Wednesday, June 8, 2016

Sesama Muslim Saling Memberi





MasyaAllah, beginilah akhlak seorang muslim, membuat air mata tak terasa mengalir..........
Semoga kita bisa mengambil hikmah dari video singkat ini.

NGAJI KITAB BERSAMA MBAH MUN Part 04







Sedikit Keterangan Dari Ngaji
شجرة المعارف والأحوال
Selasa Pon, 2 Romadlon 1437 H/ 7 Juli 2016 M Ba'da Dluhur.



Nabi Muhammad bersabda:
تخلقوا بأخلاق الله
"Berbudi pekertilah engkau sekalian dengan budi pekerti ALLOH".
Salah satu Akhlaq ALLOH adalah Mulia (Majdu). Sehingga salah satu nama ALLOH yang indah adalah Al-Majid, yang berarti Dzat yang banyak kemulyaan-NYA, serta sempurna dalam Dzat maupun sifat-NYA.
Orang yang melihat kemulyaan ALLOH, maka akan menghasilkan akhlaq berupa memulyakan sesama makhluq.
Cara manusia agar bisa berbudi pekerti seperti budi pekerti ALLOH adalah dengan senantiasa melihat, memikirkan dan menghadapkan diri kepada Akhlaq yang akan ditiru.
Apabila berangan-angan terhadap luasnya rahmat ALLOH, maka akan membuahkan harapan akan rahmat itu.
Apabila berangan-angan terhadap kerasnya siksaan, maka akan membuahkan rasa takut.
Apabila melihat kepada sifat mulya ALLOH, maka akan membuahkan hasil berupa memulyakan dan mengagungkan sesama makhluq.
Apabila melihat kepada sifat keindahan ALLOH, maka akan membuahkan adanya kecintaan yang timbul dari kecantikan dan keindahan itu.
Apabila melihat terhadap sifat esanya dalam pekerjaan, maka akan menghasilkan kepasrahan kepada ALLOH yang mempunyai sifat derma dan pemberi anugrah.
Apabila melihat semua sifat-sifat ALLOH, maka akan menghasilkan hasil berupa hilangnya semua makhluq dari hatinya, karena penuhnya hati dengan cahaya dan keagungan ALLOH.
Bagaimana tidak?
Jikalau perempuan-perempuan cantik pada masa Nabi Yusuf menjadi lupa terhadap dirinya saat melihat ketampanan Yusuf, sehingga tidak merasa sakit saat tangannya tergores pisau, maka bagaimana persangkaanmu saat seseorang melihat keindahan sifat Jamal Dari ALLOH.
Tentu saja akan lebih lupa kepada semua makhluq bahkan kepada diriny

Pengajian Tafsir Hari ke-2 Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya.








Pengajian hari kedua dilanjutkan kembali dengan diskusi dengan membahas ayat kursiy ayat 255. Untuk memperdalam Ayat kursiy dibaca berbagai keterangan, dari tafsir Sya'rawi, fakhru Razi Dan untuk menjelaskan sir ayat kursiy Maulana Hanib Luthfi Menyuruh santri untuk membaca kitab Khazinatul Asrar.
Maulana menjelaskan kenapa pembahasan ayat ini diulang kembali Karena banyak sekali paham, aliran yang salah memahami ayat-ayat ini, seolah ayat ini mengamini argumen mereka bahwa Allah membutuhkan tempat, seperti Arsy, Kursiy dll. Padahal ayat-ayat terkait dengan Kursiy Arsy dll adalah untuk menunjukan keagungan Allah SWT. Bahwa Makhluk-Nya saja begitu agung, seperti Kusiy besarnya meliputi langit dan bumi
Bahkan digambarkan dimensi semesta ini jika dibandingkan seperti debu dalam sebuah tameng.
Mengomentari keterangan bahwa jarak antara Kursiy dan Ars perjalanan 500 ribu tahun. Maulana menjelaskan kisah Syeikh Daqiqul Id serta Sulthonil Ulama Izudin bin Abdi Salam yang inkar terhadap Syeikh Ahmad Al-Badawi. Syeikh Ahmad Al-Badawi rumahnya di depan masjid tapi tidak pernah sholat Jumat. Nah Syeikh Daqiqul Id ingkar kepada Syeikh Ahmad al-Badwi. Siapa yang tidak kenal dengan kebesaran Daqiqul Id salam bidang fiqih, tapi beliau dijewer oleh Syeikh Ahmad al-Nawawi dan dilempar oleh beliau ke Dar Baidha. Ada Darul Baidha ada juga Jabal Qaf. Jabal qaf masih di bumi dekat dengan kutub Utara. Keduanya tempat Malaikat dan wali Muqarabin beribadah kepada Allah. Daqiqul id bingung mau pulang, ada yang mengatakan kepadanya tunggu hari Jumat nanti ikut imam. Setelah selesai jumat ternyata imamnya Syeikh Ahmad al-Badawi. Beliau meminta maaf dan minta dipulangkan. Kata Syeikh Ahmad al-Badawi jarak antara tempat ini dan rumahmu 60 tahun. Tapi Syeikh Ahmad Badawi menyuruh Syeikh Daqiq memegang ujung jubahnya, dan sampailah Syeikh Daqiq ke rumahnya.
Kata Maulana, nah jarak 60 tahun ini adalah jarak yang dihitung dengan peredaran bulan dan matahari. Kalau jarak antara Kursiy dan Arasy itu dihitung dengan apa, bukankah matahari dan bulan ibarat debu dibanding keduanya? Nah jarak itu dengan hitungan cahaya. Yaitu Nur atau cahaya Rasulullah saw.
Kemudian peserta ada yang bertanya, dimasyarakat ada yang menganggap ayat kuraiy dari ayat والهكم اله واحد Maulana Habib Luthfi menjelaskan itu adalah susunan Ahli Asrar yang mengetahui rahasia huruf. Seperti Syeikh Muhammad Haqi Naizili, Seikh Ahmad al-Buli, Syeikh Ahmad Daerobi, Syeikh Ahmad Dardiri. Sebagian ulama mengatakan bahwa WA ilahukum adalah asma Adzam. Ada wali Allah yang diberi 5, 6 ada juga yang 9 seperti Syeikh Abdul Qadir al-Jailani. Dan itulah wilayah kewaliannya. Terkadang ada seorang salik mencari Syeikh futuh oleh gurunya ditunjukan kepada Syeikh yang lain karena wilayah kewaliannya kelak dibawah kewalian wali futuhnya. Dan memiliki kesamaan dalam asma 'adzamnya.
Lalu kenapa ada ayat yang memiliki sir lebih tinggi dari yang lain, hal itu diantaranya disebabkan oleh kandungan makna ayat itu, ayat-ayat yang terkait dengan asma, sifat Allah lebih tinggi dari yang lain. Kemudian Maulana menjelaskan panjang lebar sir dan garaib yang dikandung dalam berbagai ayat.
Kemudian pembahasan dilanjutkan pada ayat 260 yang mengisahkan Nabi Ibrahim. Nabi Ibrahim belajar dan yang mengajari Allah subhanahu wa Ta'ala. Nabi Ibrahim belajar agar lebih mantap. Nabi Ibrahim melihat matahari, bulan bintang dll, dari itu Nabi Ibrahim belajar bahwa semua makhluk berubah bahkan surga sekalipun. Surga setiap detik bertambah keindahan dan kenikmatannya. Nah Allah itu baik sifat, dzat, keagungan-Nya tidak bertambah atau berkurang. Misalkan manusia beribadah siang malam, tahajud, semua doa dan dzikir dibaca itu tidak akan menambah keagungan-kesempurnaan-Nya.

