Wednesday, November 16, 2016

• Sejarah Islam Indonesia •

• Sejarah Islam Indonesia •

Kasus Penistaan Agama 1918, Tjokroaminoto (Mentor Soekarno) Bentuk Tentara Pembela Nabi, 35 Ribu Orang!

DEMO MUSLIMIIN NUSANTARA MENUNTUT KEADILAN TERHADAP KELAKUAN PENGHINA ROSULULLOH DI JAMAN PENJAJAHAN BELANDA

Pada awal Januari tahun 1918, surat kabar harian bernama "Djawi Hisworo" pernah muncul suatu artikel yang berisi penghinaan terhadap Nabi Muhammad, shollollohu 'alaihi wasallam. Artikel tersebut ditulis oleh Djojodikoro, dan berjudul "Pertjakapan Antara Martho dan Djojo".
Artikel itu memuat kalimat bertuliskan:
"Gusti Kandjeng Nabi Rasoel minoem AVH, minoem Opium, dan kadang soeka mengisep Opium."
Kalimat itu secara jelas menuduh bahwa Nabi - shollollohu 'alaihi wasallam - adalah pemabuk, dan suka mengkonsumsi Opium.
Sontak, artikel tersebut mendapat reaksi besar dari masyarakat Muslimiin Nusantara di waktu itu.
Salah satu tokoh Islam, yaitu H.O.S Tjokroaminoto - Pahlawan Nasional RI - bahkan segera membentuk organisasi bernama Tentara Kanjeng Nabi Muhammad (TKNM).
Struktur TKNM ini terdiri dari:
Ketua: HOS (Haji Oemar Said) Tjokroaminoto
Bendahara: Syekh Roebaja bin Ambarak bin Thalib
Sekretaris: Sosrokardono
Setelah dibentuk, TKNM menyeru kepada masyarakat Indonesia untuk menghadiri perkumpulan besar yang berlokasi di Kebun Raya Surabaya, pada tanggal 6 Februari 1918.
Perkumpulan ini diadakan sebagai sikap kaum muslim terhadap penghinaan Nabi.
Tahukah berapa kaum muslim yang ikut dalam aksi tersebut?
Diperkirakan tidak kurang daripada 35.000 orang!
Tuntutannya hanya satu, yaitu mendesak pemerintah Hindia Belanda, dan Sunan Surakarta, untuk segera mengadili Djojodikoro dan Martodarsono (pemilik surat kabar), atas kasus penistaan Nabi, shollollohu 'alaihi wasallam.
Di waktu itu, tentu saja media tidak seperti sekarang. Tidak ada media sosial macam facebook, twitter, dan tidak ada TV. Radio pun hanya segelintir orang yang punya.
TNKM hanya bermodalkan pesan lisan dan media seleberan kertas untuk mengumpulkan massa sebesar itu.
Dan tentunya tidak ada bayaran atau Nasi Bungkus untuk mengumpulkan mereka.
Jadi bisa dibayangkan betapa besarnya kemarahan masyarakat Muslim Indonesia yang mengikuti 124.000 nabi sejak awal jaman, yang diutus oleh Tuhan Yang Maha Esa, Allah, saat mengetahui Nabi mereka dihina.

