslim)
Imam Suyuthi menerangkan bahwa Hammad perowi hadits di atas diragukan oleh para ahli hadits dan hanya diriwayatkan oleh Imam Muslim. Padahal banyak riwayat lain yang lebih kuat darinya seperti riwayat Ma’mar dari Anas, al-Baihaqi dari Sa’ad bin Abi Waqosh :
“اِنَّ اَعْرَابِيًّا قَالَ لِرَسُوْلِ الله اَيْنَ اَبِي قَالَ فِي النَّارِ قَالَ فَأَيْنَ اَبُوْكَ قَالَ حَيْثُمَا مَرَرْتَ بِقَبْرِ كَافِرٍ فَبَشِّّرْهُ بِالنَّارِ”
Sesungguhnya A’robi berkata kepada RasulullahSAW “ dimana ayahku ?, Rasulullah SAW menjawab : “ dia di neraka”, si A’robi pun bertanya kembali “ dimana AyahMu ?, Rasulullah pun menawab “ sekiranya kamu melewati kuburan orang kafir, maka berilah kabar gembira dengan neraka “
Riwayat di atas tanpa menyebutkan ayah Nabi di neraka.
Kalau kita pahami sekilas memang ada kesan bahwa ibunda nabi SAW itu tidak masuk surga. Sebab Rasulllah SAW sampai memerlukan memintakan ampunan atasnya. Dan ternyata permintaan itu tidak dikabulkan Allah SWT.
Namun kesimpulan pendapat kedua ini tidak bisa diterima Mereka menolak bila hadits itu disimpulkan dengan cara demikian. Kalau Allah SWT tidak memperkenankan Rasulullah SAW memintakan ampunan untuk kedua orang tua, tidak berarti orang tuanya bukan muslim. Sebagaimana ketika Rasulullah SAW tidak menyalatkan jenazah yang masih punya hutang, sama sekali tidak menunjukkan bahwa jenazah it mati dalam keadaan kafir.
Adapun larangan Allah SWT untuk memintakan ampunan orang kafir adalah semata-mata karena orang itu sudah diajak masuk Islam, namun tetap membangkang dan akhirnya tidak sempat masuk Islam dan mati dalam keadaan kafir. Sedangkan kedua orang tua nabi SAW sama sekali belum pernah membangkang atau mengingkari dakwah. Sebab mereka ditakdirkan Allah SWT untuk hidup sebelum masa turunnya wahyu.
Sebaiknya buat kita untuk segera menutup diskusi seperti ini, karena tidak akan menambah apapun. Sementara bagi Rasulullah SAW justru akan sangat mengiris dan menyakiti hati beliau . Dan kita tidak boleh menyakiti hati beliau dengan memvonis bahwa kedua orang tua beliau kafir.
Al-Qadhi Ibnu Arabi al-Maliki, seorang ahli fiqih dan hadits dari kalangan Malikiyyah, ketika ditanya tentang seseorang yang mengatakan bahwa ayahhanda Nabi masuk Neraka, beliau menjawab: “Orang tersebut dilaknat karena Allah berfirman (Q.S. al-Ahzab: 57):
إنَّ الّذِينَ يُؤْذُونَ اللهَ وَرَسُولَهُ لَعَنَهُمُ اللهُ في الدُّنْيَا والآخِرَةِ
“Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan rasul-Nya dilaknat oleh Allah di dunia dan akhirat.”[12]
As-Suhaili setelah meriwayatkan hadits al-Hakim dari Ibnu Mas’ud (dan dikatakan shahih olehnya):
Sedangkan dalil yang mengatakan orang tua nabi dalam neraka itu sangat bertentangan dengan banyak riwayat di atas tadi kita
Wallahu a'lam bishshawab wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,