Thursday, June 9, 2016
Hikayat Mbak Kyai Bahar dan Syikhona Kholil Bangkalan
KIAI BAHAR SIDOGIRI: MEMBUAT SYAIKHONA KHOLIL BANGKALAN MENETESKAN AIR MATA SAMPAI 7 TURUN DARI KETURUNAN BELIAU HARUS MONDOK DI SIDOGIRI
Kiai Bahar bin Norhasan bin Noerkhotim mondok di pesantren Syaikhona Kholil Bangkalan pada umur 9 atau 12 tahun. Di antara teman seperiode beliau ketika mondok di Bangkalan adalah KH Manaf Abd Karim, pendiri Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur. Tidak banyak keterangan tentang bagaimana Kiai Bahar saat nyantri di Bangkalan, baik tahun atau kegiatan kesehariannya. Namun kisah yang masyhur adalah tentang beliau ditakzir dan “diusir” oleh gurunya.
Alkisah, ketika Bahar kecil mondok di pesantren Syaikhona Kholil, beliau bermimpi tidur dengan istri Syaikhona Kholil. Pagi harinya (versi lain waktu Subuh) Syaikhona Kholil keluar dengan membawa pedang (versi lain golok tumpul) sambil marah-marah pada santrinya.
“Korang ajer! Sapah malemmah tedung bereng bi’ tang bineh. Ayoh ngakoh! Sapah malemmah tedung bereng bi’ tang bineh?! (Kurang ajar! Siapa tadi malam yang tidur dengan istri saya? Ayo mengaku! Siapa yang tadi malam tidur dengan istri saya?!),” kata Syaikhona Kholil dalam bahasa Madura.
Semua santri ketakutan dan tidak ada yang berani menjawab, karena mereka merasa tidak melakukannya. Lalu Syaikhona Kholil menyuruh mereka berjalan dua-dua (bergandengan) di depan beliau.
“Ayuh keluar wek-duwek! (Ayo keluar dua-dua!),” bentak Syaikhona Kholil yang terkenal keras itu.
Para santri pun keluar secara bergandengan. Namun, santri yang terakhir tidak ada gandengannya. Syaikhona Kholil yang mengetahui hal itu heran dan berkata, “Leh, riyyah kemmah berengah? (Lah, ini mana gandengannya?).”
“Sobung Kiaeh (tidak ada Kiai),” jawab santri yang tanpa pasangan tersebut dengan gemetar.
“Paleng se ngetek jiah se tedung bi’ tang bineh! Ayuh sare’en, sare’en! (Mungkin yang bersembunyi itu yang tidur dengan istri saya! Ayo cari, cari!),” perintah beliau.
Segera semua santri (yang waktu itu berjumlah 20 orang) mencari Bahar kecil yang bersembunyi di biliknya (kamar) karena merasa bersalah dengan mimpi yang dialaminya. Akhirnya Bahar kecil ditemukan dan dibawa ke hadapan Syaikhona Kholil. Dengan berterus terang, Bahar kecil menceritakan apa yang dialaminya itu, “Enggi kauleh Kiaeh, keng kauleh nekah mempeh! (Ya, memang saya yang melakukannya Kiai, tapi cuma mimpi!).”
Setelah mendengarkan penuturan santrinya itu, Syaikhona Kholil menghukumnya dengan disuruh menebang pohon-pohon bambu (barongan) di belakang dalem (rumah) dengan pedang tumpul yang sejak tadi dalam genggaman beliau.
“Setiah be’en etindak bi’ engko’! Barongan se bedeh neng budinah romah ruah ketok kabbi sampek berse! Jek sampek bedeh karenah tekkaah daun settong! (Sekarang kamu saya tindak. Rumpun bambu yang ada di belakang rumah saya itu tebang semua sampai bersih! Jangan sampai ada sisanya, meskipun selembar daun!),” kata beliau.
Dalam riwayat lain, Syaikhona Kholil mengatakan, “Reng-perreng poger kabbih, seareh koduh mareh! (Bambu-bambu itu tebang semua, sehari harus selesai).” Ajaib, ternyata Bahar kecil bisa merampungkannya setengah hari.
Setelah selesai dari tugasnya, Bahar kecil pergi menghadap Syaikhona Kholil, untuk melaporkan hasil pekerjaannya. Syaikhona Kholil yang melihatnya menghadap bertanya dengan nada tinggi, “Mareh (sudah)?!”
Bahar kecil menjawab singkat, “Enggi, ampon (Iya, sudah)” sambil menyerahkan kembali pedang yang dibawanya tadi.
Setelah itu, Syaikhona Kholil mengajaknya ke dalam suatu ruangan yang di dalamnya tersedia beberapa talam penuh nasi, lengkap dengan lauk-pauknya, yang konon cukup untuk makan 40 orang. Ternyata Syaikhona Kholil menyuruhnya menghabiskan semuanya.
“Setiah, riyyah kakan patadek! Jek sampek tak epetadek. Mon sampek tak apetadek, e padhdheng been! (Sekarang, makan ini sampai habis! Jangan sampai tidak dihabiskan. Kalau tidak dihabiskan, saya tebas kamu!),” perintahnya dengan nada mengancam.
Secara akal, tidak mungkin satu orang bisa menghabiskan makanan sebanyak itu. Tetapi ternyata Bahar kecil bisa memakan semuanya sampai habis dalam waktu singkat.
Setelah selesai, Syaikhona Kholil membawanya ke ruangan lain yang penuh dengan aneka buah-buahan.
“Setiah, riyyah petadek! (Sekarang, habisakan ini!),” perintah beliau. Segera Bahar kecil melaksanakan perintah gurunya. Buah-buahan dalam ruangan itu pun habis dalam waktu singkat.
Setelah itu, Bahar kecil diajak keluar dari ruangan itu oleh Syaikhona Kholil dengan menangis. Bahar kecil tidak mengerti, kenapa gurunya menangis.
“Tang elmoh la epatadek bi’ Mas Bahar. Wes lah kakeh moleh (Ilmuku sudah dihabiskan oleh Mas Bahar. Sudah pulanglah kamu!),” kata Syaikhona Kholil kepada Bahar kecil seraya mengusap air matanya. Nasi, lauk-pauk, serta buah-buahan merupakan isyarah akan aneka macam ilmu Syaikhona Kholil.
Riwayat lain menyebutkan bahwa Syaikhona Kholil berkata, “Engkok nyareh elmoh neng Sidogiri payah, setia lah ekoneiin pole (Saya menacari ilmu ke Sidogiri dengan susah payah, sekarang sudah dijemput [baca: diambil] kembali).”
Dan sebagian riwayat menyebutkan, setelah Bahar kecil selesai membabat pohon bambu, beliau disiram/dimandikan oleh Syaikhona Kholil. Ketika disiram, beliau melafalkan niat wudhu. Setelah itu Syaikhona Kholil menyuruh beliau pulang ke Sidogiri.
Saat Bahar kecil pulang ke Sidogiri, Syaikhona Kholil mengikutsertakan 7 santrinya dari Madura untuk menjadi santri Bahar kecil. Masa mondok Bahar kecil kepada Syaikhona Kholil adalah seminggu, atau kurang dari satu bulan. Setelah pulang, Bahar kecil langsung menjadi Pengasuh Pondok Pesantren Sidogiri. Karena usianya yang sangat muda Bahar kecil dikenal dengan sebutan Kiai Alit (dalam bahasa Jawa, “alit” berarti “kecil”).