Ketika Murid Tidak Sesuai Harapan

Ketika Murid Tidak Sesuai Harapan
--------------------------------------------
Diceritakan dalam kitab Thobaqotus Syafi’iyyah bahwa Ar Robi’ bin Sulaiman ra. itu termasuk santri yang lelet alias susah paham, maka kadang pernah gurunya, yaitu Imam Asy Syafi’i ra., harus mengulangi satu masalah sampai 40 kali, itupun masih belum juga paham, lalu dia pun meninggalkan majlis itu karena merasa malu.
Kemudian Sang Guru memanggilnya dan mem-privat beliau pelajaran tadi hingga paham. Imam Asy Syafi’i berkata: “Hai Robi’, seandainya aku bisa memberimu ilmu semudah menyuapkan makanan, niscaya sudah aku lakukan.”
Diriwayatkan Imam Al Baihaqi dalam Manaqib Asy Syafi’i. Imam Al Ajuri dalam kitabnya, Akhlakul Ulama, berkata:
“Maka seorang guru harus ekstra sabar pada muridnya yang sulit paham, jangan kasar dan menghinanya sehingga membuat dia malu untuk belajar. Karena anda tidak tahu mana diantara murid-murid itu yang nanti akan menjadi murid paling berguna bagimu.”
Dan benarlah apa yang dikatakan Imam Al Ajuri, Robi’ inilah yang menjadi rowi utama Imam Asy Syafi’i, bahkan menurut ulama, jika ada perbedaan antara Imam Robi’ dan Imam Muzani maka Imam Robi’ lah yang dimenangkan.
*******
Ada satu kisah dari Waliyulloh Agung dari Pasuruan, Kiai Hamid, tentang bagaimana seharusnya seorang guru menghadapi murid yang tidak sesuai dengan harapannya seperti di atas.
Suatu hari di sekitar tahun 60-an, salah seorang santri beliau yang menjadi pimpinan GP Ansor Cabang Pasuruan nyaris putus asa dalam kaderisasi di ranting-ranting. Pasalnya, dari 100 lulusan pelatihan, paling hanya ada 3-5 orang kader saja yang betul-betul bisa diandalkan. Dalam kegalauannya ini, si santri memutuskan sowan pada Kiai Hamid dahulu untuk konsultasi.
Saat dia sowan, sembari menunjuk pada pohon-pohon kelapa yang berbanjar di pekarangan rumah, Kiai Hamid berkata panjang lebar.
“Aku menanam pohon ini, yang aku butuhkan itu buah kelapanya. Ternyata yang keluar pertama kali malah blarak, bukan kelapa. Setelah itu glugu, baru setelah beberapa waktu keluar mancung. Mancung pecah, nongol manggar, yang (sebagian rontok lalu sisanya) kemudian jadi bluluk, terus (banyak yang rontok juga dan sisanya) jadi cengkir, terus (sebagian lagi) jadi degan, baru kemudian jadi kelapa. Lho setelah jadi kelapa pun masih ada saput, batok, kulit tipis (yang semua itu bukan yg saya butuhkan tadi). Lantas, ketika mau diambil santannya, masih harus diparut kemudian diperas. Yang jadi santan tinggal sedikit. Lha itu sunnatulloh. Lha yang 95 orang kader itu, carilah, jadi apa dia. Glugu bisa dipakai untuk perkakas rumah, blarak untuk ketupat.”
Kalau inginnya mencetak orang ‘alim, tidak bisa diharapkan bahwa semua murid di kelas itu bakal jadi ‘alim semua. Pasti ada seleksi alam, akan ada proses pengerucutan. Meski begitu, bukan berarti pendidikan itu gagal. Katakanlah yang jadi hanya 5 %, tapi yang lain bukan lantas terbuang percuma. Yang lain tetap berguna, tapi untuk fungsi lain, untuk peran lain. (dari buku Percik-percik Keteladanan Kiai Hamid Pasuruan)

Tawadlu Kepada Guru

Tawadlu Kepada Guru.


Sejak dahulu para generasi terbaik ummat ini telah mendidik kita bagaimana beradab kepada gurunya, cara memberikan penghormatan dan menghargai para 'ulaama, yang patut kita contoh Shohaabat Mulia Abu Sa’iid Al-Khudlri ra. berkata :

كنا جلوساً في المسجد إذ خرج رسول الله فجلس إلينا فكأن على رؤوسنا الطير لا يتكلم أحد منا

“Saat kami sedang duduk-duduk di masjid, maka keluarlah Rosuulullooh shollalloohu ‘alayhi wa sallam kemudian duduk di hadapan kami. Maka seakan-akan di atas kepala kami terdapat burung. Tak satu pun dari kami yang berbicara.” (HR. Bukhooriy)
Hingga Al-Imaam Asy-Syaafi’iy ra. pun dulu pernah menceritakan ketika Beliau belajar, mengatakan :
كنت أصفح الورقة بين يدي مالك صفحًا رفيقًا هيبة له لئلا يسمع وقعها

“Dulu aku membolak-balikkan kertas di depan Imaam Maalik dengan sangat lembut, karena seganku padanya dan supaya dia tak mendengarnya.”
Dan Imaam Ar-Robi’ bin Sulayman (salah satu murid Al-Imaam Asy-Syaafi'iy ra.) berkata :

مَا وَاللَّهِ اجْتَرَأْتُ أَنْ أَشْرَبَ الْمَاءَ وَالشَّافِعِيُّ يَنْظُرُ إِلَيَّ هَيْبَةً لَهُ

“Demi Allooh, aku tidak berani meminum air dalam keadaan Imaam Asy-Syaafi’iy melihatku, karena hormatku kepadanya.”
Demikian keadaan para Aslafunaa Shooleh ('ulaama shooleh terdahulu) beradab kepada gurunya, berakhlaaq kepada 'ulaama. Sehingga membalikkan kertas saja seorang Imaam Asy-syaafi'iy dihadapan gurunya, sangat menjaga jangan sampai terganggu sa'at gurunya mengajar.
Sayyidinaa 'Umar bin Khoththoob ra. berpesan :

تواضعوا لمن تعلمون منه

“Tawadlu-lah kalian terhadap orang yang mengajari kalian.”
Semoga dengan tawadlu kepada para pengajar, serta memuliakan Guru-guru dan para 'ulaama. Maka Allooh anugerahkan kita 'ilmu yang berkah dan bermanfa'at dunya dan akhiirat.

Cerita Tentang : "Si Miskin

Seorang fakir miskin bertanya kepada seorang yang bijaksana:
Kenapa saya menjadi fakir seperti ini?
Orang bijak pun menjawab:
Karena engkau tidak belajar untuk memberi.
Sifakir terkejut dan tampak kebingungan, ia pun berkata:
Apa yang bisa kuberikan, sedangkan aku tak memiliki apa pun.
Sang bijak menjawab:
Engkau memiliki wajah yang bisa engkau gunakan untuk membagi senyum kepada siapapun. Engkau memiliki mulut yang bisa kau gunakan untuk mengucapkan hal hal yang baik dengan Indah. Engkau memiliki mata yang bisa kau gunakan untuk memandang orang lain dengan kebaikan. Engkau memiliki tubuh yang bisa kau gunakan untuk membantu orang lain. Dan engkau memiliki hati yang bisa kau gunakan untuk menerima semua orang. Sebenarnya engkau tidak miskin, orang miskin adalah ia yang miskin ruhnya......