Menurut riwayat, setelah peristiwa itu, Syaikhona Kholil Bangkalan pernah berkata tentang Sidogiri, “Tujuh turun dari keturunan saya harus mondok di Sidogiri.”
Disarikan dari buku "Jejak Langkah 9 Masyayikh Sidogiri 2" terbitan Sidogiri Penerbit.
Kisah 5 Kiai yang Dikenal Memiliki Kesaktian Luar Biasa
Ilmu agama dan ilmu kanuragan atau kesaktian ibarat dua sisi mata uang bagi warga Nahdliyin–sebutan bagi warga Nahdlatul Ulama (NU). Keduanya tidak bisa dipisahkan. Sebab, seorang ulama, kiai, atau penganjur kebenaran, harus dibekali kemampuan lebih untuk menjaga diri ketika berdakwah.
Maka wajar kemudian kisah-kisah kiai legendaris NU selalu lekat dengan ilmu kanuragan. Banyak kiai NU yang selain dikenal memiliki ilmu agama mumpuni, juga dikenal sakti karena mengajarkan beladiri. Sebut saja nama almarhum Kiai Maksum Djahuri atau Gus Maksum, pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri.
Berikut ini kisah-kisah kiai legendaris NU yang dikenal memiliki kesaktian seperti dirangkum dari berbagai sumber:
1. Gus Maksum, kiai sekaligus pendekar
Bagi warga Nahdliyin (sebutan untuk warga Nahdlatul Ulama/NU), nama Kiai Maksum Djauhari atau Gus Maksum, pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Lirboyo, Kediri, Jawa Timur, selain dikenal sebagai kiai juga dikenal sebagai pendekar. Sebab selain pandai mengaji kitab kuning, kiai nyentrik tersebut juga ahli dalam seni beladiri atau silat.
Dikutip dari Buku Antologi Sejarah, Istilah, Amaliah, Uswah NU, Karya Soeleiman Fadeli dan Muhammad Subhan, semasa kecil Gus Maksum tidak hanya diisi dengan rutinitas mengaji. Namun dia juga gemar mengembara ke berbagai daerah di Pulau Jawa untuk berguru ilmu silat. Dari hasil pengembaraannya itulah beliau di masa dewasanya tampil menjadi pendekar legendaris di kalangan NU.
Penampilan Kiai NU ini terbilang nyentrik; berambut gondrong, jenggot dan kumis panjang, bersarung setinggi lutut, memakai bakiak, berpakaian seadanya dan tidak makan nasi. Di kalangan dunia persilatan, beliau dikenal sangat mahir dan menguasai berbagai aliran silat dengan sempurna.
Konon saking saktinya sampai rambut beliau tidak mempan dipotong, mulutnya bisa menyemburkan api, mahir menaklukkan jin, mampu melemparkan sapi seperti melemparkan sandal, tidak mempan disantet, tidak mempan senjata tajam, dan lain sebagainya.
Gus Maksum wafat di Kanigoro pada 12 Januari 2003. Jenazahnya dimakamkan di pemakaman keluarga, sebelah barat masjid lama Ponpes Lirboyo. Kiai yang lahir di Kanigoro, Kras, Kediri, pada 8 Agustus 1944 itu juga merupakan pendiri perguruan silat NU Pagar Nusa yang kini semakin banyak anggotanya di seluruh Indonesia.
2. Kiai Abbas Buntet, Cirebon
Tokoh sentral NU lainnya yang dikenal sakti adalah Kiai Abbas Buntet. Pengasuh Pondok Pesantren Buntet, Cirebon, itu selain mengajarkan kitab kuning juga mengobarkan semangat perjuangan mengusir penjajah Belanda.
Kiai Abbas adalah putra sulung Kiai Abdul Jamil yang dilahirkan pada hari Jumat 24 Zulhijah 1300 H atau 25 Oktober 1800 M di desa Pekalangan, Cirebon. Sedangkan Kiai Abdul Jamil adalah putra dari Kiai Mutaad yang tak lain adalah menantu pendiri Pesantren Buntet, yakni Mbah Muqayyim salah seorang mufti di Kesultanan Cirebon.
Pada dasarnya Kiai Abbas adalah keturunan ulama. Karena itu pertama ia belajar pada ayahnya sendiri, Kiai Abdul Jamil. Setelah menguasai dasar-dasar ilmu agama, baru pindah ke Pesantren Sukanasari, Plered, Cirebon di bawah pimpinan Kiai Nasuha. Setelah itu dia pindah lagi ke sebuah pesantren salaf di daerah Jatisari di bawah pimpinan Kiai Hasan.
Setelah itu keluar daerah, yakni ke sebuah pesantren di Jawa Tengah, tepatnya di kabupaten Tegal yang diasuh oleh Kiai Ubaidah. Setelah berbagai ilmu keagamaan dikuasai, selanjutnya ia pindah ke pesantren yang sangat kondang di Jawa Timur, yakni Pesantren Tebuireng, Jombang, di bawah asuhan Hadratusyekh Hasyim Asyari, tokoh kharismatik yang kemudian menjadi pendiri NU.
Dia juga belajar ke Mekkah dan kembali bersama-sama dengan Kiai Bakir Yogyakarta, Kiai Abdillah Surabaya dan Kiai Wahab Chasbullah Jombang. Sebagai santri yang sudah matang, maka di waktu senggang Kiai Abbas ditugasi untuk mengajar pada para mukminin (orang-orang Indonesia yang tertinggal di Mekkah).
Bermodal ilmu pengetahuan yang diperoleh dari berbagai pesantren di Jawa, kemudian dipermatang lagi dengan keilmuan yang dipelajari dari Mekah, serta upayanya mengikuti perkembangan pemikiran Islam yang terjadi di Timur Tengah pada umumnya, maka mulailah Kiai Abbas memegang tampuk pimpinan Pesantren Buntet.
Ketika mengaji Kiai Abbas hanya beralaskan tikar. Namun demikian santri yang datang berjubel di langgarnya. Mereka berdatangan hampir dari seluruh pelosok daerah. Ada yang datang dari daerah sekitar Jawa Barat, Jawa Tengah bahkan juga ada yang dari Jawa Timur. Mereka bukan santri yang hendak menimba ilmu agama, melainkan inilah masyarakat yang hendak belajar ilmu kesaktian pada sang guru.
Dalam tradisi pesantren, selain dikenal dengan tradisi ilmu kitab kuning juga dikenal dengan tradisi ilmu kanuragan atau ilmu bela diri. Keduanya wajib dipelajari. Apalagi dalam menjalankan misi dakwah dan berjuang melawan penjahat dan penjajah. Kehadiran ilmu kanuragan menjadi sebuah keharusan.
Oleh karena itu ketika usianya mulai senja, sementara perjuangan kemerdekaan saat itu sedang menuju puncaknya, maka pengajaran ilmu kanuragan dirasa lebih mendesak untuk mencapai kemerdekaan. Kiai Abbas mulai merintis perlawanan dengan mengajarkan berbagai ilmu kesaktian pada masyarakat.
Dengan mengajarkan ilmu kanuragan itu maka pesantren Buntet dijadikan sebagai markas pergerakan kaum Republik untuk melawan penjajahan. Mulai saat itu Pesantren Buntet menjadi basis perjuanagan umat Islam melawan penjajah yang tergabung dalam barisan Hizbullah.