Monday, November 14, 2016

KRITERIA ULAMA DUNIA DAN ULAMA AKHIRAT

KRITERIA ULAMA DUNIA DAN ULAMA AKHIRAT
Oleh:Yai Masaji Antoro

فمن المهمات العظيمة معرفة العلامات الفارقة بين علماء الدنيا وعلماء الآخرة ونعني بعلماء الدنيا علماء السوء الذين قصدهم من العلم التنعم بالدنيا والتوصل إلى الجاه والمنزلة عند أهلها قال صلى الله عليه وسلم " إن أشد الناس عذاباً يوم القيامة عالم لم ينفعه الله بعلمه " وعنه صلى الله عليه وسلم أنه قال " لا يكون المرء عالماً حتى يكون بعلمه عاملاً " وقال صلى الله عليه وسلم " العلم علمان: علم على اللسان فذلك حجة الله تعالى على خلقه وعلم في القلب فذلك العلم النافع " وقال صلى الله عليه وسلم " يكون في آخر الزمان عباد جهال وعلماء فساق " وقال صلى الله عليه وسلم " لا تتعلموا العلم لتباهوا به العلماء ولتماروا به السفهاء ولتصرفوا به وجوه الناس إليكم فمن فعل ذلك فهو في النار " وقال صلى الله عليه وسلم " من كتم علماً ألجمه الله بلجام من نار " وقال صلى الله عليه وسلم " لأنا من غير الدجال أخوف عليكم من الدجال. قيل: وما ذلك؟ فقال: من الأئمة المضلين " وقال صلى الله عليه وسلم " من ازداد علماً ولم يزدد هدى لم يزدد من الله إلا بعداً " وقال عيسى عليه السلام: إلى متى تصفون الطريق للمدلجين وأنتم مقيمون مع المتحيرين، فهذا وغيره من الأخبار يدل على عظيم خطر العلم فإن العالم إما متعرض لهلاك الأبد أو لسعادة الأبد وإنه بالخوض في العلم قد حرم السلامة وإن لم يدرك السعادة. وأما الآثار فقد قال عمر رضي الله عنه: إن أخوف ما أخاف على هذه الأمة المنافق العليم. قالوا: وكيف يكون منافقاً عليماً؟ قال: عليم اللسان جاهل القلب والعمل. وقال الحسن رحمه الله: لا تكن ممن يجمع علم العلماء وطرائف الحكماء ويجري في العمل مجرى السفهاء. وقال رجل لأبي هريرة رضي الله عنه: أريد أن أتعلم العلم وأخاف أن أضيعه فقال: كفى بترك العلم إضاعة له. وقيل لإبراهيم بن عيينة: أي الناس أطول ندماً؟ قال:أما في عاجل الدنيا فصانع المعروف إلى من لا يشكره وأما عند الموت فعالم مفوط. وقال الخليل بن أحمد: الرجال أربعة، رجل يدري ويدري أنه يدري فذلك عالم فاتبعوه، ورجل يدري ولا يدري أنه يدري فذلك نائم فأيقظوه، ورجل لا يدري ويدري أنه لا يدري فذلك مسترشد فأرشدوه، ورجل لا يدري ولا يدري أنه لا يدري فذلك جاهل فارفضوه. وقال سفيان الثوري رحمه الله: يهتف العلم بالعمل فإن أجابه وإلا ارتحل. وقال ابن المبارك: لا يزال المرء عالماً ما طلب العلم فإذا ظن أنه قط علم فقد جهل. وقال الفضيل ابن عياض رحمه الله: إني لأرحم ثلاثة: عزيز قوم ذلك وغني قوم افتقر وعالماً تلعب به الدنيا. وقال الحسن: عقوبة العلماء موت القلب، وموت القلب طلب الدنيا بعمل الآخرة وأنشدوا:عجبت لمبتاع الضلالة بالهدى ... ومن يشتري دنياه بالدين أعجبواعجب من هذين من باع دينه ... بدنيا سواه فهو من ذين أعجب
Diantara peringatan agung yang dapat membedakan antara Ulama Dunia dan Ulama Akhirat adalah : Ulama Dunia (atau juga disebut dengan Ulama as-Suu’) adalah mereka yang bertujuan dengan ilmu agama yang kuasai untuk meraih kenikmatan-kenikmatan dunia, mencapai kedudukan-kedudukan luhur dimata manusia.
Berikut beberapa sabda Nabi Muhammad SAW berkaitan dengan ULAMA DUNIA :
1. “Sesungguhnya paling pedihnya siksa Allah dihari kiamat menimpa pada orang alim yang ilmunya tidak diberi kesempatan untuk diamalkan oleh Allah”
2. “Tidaklah seseorang disebut alim hingga ia mengamalkan ilmunya”
3. “Ilmu itu ada dua macam : ILMU LISAN ialah argumen Allah Ta’ala atas makhluk-makhluknya dan ILMU HATI ialah ilmu yang bermanfaat”
4. “Kelak diakhir zaman terdapati hamba-hamba Allah yang pandir dan Para Ulama yang fasiq”
5. “Janganlah mempelajari ilmu demi pengakuan orang-orang alim lainnya, bertujuan mencari simpati orang-orang umum agar menuju kepadamu, barangsiapa menjalaninya maka ia dalam api neraka”......
--------------
Berikut beberapa ungkapan para sahabat Nabi Muhammad SAW berkaitan dengan ULAMA DUNIA :
1. Sayyidina Umar Bin Khoththob ra berkata:
“Sesungguhnya paling mengkhawatirkannya umat ini adalah para munafiq yang berilmu”
Para sahabat bertanya :“Bagaimana orang munafiq tapi ia alim?”
Sayyodina Umar menjawab “Mereka alim dalam lisannya tapi tidak dalam hati dan amaliahnya”
2. Hasan al-Bashri rh berkata:
“Janganlah kalian menjadi pengumpul ilmu-ilmu ulama dan kata-kata bijak ahli hikmah namun dalam pengamalannya sebagaimana pengamalan orang-orang pandir”....
3. Ibn al-Mubaarak berkata :
“Selama seseorang mau belajar ilmu ia akan menjadi orang alim namun saat ia merasa dirinya telah alim sesungguhnya ia adalah orang bodoh”...
Hasan alBashry berkata :
“Siksaan bagi ulama adalah kematian hatinya dan kematian hatinya akibat amaliah akhiratnya ditujukan pada harta benda”,
beliau juga bersyair :
Aku heran pada orang yang menjual kesesatan dengan hidayah Tuhan.
Aku lebih heran pada orang membeli dunia dengan agama.
Dan yang lebih mengherankan dari keduanya adalah orang yang menjual agamanya dengan dunianya.
Ihyaa ‘Uluum ad-Diin I/63
Wallaahu A'lamu Bis Showaab

*KISAH NYATA KEAJAIBAN SHOLAT TEPAT WAKTU*

*KISAH NYATA KEAJAIBAN SHOLAT TEPAT WAKTU*






_Bismillahir-Rahmaanir-Rahim .._

Saya ada cerita tentang sahabat saya yang beda profesi. Dia selalu menjaga sholat diawal waktu. Apa yang terjadi? Dengan menjaga sholat wajib di awal waktu ternyata dia mendapatkan keberkahan luar biasa yang tidak pernah terbayang sebelumnya.
Sahabat saya yang satu ini, profesi adalah sopir angkot. Setiap hari dia menyupir angkot dengan sistem setoran ke majikan. Setor karena angkotnya punya orang lain.
Nah suatu hari, majikannya bangkrut. Karena semakin mahalnya harga bensin. Akhirnya sahabat saya ini katakanlah Udin, dia jadi tidak punya mata pencaharian. Karena angkot majikannya sudah dijual. Karena Udin bukan tipe orang yang gampang putus asa, akhirnya dia mencari pekerjaan lain. Dipilihlah becak sebagai jalan ikhtiarnya.
Karena hanya berprofesi sebagai tukang becak, kehidupannya pun sangat sederhana kalau tidak mau dikatakan kurang. Dia tinggal bersama tiga putri dan seorang istrinya di sebuah rumah kontrakan yang mungkin cuma layak disebut kamar.
Tidak ada yang istimewa dari kehidupan sehari-harinya. Pagi-pagi pergi dari rumah mencari penumpang, sore pulang. Setiap hari seperti itu. Namun setelah dicermati, tenyata ada satu hal yang membuat Udin berbeda dari abang becak lainnya, bahkan dari kebanyakan kita. Udin selalu menjaga sholat diawal waktu, dan selalu dia lakukan di Masjid.
Dimanapun dia berada selalu menyempatkan bahkan memaksakan sholat diawal waktu. Setiap mendekati waktu sholat, jika tidak ada penumpang dia akan mangkal di tempat yang dekat dengan masjid. Iya mendekati masjid.
Pokoknya dia tidak pernah ketinggalan sholat wajib awal waktu bahkan selalu berjamaah di masjid. Dan tenyata itu sudah berlangsung lebih dari dua tahun. Istri dan ketiga putrinya pun begitu, meskipun dilakukan di rumah.
Singkat cerita, suatu hari ketika saya sedang mangkal di salah satu hotel berbintang di Bandung. Ada seorang ibu turun dari mobil Mercy tiba-tiba mendekati saya dan meminta untuk diantar ke salah satu tempat perbelanjaan di kawasan alun-alun kota Bandung, kata Udin.
Ketika si Ibu itu bilang minta dianter memakai becak saja, malah Udin balik nanya, “Engga salah Bu naik becak?”
“Engga Bang, jalanan macet, biar mobil disimpen di hotel aja, sekalian sopir saya istirahat,” jawab si Ibu.
Maka dianterlah si Ibu tadi ke pusat perbelanjaan yang dia minta. Udin pun mengayuh becak masih dalam keadaan kaget. Ketika mendekati alun-alun Bandung, terdengarlah suara adzan dzuhur dari Masjid Raya Jawa Barat.
“Dia langsung belokkan becak ke pelataran parkir Majid. Si Ibu pun heran dengan apa yang saya lakukan si Udin.
“Bang kok berhenti disini?” kata si Ibu.
“Iya Bu, udah adzan, Allah udah manggil kita buat sholat.”
“Saya mau sholat dulu. Ibu turun disini aja, tokonya udah dekat koq, di belakang masjid ini. Biar Bu ga apa apa GA USAH BAYAR.”
“Tanggung Bang, lagian saya takut nyasar,” kata si Ibu.
“Kalo Ibu mau saya anter saya sholat dulu, ya, Bu.”
Selesai sholat, Udin pun menuju ke becaknya. Ternyata si Ibu dan asistennya masih nunggu di becak. Diantarlah si Ibu tadi ke pusat perbelanjaan di belakang Masjid Raya. “Bang tunggu disini ya, ntar antar lagi balik ke hotel,” kata si Ibu.
“Iya Bu, tapi kalo Ibu balik lagi ke becak dan pas adzan ashar, ibu tunggu dulu disini krn mau shalat dulu”
Singkat cerita si Ibu kembali ke becak jam 15:30. Kemudian di becak dia nanya dimana Udin tinggal.
Si Ibu penasaran dengan kebiasaan Udin, demi sholat diawal waktu berani meninggalkan penumpang di becak, ga peduli dibayar atau tidak. “Bang, saya pengen tau rumah abang,” kata si Ibu.
“Waduh emangnya kenapa Bu?” tanya Udin kaget.