Kiai NU lain yang juga dikenal memiliki karomah adalah Kiai Amin bin Irsyad atau lebih akrab dikenal sebagai Kiai Amin Sepuh. Lahir pada hari Jumat, 24 Dzulhijjah 1300 H, bertepatan dengan tahun 1879 M, di Mijahan Plumbon, Cirebon, Jawa Barat. Konon Kiai Amin termasuk ahlul bait, dari silsilah Syech Syarif Hidayatullah.
Seperti tradisi kiai-kiai NU lainnya, semasa kecil dia juga belajar ilmu agama dari satu pondok pesantren ke pesantren lainnya. Selain belajar ilmu agama, dia juga belajar ilmu kanuragan dari bapaknya sendiri, Kiai Irsyad yang wafat di Mekkah. Kemudian, setelah dirasa cukup menguasai dasar-dasar ilmu agama dan ilmu kanuragan dari sang ayah, beliau dipindahkan ke pesantren Sukasari, Plered, Cirebon di bawah asuhan Kiai Nasuha.
Setelah itu dia pindah ke pesantren di Jatisari di bawah bimbingan Kiai Hasan. Kemudian belajar ke Pesantren Kaliwungu Kendal, ke Pesantren Mangkang Semarang, ke Pesantren Bangkalan Madura di bawah asuhan Kiai Cholil. Di Bangkalan dia di bawah bimbingan Kiai Hasyim Asyari, yang mana pada waktu itu Kiai Hasyim masih tahassus (menyimak dan menggali pemikiran) kepada Kiai Cholil.
Ketika Kiai Hasyim pulang dan mengajar ke Tebuireng, Kiai Amin pun ikut bertahassus ke sana. Selanjutnya Kiai Amin belajar ke Mekkah. Berikutnya Kiai Amin menimba ilmu kepada Kiai Ismail bin Nawawi di Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon. Setelah menyelesaikan tahassus, kemudian dinikahkan dengan keponakan Kiai Ismail.
Sehingga sepeninggal Kiai Ismail, Kiai Amin lalu meneruskan mengajar di pesantren. Pada masa penjajahan, pesantren selalu menjadi basis perlawanan. Para santri menyebarkan informasi dari satu tempat ke tempat lain, dan tak jarang pula mereka menjadi garda depan melawan penjajah.
Selain dikenal sebagai ulama, Kiai Amin juga dikenal sebagai pendekar yang menguasai ilmu bela diri dan kanuragan. Ada kisah di kalagan warga Ciwaringin, dalam pertempuran 10 November 1945 di Surabaya, Kiai Amin dan ulama lain di Cirebon ikut mengirim laskar ke Surabaya. Bahkan Kiai Amin sendiri ikut berangkat serta turut mengusahakan pendanaan untuk biaya keberangkatan.
Kiai Amin ini bagi warga Nahdliyin sangat legendaris. Konon dalam perang di Surabaya itu dia tidak mempan senjata maupun peluru saat bertempur. Bahkan, dia juga dikabarkan tidak mati meskipun dilempari bom sebanyak 8 kali.
4. Karomah Kiai Hamid, Pasuruan
Kiai Hamid Abdullah, Pasuruan, Jawa Timur, juga dikenal sebagai kiai NU yang memiliki karomah. Suatu ketika di masa Pemerintahan Orde Baru, Kiai Hamid diajak masuk ke partai pemerintah. Namun dia menyambut ajakan itu dengan ramah dan menjamu tamunya dari kalangan birokrat itu.
Namun ketika surat persetujuan masuk partai pemerintah itu disodorkan bersama pulpennya, Kiai Hamid tetap menerima dan menandatanganinya. Anehnya pulpen yang disodorkan untuk tandatangan tersebut tidak bisa keluar tinta alias macet. Lalu digantilah dengan pulpen lain, tapi tetap tak mau keluar tinta dan seterusnya.
5. Karomah Gus Dur
Terakhir adalah Kiai Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Semua warga NU pasti mengenal figur satu ini karena pernah menjabat sebagai presiden. Namun demikian, selain dikenal sebagai kiai yang mengajar kitab kuning, Gus Dur juga dikenal sebagai politisi, budayawan, dan seniman. Bahkan Gus Dur juga dikait-kaitkan dengan kesaktian. Dalam berbagai cerita, Gus Dur disebut-sebut memiliki karomah, salah satunya diceritakan Khoirul, sopir pribadi Gus Dur. Dikutip dari http://www.nu.or.id, kisah kesaktian Gus Dur ini dialami waktu di jalan raya.
Suatu ketika, ia sedang berada di Majenang Cilacap mengantar Gus Dur dan beberapa orang anggota rombongan dalam dua mobil. Saat itu sudah jam 12 siang dan Gus Dur mengajak pulang karena di rumah ada tamu yang harus ditemuinya pada jam 13.00. Ia pun segera putar arah dan mobil rombongan di belakang mengikutinya di belakang. Karena sudah ada janji, ia ngebut, tetapi tak yakin bisa segera sampai di Ciganjur, tempat tinggal Gus Dur tepat waktu. Ia berpikiran, paling-paling bisa sampai di Jakarta pukul 3 atau 4 sore mengingat jaraknya sangat jauh. Rute yang harus dilalui masih sangat jauh karena harus melewati kawasan Puncak yang jalannya kecil, berliku-liku dan naik turun. Apalagi saat itu belum ada Tol Cipularang.
Ia pun tetap menggeber mobilnya secepat yang bisa ia lakukan. Mobil rombongan satunya di belakang tidak kelihatan, tampaknya sudah jauh ketinggalan. Singkat kata, sampailah mobil itu di rumah Gus Dur dan ia merasa lega selamat sampai di rumah. Ia menengok jam tangannya. Angka yang masih diingatnya sampai sekarang, “pukul 13.12 menit”. Jakarta Cilacap hanya ditempuh dalam waktu 1 jam lebih sedikit.
Dan Gus Dur tidak terlambat menerima tamunya yang juga baru saja sampai. Rombongan mobil di belakangnya baru sampai di Ciganjur pukul 16.30, beda empat jam lebih dari perjalanannya.
Wednesday, June 8, 2016
BINTANG-BINTANG YANG DISEBUTKAN DALAM KITAB TAFSIR
Berikut ini Nama-nama Planet Yang Sering di Sebut di Kitab2 Tafsir Salaf:
karena planet-planet ini bisa dilihat dengan pandangan mata di negeri Arab.
1. Uthorid (Planet Merkurius)
2. Zuhroh (Planet Venus / Kejora)
3. Al-Ardhu (Bumi)
4. Mirrikh / Bahrom (Planet Mars)
5. Musytari / Narjas (Planet Jupiter)
6. Zuhal (Planet Saturnus)
Ditambah lagi :
7. Asy-Syams (Matahari)
8. Al-Qomar (Bulan) , dll
Berikut ini keterangannya:
1. Imam Al-Qurtubi (meninggal 671 H) dalam Tafsirnya "Al-Jami' li Ahkamil Qur'an" (juz 11/hal 286), ketika menafsirkan ayat ke 32-33 dari Surat Al-Anbiya', maka beliau (Imam Qurtubi) berkata :
أَنَّ السَّيَّارَةَ تَجْرِي فِي الْفَلَكِ...فَالْقَمَرُ فِي الْفَلَكِ الْأَدْنَى، ثُمَّ عُطَارِدُ، ثُمَّ الزُّهْرَةُ، ثُمَّ الشَّمْسُ، ثُمَّ الْمَرِّيخُ، ثُمَّ الْمُشْتَرِي ثُمَّ زُحَلُ، وَالثَّامِنُ فَلَكُ الْبُرُوجِ، وَالتَّاسِعُ الْفَلَكُ الْأَعْظَمُ.