“Saya pengen kenal sama keluarga abang,” kata si Ibu.
“Jangan Bu, rumah saya jauh. Lagian di rumah saya engga ada apa-apa.”
Si Ibu terus memaksa. Akhirnya setelah menunggu si Ibu sholat jamak dzuhur dan ashar di hotel, mereka pun pergi menuju rumah Udin.
Tapi kali ini Udin pake becak, si Ibu mengikuti di belakangnya pake mobil Merci terbaru.
Setibanya di rumah kontrakan Udin, si Ibu kaget, karena rumahnya sangat kecil. Tapi kok berani tidak dibayar demi sholat.
Mungkin karena penasaran si Ibu nanya. “Bang koq berani engga dibayar?”
“Rezeki itu bukan dr pekerjaan kita Bu, rezeki itu dari Allah, saya yakin itu. Makanya kalo Allah manggil kita harus dateng.”
“hayya 'alalfalaah… kan jelas Bu. Marilah kita menuju kemenangan, kesejahteraan, kebahagiaan. Saya ikhtiar udah dengan narik becak, hasilnya gimana Allah. yang penting kitanya takwa ke Allah ya kan Bu?” kata Udin.
“Saya yakin janji Allah di QS At-Talaq 2-3.” kata Udin. Si Ibu pun terdiam sambil meneteskan air mata.
Setelah dikenalkan dan ngorol dgn keluarga Udin si Ibu pun pamit. Sambil meminta Udin mengantarkannya kembali minggu depan.
“Insya Allah saya siap Bu,” kata Udin. Si Ibu pun pamit sambil memberi ongkos becak ke Istrinya Udin. Setelah si Ibu pergi ongkos becak yang dimasukan kedalam amplop dibuka oleh Udin. Ternyata isinya satu juta rupiah. Udin dan keluarganya pun kaget dan bersyukur atas apa yang telah Allah berikan melewati si Ibu tadi.
Seminggu kemudian Udin mendatangi hotel tempat si Ibu menjanjikan. Setelah bertanya ke satpam, Udin tidak diperbolehkan masuk. Satpam engga percaya ada tamu hotel bintang lima janjian sama seorang tukang becak. Udin ga maksa, dia kembali ke becaknya.
Nah, itu pula yang sering kita lakukan, seringkali kita melihat orang dari penampilannya. Padahal Allah tidak melihat pangkat, jabatan, pekerjaan, harta, warna kulit kita. Allah hanya melihat ketakwaan kita. Karena penasaran Udin ga masuk-masuk ke Lobby Hotel, akhirnya si Ibu keluar, dan melihat Udin sedang tertidur di becaknya.
“Bang, kenapa engga masuk?” Tanya si Ibu sambil membangunkan Udin.
“Ga boleh sama satpam Bu,”jawab Udin.
“Bang, kan kemaren abang yang ngajak saya jalan-jalan pake becak. Sekarang giliran saya ngajak abang jalan-jalan pake mobil saya,” kata si Ibu.
“Lah, Ibu ini gimana sih, katanya mau saya anter ke toko lagi,” kata Udin.
“Iya mau dianter tapi bukan ke toko bang,” kata si Ibu diawal waktu.
Setelah diajak naik mobil Merci nya si Ibu, Udin pun menolaknya, karena dia merasa kebingungan.
“Mau dibawa kemana saya Bu ?”
“Udah saya pake becak saya aja, ngikut di belakang mobil Ibu. Engga pantes saya naik mobil sebagus itu,” kata Udin.
“Lagian becak saya mau ditaro dimana?”
Namun setelah dibujuk oleh sopir dan asisten si Ibu, Udin pun mau ikut naik mobil. Becaknya dititip di parkiran belakang hotel.
Berangkatlah mereka dari hotel. Masih dengan rasa penasaran Udin pun bertanya, “mau kemana sih Bu?”
Di salah satu kantor Bank Syariah, mereka pun berhenti. “Bang, pinjem KTP nya ya”, kata asisten si Ibu.
“Waduh apalagi nih?” pikir Udin.
“Buat apa Neng? Koq saya diajakin ke Bank, trus KTP buat apa?”, kata Udin heran.
Akhirnya asisten si Ibu menjelaskan, bahwa ketika minggu lalu mereka dianter Udin belanja, si Ibu mendapatkan sebuah pelajaran.Pelajaran hidup yang sangat mendalam. Dimana seorang abang becak dengan kehidupan yang pas-pasan tapi begitu percaya kepada janji Allah.
Sementara si Ibu yang merupakan seorang pengusaha besar dan suaminya pun pengusaha, selama ini kadang ragu pada janji Allah. Seringkali, akibat kesibukan mengurus usaha, belanja, meeting dll, dia menunda-nunda sholat. Bahkan tidak jarang lupa sholat.
“Nah sejak minggu lalu setelah pulang dari Bandung, Ibu mulai merubah kebiasaannya. Dia selalu berusaha sholat awal waktu”, kata asisten.
Saat pulang ke Jakarta, suaminya pun heran dengan perubahan si Ibu. Padahal dia juga punya kebiasaan yang sama dengan istrinya. Setelah diceritakan asal mula perubahan itu, suaminya pun menyadari, bahwa selama ini mereka salah. Terlalu mengejar dunia. Oleh karena itu Ibu dan suaminya ingin menghadiahi abang Udin untuk berangkat haji. Mendengar akan DIBERANGKATKAN IBADAH HAJI, Udin pun kaget campur bingung.
Dengan spontan Udin MENOLAK hadiah itu. “Engga mau neng, saya engga mau berangkat haji dulu. Meskipun itu doa saya tiap hari.”
“Loh koq engga mau Bang?” kata asisten kaget.
“Apa kata tetangga dan sodara2 saya nanti neng, saat saya pulang berhaji. Koq ke haji bisa tapi masih ngebecak?”
“Memang berangkat haji adalah cita2 saya. Tapi nanti setelah saya mendapatkan pekerjaan selain narik becak neng.”
Akhirnya asisten berdiskusi dgn si Ibu. Sambil menunggu mereka diskusi. Udin pun tidak henti2nya bertanya pada Allah.
“Ya Allah pertanda apakah ini?” kata Udin.
Tidak lama si Ibu menghampiri Udin dan bertanya “Bang, kan abang bisa bawa mobil, bagaimana kalau menjadi supir di perusahaan saya di Jakarta?”
“Waduh … Jakarta ya, Bu? Ntar, keluarga saya gimana disini. Anak-anak masih butuh bimbingan saya. Apalagi semuanya perempuan. Kayaknya engga deh Bu. Biar saya pulang aja deh. Insya Allah kalau Allah ridho lain kali pasti saya diundang untuk berhaji.”
Akhirnya si Ibu membujuk Udin untuk mendaftar haji dulu. Brangkatnya mau kapan terserah, yang penting dia menjalankan amanat suaminya. Kemudian si Ibu menelpon suaminya, menjelaskan kondisi yang ada mengenai Udin. Setelah selesai mendaftar haji di Bank, kemudian mereka pergi menuju sebuah dealer mobil.
“Kok masuk ke dealer mobil, Bu? Ibu mau beli mobil lagi? Mobil ini kurang gimana bagusnya?” kata Udin bingung. Sambil tersenyum si Ibu meminta Udin menunggu di mobil. Dia pun turun bersama asistennya. Selang setengah jam, si Ibu kembali ke mobil sambil membawa kwitansi pembayaran tanda jadi mobil.
“Nih bang, barusan saya sudah membayar tanda jadi pembelian mobil angkutan umum, pelunasannya nanti kalau trayek sudah diurus.”
“Mobil angkutan umum ini buat bang Udin, hadiah dari suami saya.” Kata si Ibu.
“Jadi sambil menunggu keberangkatan abang ke haji tahun depan, abang bisa menabung dengan usaha dari mobil angkutan milik sendiri.”
Sambil meneteskan air mata tidak henti-hentinya Udin mengucap syukur kepada Allah.
“Ini bukan dari saya dan suami saya, ini dari Allah melalui perantaraan saya,” kata si Ibu.
“Hadiah karena abang selalu menjaga sholat diawal waktu. Dan itu menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi saya dan suami.”
“Mudah-mudahan kita semua bisa istiqomah menjaga sholat awal waktu, ya, bang,” kata si Ibu.
Akhirnya mereka pun kembali ke hotel, namun sebelumnya mampir di masjid untuk sholat dzuhur berjamaah. Setelah sholat dzuhur kemudian makan siang, mereka pun berpisah. Udin pulang ke rumah dengan becaknya. Si Ibu langsung ke Jakarta.
Setelah itu kehidupan Udin semakin membaik. Dia sudah memiliki rumah sendiri, walapun nyicil. Yang tadinya dia seorang supir angkot dan abang becak, sekarang dia jadi pemilik angkot dan sudah berhaji.
Subhanallah, Alhamdulillah
Sampai saat ini Udin masih terus menjaga sholat awal waktu, malah semakin yakin dengan janji Allah. Cerita ini merupakan KISAH NYATA.
Semoga bisa menjadi inspirasi bagi kita semua, dan menjadikan kita semakin yakin dengan janji Allah.
Sahabat, .. poin dari cerita ini adalah ketika Allah berkehendak, semuanya akan menjadi nyata. Mari kita jaga sholat diawal waktu, untuk mendapatkan keberkahan dari-Nya. Yakinlah Allah selalu menjaga hamba-hamba Nya yang bertakwa.