Terjemahannya: "Sesungguhnya bintang-bintang Sayyaroh beredar/berputar pada tempat-tempat edaran/ligkarannya (Galaksi).., (Bintang2 sayyaroh) seperti: Qomar (Bulan) yang terdekat (dengan Bumi), kemudian Uthorid (Merkurius), Zuhroh (Venus), Syams (Matahari), Mirrikh (Mars), Musytari (Jupiter), lalu Zuhal (Saturnus), dan yang kedelapan: peredaran Falakul Buruj (Bintang2 yang membentuk gugusan), dan yang ke sembilan : Falakul A'dhom (Bintang2 yang super besar).
2. Imam Al-Baghowi (Meninggal 510 H) dalam tafsirnya: "Ma'alimut Tanzil" (Juz 6?hal 92) menafsirkan ayat ke 61 dari Surat Al-Furqon, : imam Baghawi menukil dari perkataan Ibnu Abbas :
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ: هِيَ الْبُرُوجُ الِاثْنَا عَشْرَ الَّتِي هِيَ مَنَازِلُ الْكَوَاكِبِ السَّبْعَةِ السَّيَّارَةِ، وَهِيَ الْحَمَلُ، وَالثَّوْرُ، وَالْجَوْزَاءُ، وَالسَّرَطَانُ، وَالْأَسَدُ، وَالسُّنْبُلَةُ، وَالْمِيزَانُ، وَالْعَقْرَبُ، وَالْقَوْسُ، وَالْجَدْيُ، وَالدَّلْوُ، وَالْحُوتُ، فَالْحَمَلُ وَالْعَقْرَبُ بَيْتَا الْمِرِّيخِ، وَالثَّوْرُ وَالْمِيزَانُ بَيْتَا الزُّهَرَةِ، وَالْجَوْزَاءُ وَالسُّنْبُلَةُ بَيْتًا عُطَارِدِ، وَالسَّرَطَانُ بَيْتُ الْقَمَرِ، وَالْأَسَدُ بَيْتُ الشَّمْسِ، وَالْقَوْسُ وَالْحُوتُ بَيْتَا الْمُشْتَرَى، وَالْجَدْيُ وَالدَّلْوُ بَيْتَا زُحَلَ.
Terjemahannya:
Ibnu Abbas berkata : "Al-Buruj" maknanya 12 Rasi Bintang yang terletak di gugusan 7 Planet Sayyaroh, Rasi bintang itu adalah Rasi bintang Hamal, Tsaur, Jauza', Saroton, Asad, Sumbulah, Mizan, Aqrob, Qous, Jadyu, Dalwu, dan Hut. Adapun rasi bintang Hamal dan Aqrob berada di arah terdekat Planet Mirrikh (planet Mars), Tsaur dan Mizan berada di arah terdekat planet Zuhroh (Planet Venus), Jauza' dan Sunbulah berada di arah terdekat planet Uthorid (Planet Merkurius), Saroton berada di arah terdekat Qomar (Bulan), Asad berada di arah terdekat Syams (Matahari), Qous dan Hut berada di arah terdekat bintang Musytari (Planet Jupiter), Jadyu dan Dalwu berada di arah terdekat bintang Zuhal (Planet Saturnus)".
3. Ibnu Asyur -Rahimahullah- (Meninggal 1393 H) dalam tafsir "At-Tahrir Wat Tanwir" (juz 3/hal. 24)" menyebutkan tentang makna penafsiran ayat 255 dari Surat Al-Baqarah, maka beliau berkata :
الشَّمْسِيِّ وَهِيَ: فُلْكَانَ، عُطَارِدُ، وَالزُّهْرَةُ، وَهَذِهِ تَحْتَ الشَّمْسِ إِلَى الْأَرْضِ، وَالْمِرِّيخُ، وَالْمُشْتَرِي، وَزُحَلُ، وَأُورَانُوسُ، وَنِبْتُونُ، وَهَذِهِ فَوْقَ الشَّمْسِ عَلَى هَذَا التَّرْتِيبِ فِي الْبُعْدِ، إِلَّا أَنَّهَا فِي عِظَمِ الْحَجْمِ يَكُونُ أَعْظَمَهَا الْمُشْتَرِي، ثُمَّ زُحَلُ، ثُمَّ نِبْتُونُ، ثُمَّ أُورَانُوسُ، ثُمَّ الْمِرِّيخُ
Terjemahannya: "Matahari memiliki dua rangkaian edaran (Falakan), yaitu meliputi edaran Uthorid (Planet Merkurius), dan edaran Zuhroh (Planet Venus), dua planet ini dibawah Matahari (antara Matahari) dengan Ardh (Planet Bumi), Adapun Mirrikh (Planet Mars), Musytari (Planet Jupiter), Zuhal (Planet Saturnus), Uronus (Planet Uranus), dan Nibtun (Planet Neptunus) berada diatas matahari dengan susunan yang teratur, yang jaraknya semakin jauh dari Matahari", bintang-bintang ini berukuran besar, ukuran yang paling besar adalah Musytari (Planet Jupiter), kemudian (lebih kecil lagi) bintang Zuhal (Planet Saturnus), kemudian (lebih kecil lagi) bintang Nibtun (Planet Neptunus), kemudian Uronus (Planet Uranus), lalu bintang Mirrikh (Planet Mars)".
4. Ulama' Muta'akhkhirin Syeikh Abdurrahman bin Nasir As-Sa'di (meninggal 1376 H) dalam tafsirnya "Taisir Karimir Rahman.." (juz1/hal 912): tentang tafsir surat at-Takwir, ayat: 15, mengenai makna Al-Khunnas, beliau berkata:
وهي النجوم السبعة السيارة: " الشمس "، " القمر "، و " الزهرة "، و " المشترى "، و " المريخ "، و " زحل "، و " عطارد "، فهذه السبعة لها سيران
Terjemahannya:
"Khunnas adalah 7 bintang Sayyaroh, yaitu: Syams (matahari), Qomar (bulan), Zuhroh (Venus), Musytari (Jupiter), Zuhal (Saturnus), dan Uthorid (Merkurius)".
2. Zuhroh (Planet Venus / Kejora)
3. Al-Ardhu (Bumi)
4. Mirrikh / Bahrom (Planet Mars)
5. Musytari / Narjas (Planet Jupiter)
6. Zuhal (Planet Saturnus)
Ditambah lagi :
7. Asy-Syams (Matahari)
8. Al-Qomar (Bulan) , dll
Berikut ini keterangannya:
1. Imam Al-Qurtubi (meninggal 671 H) dalam Tafsirnya "Al-Jami' li Ahkamil Qur'an" (juz 11/hal 286), ketika menafsirkan ayat ke 32-33 dari Surat Al-Anbiya', maka beliau (Imam Qurtubi) berkata :
أَنَّ السَّيَّارَةَ تَجْرِي فِي الْفَلَكِ...فَالْقَمَرُ فِي الْفَلَكِ الْأَدْنَى، ثُمَّ عُطَارِدُ، ثُمَّ الزُّهْرَةُ، ثُمَّ الشَّمْسُ، ثُمَّ الْمَرِّيخُ، ثُمَّ الْمُشْتَرِي ثُمَّ زُحَلُ، وَالثَّامِنُ فَلَكُ الْبُرُوجِ، وَالتَّاسِعُ الْفَلَكُ الْأَعْظَمُ.