Saturday, November 12, 2016

*BELAJAR RENDAH HATI DARI BAYAZID* (abi yazid al busthomi)

*BELAJAR RENDAH HATI DARI BAYAZID* (abi yazid al busthomi)

Suatu saat, salah-satu murid mengadu kepada Bayazid, "Tuan Guru, saya sudah beribadat tiga puluh tahun lamanya. Saya solat setiap malam dan puasa setiap hari, tapi anehnya, saya belum mengalami pengalaman rohani yang Tuan Guru ceritakan. Saya tak pernah saksikan apa pun yang Tuan gambarkan."
Bayazid menjawab, "Sekiranya kau beribadat selama tiga ratus tahun pun, kau takkan mencapai satu butir pun debu mukasyafah dalam hidupmu."
Murid itu heran, "Mengapa, ya Tuan Guru?"
"Kerana kau tertutup oleh dirimu," jawab Bayazid.
"Bisakah kau obati aku agar hijab itu tersingkap?" pinta sang murid.
"Bisa," ucap Bayazid, "tapi kau takkan melakukannya."
"Tentu saja akan aku lakukan," sanggah murid itu.
"Baiklah kalau begitu," kata Bayazid,
"sekarang tanggalkan pakaianmu. Sebagai gantinya, pakailah baju yang lusuh, sobek, dan compang-camping. Gantungkan di lehermu kantung berisi kacang. Pergilah kau ke pasar, kumpulkan sebanyak mungkin anak-anak kecil di sana. Katakan pada mereka, "Hai anak-anak, barangsiapa di antara kalian yang mau menampar aku satu kali, aku beri satu kantung kacang." Lalu datangilah tempat pengajian di mana jamaah kamu sering mengagumimu. Katakan juga pada mereka, "Siapa yang mau menampar mukaku, aku beri satu kantung kacang!"
"Subhanallah, masya Allah, lailahailallah," kata murid itu terkejut.
Bayazid berkata, "Jika kalimat-kalimat suci itu diucapkan oleh orang kafir, ia berubah menjadi mukmin. Tapi kalau kalimat itu diucapkan oleh seorang sepertimu, kau bisa berubah dari mukmin menjadi kafir."
Murid itu keheranan, "Mengapa bisa begitu?"
Bayazid menjawab, "Karena kelihatannya kau sedang memuji Allah, padahal sebenarnya kau sedang memuji dirimu. Ketika kau katakan: Tuhan mahasuci, seakan-akan kau mensucikan Tuhan padahal kau menonjolkan kesucian dirimu."
"Kalau begitu," murid itu kembali meminta, "berilah saya nasihat lain."
Bayazid menjawab, "Bukankah aku sudah bilang, kau takkan mampu melakukannya!"