Terjemahannya: "Sesungguhnya bintang-bintang Sayyaroh beredar/berputar pada tempat-tempat edaran/ligkarannya (Galaksi).., (Bintang2 sayyaroh) seperti: Qomar (Bulan) yang terdekat (dengan Bumi), kemudian Uthorid (Merkurius), Zuhroh (Venus), Syams (Matahari), Mirrikh (Mars), Musytari (Jupiter), lalu Zuhal (Saturnus), dan yang kedelapan: peredaran Falakul Buruj (Bintang2 yang membentuk gugusan), dan yang ke sembilan : Falakul A'dhom (Bintang2 yang super besar).
2. Imam Al-Baghowi (Meninggal 510 H) dalam tafsirnya: "Ma'alimut Tanzil" (Juz 6?hal 92) menafsirkan ayat ke 61 dari Surat Al-Furqon, : imam Baghawi menukil dari perkataan Ibnu Abbas :
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ: هِيَ الْبُرُوجُ الِاثْنَا عَشْرَ الَّتِي هِيَ مَنَازِلُ الْكَوَاكِبِ السَّبْعَةِ السَّيَّارَةِ، وَهِيَ الْحَمَلُ، وَالثَّوْرُ، وَالْجَوْزَاءُ، وَالسَّرَطَانُ، وَالْأَسَدُ، وَالسُّنْبُلَةُ، وَالْمِيزَانُ، وَالْعَقْرَبُ، وَالْقَوْسُ، وَالْجَدْيُ، وَالدَّلْوُ، وَالْحُوتُ، فَالْحَمَلُ وَالْعَقْرَبُ بَيْتَا الْمِرِّيخِ، وَالثَّوْرُ وَالْمِيزَانُ بَيْتَا الزُّهَرَةِ، وَالْجَوْزَاءُ وَالسُّنْبُلَةُ بَيْتًا عُطَارِدِ، وَالسَّرَطَانُ بَيْتُ الْقَمَرِ، وَالْأَسَدُ بَيْتُ الشَّمْسِ، وَالْقَوْسُ وَالْحُوتُ بَيْتَا الْمُشْتَرَى، وَالْجَدْيُ وَالدَّلْوُ بَيْتَا زُحَلَ.
Terjemahannya:
Ibnu Abbas berkata : "Al-Buruj" maknanya 12 Rasi Bintang yang terletak di gugusan 7 Planet Sayyaroh, Rasi bintang itu adalah Rasi bintang Hamal, Tsaur, Jauza', Saroton, Asad, Sumbulah, Mizan, Aqrob, Qous, Jadyu, Dalwu, dan Hut. Adapun rasi bintang Hamal dan Aqrob berada di arah terdekat Planet Mirrikh (planet Mars), Tsaur dan Mizan berada di arah terdekat planet Zuhroh (Planet Venus), Jauza' dan Sunbulah berada di arah terdekat planet Uthorid (Planet Merkurius), Saroton berada di arah terdekat Qomar (Bulan), Asad berada di arah terdekat Syams (Matahari), Qous dan Hut berada di arah terdekat bintang Musytari (Planet Jupiter), Jadyu dan Dalwu berada di arah terdekat bintang Zuhal (Planet Saturnus)".
3. Ibnu Asyur -Rahimahullah- (Meninggal 1393 H) dalam tafsir "At-Tahrir Wat Tanwir" (juz 3/hal. 24)" menyebutkan tentang makna penafsiran ayat 255 dari Surat Al-Baqarah, maka beliau berkata :
الشَّمْسِيِّ وَهِيَ: فُلْكَانَ، عُطَارِدُ، وَالزُّهْرَةُ، وَهَذِهِ تَحْتَ الشَّمْسِ إِلَى الْأَرْضِ، وَالْمِرِّيخُ، وَالْمُشْتَرِي، وَزُحَلُ، وَأُورَانُوسُ، وَنِبْتُونُ، وَهَذِهِ فَوْقَ الشَّمْسِ عَلَى هَذَا التَّرْتِيبِ فِي الْبُعْدِ، إِلَّا أَنَّهَا فِي عِظَمِ الْحَجْمِ يَكُونُ أَعْظَمَهَا الْمُشْتَرِي، ثُمَّ زُحَلُ، ثُمَّ نِبْتُونُ، ثُمَّ أُورَانُوسُ، ثُمَّ الْمِرِّيخُ
Terjemahannya: "Matahari memiliki dua rangkaian edaran (Falakan), yaitu meliputi edaran Uthorid (Planet Merkurius), dan edaran Zuhroh (Planet Venus), dua planet ini dibawah Matahari (antara Matahari) dengan Ardh (Planet Bumi), Adapun Mirrikh (Planet Mars), Musytari (Planet Jupiter), Zuhal (Planet Saturnus), Uronus (Planet Uranus), dan Nibtun (Planet Neptunus) berada diatas matahari dengan susunan yang teratur, yang jaraknya semakin jauh dari Matahari", bintang-bintang ini berukuran besar, ukuran yang paling besar adalah Musytari (Planet Jupiter), kemudian (lebih kecil lagi) bintang Zuhal (Planet Saturnus), kemudian (lebih kecil lagi) bintang Nibtun (Planet Neptunus), kemudian Uronus (Planet Uranus), lalu bintang Mirrikh (Planet Mars)".
4. Ulama' Muta'akhkhirin Syeikh Abdurrahman bin Nasir As-Sa'di (meninggal 1376 H) dalam tafsirnya "Taisir Karimir Rahman.." (juz1/hal 912): tentang tafsir surat at-Takwir, ayat: 15, mengenai makna Al-Khunnas, beliau berkata:
وهي النجوم السبعة السيارة: " الشمس "، " القمر "، و " الزهرة "، و " المشترى "، و " المريخ "، و " زحل "، و " عطارد "، فهذه السبعة لها سيران
Terjemahannya:
"Khunnas adalah 7 bintang Sayyaroh, yaitu: Syams (matahari), Qomar (bulan), Zuhroh (Venus), Musytari (Jupiter), Zuhal (Saturnus), dan Uthorid (Merkurius)".
WAKTU IMSAK TIDAKLAH SESAT
MUKADDIMAH
Dalam beberapa tahun ini muncul fatwa dari Ulama Wahaby yang menfatwakan tentang terlarangnya dan sesatnya jadwal waktu Imsakiyah yang muncul pada bulan Ramadhan, fatwa ini menurut pandangan para wahaby disebabkan ada beberapa hal yaitu waktu imsak adalah bid’ah dan tidak ada pada zaman nabi, waktu imsak di asumsikan wahaby sebagai awal waktu berpuasa padahal mengakhirkan waktu sahur adalah sunnah dan utama, waktu imsak termasuk dalam kategori membuat syareat baru dan kalaupun ada tentu nabi telah melakukannya. Beberapa alasan tersebut begitu mengemuka di permukaan dan difatwakan untuk mensesatkan jadwal waktu imsakiyah yang berkembang di masyarakat, utamanya di daerah muslim Sunni.
PERSPEKTIF IMSAK MENURUT ILMU FALAK
Waktu imsak adalah waktu tertentu sebelum shubuh, saat kapan biasanya seseorang mulai berpuasa[1]. Mengenai waktu imsak ada yang berpendapat 15 menit[2],10 menit[3], dan ada yang menggunakan 18 menit dan 20 menit sebelum fajar shodiq yang merupakan awal waktu shubuh dan juga awal berpuasa[4]. Dalam hal ini para ahli astronomi berbeda pendapat mengenai irtifa’ (ketinggian matahari ) fajar shadiq yang pada waktu itu dibawah ufuq (horizon) ada yang berpendapat -18,-19,dan -20[5].
Fenomena ini dalam astronomi disebut dengan Twilight, fenomena ini muncul dibawah horizon sampai matahari terbit pada pagi hari atau setelah matahari terbenam pada sore hari[6]. Pada waktu itu cahaya kemerahan dilangit sebelah timur sebelum matahari terbit, yaitu saat matahari menuju terbit pada posisi jarak zenith 108 derajad dibawah ufuq sebelah timur[7]. Dalam Explanatory Supplemen to The Astronomical Almanac dijelaskan” this is caused by the scattering of sunlight from upper layer of the earth atmosphere. It begins at sunset (ends at sunrise) and is conventionally taken to end (or begin) when the center of the sun reaches an altitude of -18”.[8]
Fajar sendiri dibagi menurut ahli astronomi dapat dibagi menjadi dua, yaitu fajar waktu pagi dan fajar waktu senja hari, secara fiqhi fajar dibagi menjadi dua juga yaitu fajar shodiq dan fajar kadzib, dalam hal ini K. Maisur mengatakan
وهو المنتشر ضوؤه معترضا بنواحى السماء. بخلاف الكاذب فإنه يطلع مستطيلا ثمّ يذهب ويعتقبه ظلمة.وذالك قبل الصادق[9]
Dalam ranah fiqih fajar dapat dibagi atas dua macam yaitu fajar shadiq dan fajar kadzib, fajar kadzib adalah fenomena cahaya kemerahan yang tampak dalam beberapa saat kemudian menghilang sebelum fajar shadiq, dalam dunia ilmu astronomi sering disebut Twilight False atau Zodiacal light, Fajar kadzib terjadi akibat hamburan cahaya matahari oleh debu-debu antar planet di ekliptika,sedangkan fajar shadiq adalah fenomena astronomical twilight yang muncul setelah fajar kadzib. Para Ahli Fiqih memberi gambaran bahwa fenomena fajar shadiq ketika mega putih (biyadh) dari horizon telah tampak dari arah timur, hal tersebut telah dijelaskan dalam surat Al-Baqoroh ayat 187 dimana waktu melakukan puasa adalah ketika terbitnya fajar (fajar shadiq) sampai tenggelamnya matahari.[10]
WAKTU IMSAK DALAM PERDEBATAN
Dalam pemaparan diatas waktu imsak adalah suatu waktu sebelum waktu shubuh dimana juga menjadi awal untuk menjalankan ibadah Puasa, dari gambaran ini sungguh salah apabila diyakini bahwa awal berpuasa dimulai pada waktu imsak ini dan ini kemudian yang disalah persepsikan oleh ulama-ulama salafy, penggunaan waktu imsak ternyata berkaitan dengan kehati-hatian (ihtiyath) dalam menjalankan awal ibadah puasa, dalam menyikapi fatwa sesat dari salafy setidaknya ada beberapa hal yang bisa kita fahami, antara lain:
Pertama, masalah auqot terkait dengan masalah fenomena alam untuk itu kita harus memahami bahwa masalah auqot berkaitan dengan Sunnatulloh, Sunnatullah mengatur dan berlaku untuk alam semesta (makro kosmos) dan alam manusia (mikro kosmos), hukum ini tidak diwahyukan, tetapi dihamparkan dalam bentangan realitas alam semesta dan alam manusia, yang semuanya tunduk patuh kepadanya dengan sukarela maupun terpaksa, hukum ini berlaku obyektif, pasti dan tetap, diperoleh melalui observasi dan lahirlah science dengan berbagai disiplin ilmu yang melingkupinya, berbeda dengan Dienullah yang khusus mengatur alam manusia yaitu tentang bagaimana harus berprilaku terhadap penciptanya,dirinya sendiri, dan lingkungannya, hukumnya bersifat subyektif, tidak pasti, tidak tetap, hukum ini diwahyukan dan terangkum di dalam Alqur’an dan Hadist, pengetahuannya di peroleh dari telaah kita terhadap teks-teks wahyu, maka lahirlah ilmu fiqih, tafsir, hadits, dll, derajat kebenarannya seberapa akurat ia didukung oleh dalil-dalil naqli yang sifatnya legal formal, ayat-ayat yang berkiatan dengan fajar nampak jelas merupakan bagian dari ayat-ayat kauniyah dan akan dapat difahami dari Sunnatullah.
Kedua, waktu imsak merupakan bagian dari ihtiyath, artinya waktu imsak diperlukan dalam rangka untuk menjauhkan kita dari kesalahan untuk makan dan minum, maksudnya supaya kita hati-hati dan tidak makan dan minum ketika waktu puasa telah tiba[11]. Hal ini sangat jelas bahwa dalam waktu imsak bukanlah awal melaksanakan puasa dan dugaan serta tuduhan dari salafy salah besar, ihtiyat sangat penting sekali dalam menjalankan ibadah kita, Syekh Ali al-Shobuni mengisyaratkan hal tersebut dengan sebuah qoidah :
أمور العبادة ينبغي فيها الإحتياط[12]
Akhirnya dari pemaparan tersebut, maka waktu Imsak yang banyak beredar bukanlah suatu bid’ah yang sesat tetapi bagian dari bid’ah hasanah dalam rangka memudahkan kita dalam menjalankan ibadah Puasa.
---------------------------------------
[1] Nur Ahmad Shadiq bin Saryani, Abu Saiful Mujab, Nur al-Anwar min Muntaha al-Aqwal, Madrasah Tasywiq al-Thullab al-Salafiyah, Kudus, 1407H/1986M, hal 66
[2] ……..opcit, hal 66
[3] Sjamsul Arifin,Drs.H, Ilmu Falak, STAIN PONOROGO, Ponorogo, 1997M. hal 56
[4] Al Istanbuly, Sa’id bin Husaein Hamly, Kitab Mawaqit al-Sholat, Hakikat Kitabevi, Istanbul, 1988 M, hal 33
[5] ……..opcit, hal 33.
[6] Azhari, Susiknan, Ensiklopedia Hisab Rukyat, Pustaka Pelajar, Jogjakarta, 2005, hal 156.
[7] …….opcit, hal 53
[8] Yallop, B.D, Astronomical Phenomena, Explanatory Supplemen to The Astronomical Almanac, University Science, California, 1992, hal 492
[9] Al-Tursidi, Maisur,K, Al-Hawashil , PP. Mahir al-Riyadh, Kediri, tt, hal 50
[10] Sabiq, Sayyid, al-Syekh, Fiqh al-Sunnah, Dar el-Fikr,Beirut, 1403H/1983M, hal 369
[11] Al Istanbuly, Sa’id bin Husaein Hamly,. Kitab Mawaqit al-Sholat, Hakikat Kitabevi, Istanbul, 1988 M, hal 33.
[12] Al-Shobuny, Mohammad Ali, Al-Syekh, Rawai’ al-Bayan Tafsir ayat al-Ahkam min al-Qur’an, jilid 2, Dar el-Fikr, Beirut,tt,, hal 205
KAJIAN SEPUTAR PUASA
Diambil dari Kitab Taqriratus sadidah fi masa'ilil Mufidah
Karangan : Assayyid Hasan Bin Ahmad Alkaff.
Murid Senior Al-alim, Al-allamah Alfaqih Assayyid Alhabib Zein bin Ibrahim bin Sumaith, Mufti bermadzhab Syafi'i di Kota Madinah Elmunawwaroh.
©Pentingnya memahami Hadist :
"Betapa banyak orang berpuasa namun tidak mendapatkan apa-apa melainkan hanya mendapatkan rasa Lapar dan Dahaga sahaja"
RANGKUMAN HUKUM-HUKUM PUASA DALAM TUJUH PELAJARAN.
©kajian Fiqh ke empat seputar Hukum-hukum Puasa.
SUNNAH-SUNNAH PUASA DAN RAMADHAN
1. Mensegerakan berbuka puasa jika sudah yakin akan tibanya waktu magrib.
Berbeda jika masih ragu akan masuknya waktu Magrib, maka wajib baginya untuk mencari tau sebagai bentuk kehati-hatian dan mengakhirkan buka puasanya.
2. Melaksanakan Sahur walau hanya dengan seteguk air.
Diantara Hikmah Sahur adalah, dapat memperkuat Puasa dan menyelisih dari kebiasaan Ahlul Kitab.
Oleh karenanya disunnahkan melaksanakan Sahur walau masih kenyang, Sunnah Juga dengan Makan Rutob, kemudian Kurma sebagaimana Sunnah dalam Berbuka Puasa.
▪Waktu Sahur masuk yaitu mulai dari pertengahan Malam.
3. Mengakhirkan waktu Makan Sahur, sekiranya tidak sampai melampaui batas akhir waktu Sahur.
▪Sunnah Imsak [menahan makan dan minum] sebelum Fajar sekitar bacaan 50 ayat. atau seperempat jam kurang lebih
4. Berbuka puasa dengan Rutob secara Ganjil, oleh karena itu didahulan daripada makanan yang lain, jika tidak ada maka dengan Albusru (kurma sebelum matang yang segar). jika tidak ada maka dengan Kurma, jika tidak ada maka dengan air zam-zam, jika tidak ada maka dengan air biasa, jika tidak ada maka dengan makanan yg manis-manis, jika tidak ada maka dengan Manisan
▪ Yg dimaksud dengan makanan yang manis-manis adalah: makanan yang tidak disentuh oleh Api, seperti Madu dan anggur.
▪ Yang di maksud dengan manisan adalah : makanan yang disentuh oleh api.
Oleh karenanya telah di nadhamkan oleh sebagian Ulama' sebagai berikut.
فمِنْ رُطَب، فالبُسْرِ فالتّمر، زمزَمٍ
فماء، فحُلْوٍ ثمَّ حَلْوى لكَ الفِطْرُ
Yaitu dari Rutob kemudian Albusru, kemudian Kurma, kemudian air zam-zam, kemudian air biasa, kemudian makanan yang manis-manis, kemudian manisan maka bagimu berbuka Puasa.
5. Membaca Doa berbuka Puasa yaitu sebagai Berikut.
اللهُمَّ لكَ صُمْت ، وبِكَ آمنْت ، وعلى رِزْقِكَ أفطَرت . ذهَبَ الظَّمَأ ، وابتلَّتِ العروقُ وثبَتَ الأجْرُ إن شاءَ الله . الحمدُ للهِ الذي أعانَنِي فصُمت ورزَقَني فأفطَرْت . اللهُمَّ إنّي أسألُكَ بِرحمتِكَ التي وَسِعَتْ كُلَّ شيءٍ أن تَعفِرَ لي
روى أوله أبو داود وآخره ابن السني . ويَدعو بعده بما شاء
"Ya Allah keranaMu aku berpuasa, dengan Mu aku beriman, dengan rezekiMu aku berbuka (puasa), Telah hilang dahaga, urat-urat telah basah, dan telah diraih pahala, insya Allah. Segala Puji bagi Allah yang telah menolong ku sehingga aku mampu berpuasa yang telah memberiku rezeki sehingga aku bisa berbuka puasa, Ya Allah sesungguhnya aku memohon kepadaMu dengan belas kasihMu yang luas keatas segala sesuatu, Ampuni diriku".
Kemudian berdoalah apa saja setelah membaca doa diatas.
6. Memberi makanan buka puasa kepada orang-orang yang berpuasa, karena terdapat Pahala yang besar.
Dalam sebuah Hadist di sebutkan.
من فطَر صائماً كان له مثل أجره غير أنه لا يُنقص من أجر الصائم شيئاً)
رواه الترمذي وصحّحه وابنُ ماجه وابن خزيمة وابن حِبّان
"Barangsiapa memberi buka orang puasa, maka dia mendapatkan pahala seperti orang puasa, tidak dikurangi sedikitpun pahala orang yang puasa." (HR atturmudzi, di sohihkan oleh Ibnu majah, ibnu Khuzaimah, ibnu Hibban).
7. Mandi dari janabah sebelum Fajar, menghindari perbedaan pendapat Ulama' , agar dapat memulai puasanya dalam keadaan Suci.
8. Mandi setiap malam dari malam-malam Ramadhan setelah Magrib agar menambah giat untuk beribadah.
9. Menjaga Shalat Tarawih, Mulai dari awal malam sampai akhir malam , Baginda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda :
مَن قامَ رمضانَ إيماناً واحتِساباً غُفِرَ لهُ ما تقدَّمَ مِن ذَنْبِه رواه البخاري ومسلم .
قال العلماء: المقصودُ بقيامِ رمضان: صلاةُ التراويح .
"Barangsiapa yang berdiri menunaikan shalat pada malam Lailatul Qadar dengan penuh keimanan dan pengharapan pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni." (HR. Bukhari dan Muslim).
Berkata Para Ulama'. Yang di maksud dengan berdiri menunaikan shalat pada Malam Ramadhan adalah Shalat Tarawih.
10. Pastikan untuk selalu menjaga Shalat Sunnah Witir.
Sunnnah Witir Ramadhan mempunyai tiga keistimewaan.
1. Sunnah secara Berjemaah
2. Sunnah mengeraskan bacaan nya.
3. Sunnah berqunut diseparuh terahir Ramadhan menurut pendapat yang Muktamad.
Sebagian Ulama berpendapat Sunnah berqunut sebulan penuh Ramadhan.
11. Memperbanyak membaca Alqur'an berikut direnungi maknanya, karena Ramadhan adalah Bulan diturunkan Al-qur'an, kelak akan datang memberikan Syafaat kepada orang yang membacanya di hari Kiamat.
12. Pastikan untuk memperbanyak melakukan amalan-amalan Sunnah, seperti Shalat Sunnah Rawatib, Shalat Sunnah Dhuha, Shalat Sunnah Tasbih, dan Shalat Sunnah Awwabiin.
13. Pastikan untuk memperbanyak amal-amal Shalih, seperti bersedekah, Sambung Ikatan Silaturrahim, menghadiri Majelis Ilmu, beri'tikaf di masjid, menghidupkan masjid, menghadap kepada Allah dengan menjaga Hati dan anggota Tubuh, serta membaca doa-doa Yang Ma'tsur
14. Bersungguh-sungguh dalam beribadah pada sepuluh terakhir, serta mencari malam lailatul Qadar didalamnya, terutama pada malam-malam Ganjil.
⚫ Lailatul Qadar, dinamakan demikain dikarenakan Agung atau Mulianya, sebab didalam nya Allah menetapkan segala sesuatu sesuai dengan kehendaknya, dan Hal ini adalah bagian dari keistimewaan kita sebagai Ummat Muhammad.
⚫ Lailatul Qadar terdapat 40 pendapat Ulama'. Al-imam Syafi'i lebih condong kepada pendapat bahwa Lailatul Qadar adalah pada malam ke 21 atau pada malam ke 23.
⚫ Sedangkan Pendapat Jumhur Ulama', malam lailatul qadar terdapat pada malam ke 27.
⚫ Sebagian Ulama memilih pendapat bahwa malam lailatul qadar berpindah-pindah dimalam 10 terakhir Ramadhan.
▪Hikmah di rahasiakan nya Malam Lailatul qadar supaya menghidupkan semua malam-malam bulan Ramadhan dengan Ibadah.
▪Termasuk bagian dari Keistimewaan Malam lailatul qadar, adalah pada malam itu benih-benih orang kafir tidak akan jadi. Serta keajaiban alam malakut tersingkap. Melakukan amal ibadah di malam itu lebih baik daripada melakukan amal ibadah selama seribu bulan yang tidak ada malam lailatul qadarnya.
©Tanda-tanda malam lailatul qadar adalah:
Udaranya tenang "[tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin]. Dan Terbitnya matahari Harinya Cerah, Sinarnya tidak begitu menyengat , karena Cahaya Malaikat yang naik dan turun.
▪Di sunnahkan bagi orang yang mengetahui Malam Lailatul qadar untuk merahasiakan nya dan menghidup malamnya dengan Ibadah, juga menghidupkan Siang harinya sebagaimana malam Harinya.
▪Tingkatan paling tinggi dalam menghidupkan malam lailatul qadar adalah :
Menghidup sepanjang malam dengan berbagai jenis-jenis Ibadah, seperti Shalat, membaca Al-qur'an, memperbanyak doa yang mencakupi doa
اللهم إنك عفُوّ تحب العفو فاعفُ عني
Ya Allah sesungguhnya engkau maha pengampun suka memberi ampunan oleh itu ampunilah dosa-doa ku.
▪Tingkatan menengah dalam menghidupkan Malam Lailatul qadar adalah:
Dengan menghidupkan separuh malam yg dianggap Utama. Sebagaiman yg telah disebutkan.
▪Serta paling rendah dalam menghidupkan Malam lailatul qadar adalah:
Dengan melaksanakan Shalat Magrib, dan Isya' secara Berjemaah serta berniat untuk melaksanakan shalat subuh secara berjemaah pula.
15. Mencari makanan buka puasa yang Halal.
16. Meluaskan nafakah keatas keluarga.
17. Meninggalkan main-mainan, dan cacian. Jika ada orang yang mencacinya maka ingatilah dengan Hatinya (bahwa saya sedang berpuasa).
Untuk mencegah nafsunya supaya tidak kemasukan cacat terhadap puasanya.
▪Dan sunnah diucapkan oleh lisan nya jika tidak ada rasa khawatir akan riya' agar mencegah bagi orang yang mencacinya serta membalas dengan balasan yang baik.
SEBUAH FAIDAH.
Berkata Al-imam Abu Hamid Al-ghazali, pemilik Kitab Ihya' Ulumuddin.
Puasa itu dibagi menjadi tiga bagian.
1. Puasa awam : yaitu berpuasa dari menghindari pembatal Puasa.
2. Puasa Khusus : yaitu berpuasa dari segala bentuk perbuatan Maksiat.
3. Puasa Khusus daripada orang-orang istimewa yaitu berpuasa dari segala sesuatu selain Allah.
MAKRUH-MAKRUH PUASA
Ada delapan, berpahala jika ditinggalkan oleh orang yang berpuasa sebagai bentuk dari melaksanakan perintah Allah.
1. Mengunyah, tanpa adanya sesuatu yang masuk kedalam, jika ada yamg masuk kedalam maka puasanya menjadi Batal.
2. Mencicipi makanan tanpa adanya keperluan, serta tidak ketelan masuk ke dalam, adapun jika mencicipi makanan karena adanya keperluan maka Hukum nya tidak Makruh.
3. Berbekam. Yaitu mengeluarkan darah. dimakruhkan agar keluar daripada silang pendapat Ulama' . Karena dapat membuat lemah bagi yang berpuasa.
4. Memuntahkan air setelah berbuka puasa, yaitu mengeluarkan nya melalui Mulut, yg demikian dapat menghilangkan keberkahan Puasa. Yang sunnah adalah menelan yang masih tersisa di mulut.
5. Mandi dengan menyelam, walau mandinya mandi wajib. Maka Hukum nya Makruh.
6. Bersiwak setelah tergelincirnya matahari, karena dapat menghilanglan bau mulut. (bau mulutnya orang berpuasa) akan tetapi Imam Nawawi memilihnya tidak Makruh.
7. Telalu banyak kenyak dan banyak tidur. Dan melakukan sesuatu yang tak ada faedahnya, sebab hal yang demikian dapat menghilangkan faidah Puasa.
8. Memperolehi syahwat yang diperbolehkan, melalui penciuman, penglihatan atau pendengaran.
Referensi : Kitab Taqriratus sadidah fi masa'ilil mufidah.
من يرد الله به خيرا يفقهه في الدين
Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan, niscaya Allah fahamkan ia Urusan Agama.
Sesama Muslim Saling Memberi
MasyaAllah, beginilah akhlak seorang muslim, membuat air mata tak terasa mengalir..........
Semoga kita bisa mengambil hikmah dari video singkat ini.
NGAJI KITAB BERSAMA MBAH MUN Part 04
Sedikit Keterangan Dari Ngaji
شجرة المعارف والأحوال
Selasa Pon, 2 Romadlon 1437 H/ 7 Juli 2016 M Ba'da Dluhur.
Nabi Muhammad bersabda:
تخلقوا بأخلاق الله
"Berbudi pekertilah engkau sekalian dengan budi pekerti ALLOH".
Salah satu Akhlaq ALLOH adalah Mulia (Majdu). Sehingga salah satu nama ALLOH yang indah adalah Al-Majid, yang berarti Dzat yang banyak kemulyaan-NYA, serta sempurna dalam Dzat maupun sifat-NYA.
Orang yang melihat kemulyaan ALLOH, maka akan menghasilkan akhlaq berupa memulyakan sesama makhluq.
Cara manusia agar bisa berbudi pekerti seperti budi pekerti ALLOH adalah dengan senantiasa melihat, memikirkan dan menghadapkan diri kepada Akhlaq yang akan ditiru.
Apabila berangan-angan terhadap luasnya rahmat ALLOH, maka akan membuahkan harapan akan rahmat itu.
Apabila berangan-angan terhadap kerasnya siksaan, maka akan membuahkan rasa takut.
Apabila melihat kepada sifat mulya ALLOH, maka akan membuahkan hasil berupa memulyakan dan mengagungkan sesama makhluq.
Apabila melihat kepada sifat keindahan ALLOH, maka akan membuahkan adanya kecintaan yang timbul dari kecantikan dan keindahan itu.
Apabila melihat terhadap sifat esanya dalam pekerjaan, maka akan menghasilkan kepasrahan kepada ALLOH yang mempunyai sifat derma dan pemberi anugrah.
Apabila melihat semua sifat-sifat ALLOH, maka akan menghasilkan hasil berupa hilangnya semua makhluq dari hatinya, karena penuhnya hati dengan cahaya dan keagungan ALLOH.
Bagaimana tidak?
Jikalau perempuan-perempuan cantik pada masa Nabi Yusuf menjadi lupa terhadap dirinya saat melihat ketampanan Yusuf, sehingga tidak merasa sakit saat tangannya tergores pisau, maka bagaimana persangkaanmu saat seseorang melihat keindahan sifat Jamal Dari ALLOH.
Tentu saja akan lebih lupa kepada semua makhluq bahkan kepada diriny
Subscribe to:
Posts (Atom)