Video Kesabaran dan suka memberi



Luangkan DUA Menit Saja untuk melihat Video yang sangat INDAH ini.
Pesan Apa saja yang bisa Anda DAPATKAN...?

Tuesday, June 7, 2016

*Jalan Keluar Dari Kesusahan*





{Sang Guru Mulia Al Alim Al Allamah Al Musnid Al Habib Umar bin Hafidz}




Dikisahkan pada suatu hari ada seorang lelaki yang bekerja di sebuah hotel yang biasa menyajikan arak (minuman memabukan) dan menjual barang-barang syubhat bertemu dengan Syaikh asy-Sya’rawi (Syaikh Mutawali asy-Sya’rawi) rahimahullah. Kemudian Syaikh asy-Sya’rawi menyuruh lelaki tadi untuk berhenti bekerja di hotel tersebut. Akan tetapi lelaki ini beralasan bahwa dia terpaksa bekerja di hotel itu karena ingin menghidupi keluarganya dan guna membayar hutang.
Syaikh asy-Sya’rawi kemudian berkata, “Wahai anakku, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَمَن يَتَّقِ اللّٰهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا – الطلاق:٢
Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah maka Allah akan menunjukan kepadanya jalan keluar dari kesusahan (Qur’an Surat Ath-Thalaq:2)”.
Lalu Syaikh bertanya kepada lelaki itu, “Adakah Allah menyebut taqwa dahulu atau jalan keluar dahulu?”.
“Allah menyebut taqwa dahulu,” jawab si lelaki itu.

Syaikh pun berkata, “Jadi kenapa kamu mau mencari jalan keluar dahulu sebelum taqwa? Kenapa duduk di tempat munkar ini untuk mencari jalan keluar dahulu, kemudian baru bertaqwa? Kamu semestinya bertaqwa dahulu dan kemudian pasti Allah akan menunjukan kamu jalan keluar”.
Setelah mendengarkan nasihat Syaikh asy-Sya’rawi maka lelaki ini pun setuju. Dia meninggalkan pekerjaannya dengan gajinya yang tinggi di hotel tadi.
Tak lama kemudian, ada seseorang datang bertemu dengan lelaki ini dan menawarkannya sebuah pekerjaan sebagai pengurus di hotel yang berada di Madinah Al Munawwarah berdekatan dengan makam Nabi Muhammad Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam. Pekerjaan barunya ini ternyata lebih baik dan hutang-hutangnya pun selesai (lunas) disebabkan ia mau mendengarkan nasihat Syaikh asy-Sya’rawi dulu, “Yang mana lebih dahulu, taqwa atau jalan keluar?”. Utamakan taqwa dahulu dan Allah akan memberi jalan keluar. Apakah kamu hendak mencari jalan keluar sedang kamu dalam keadaan ingkar kepada Allah? Kegilaan apakah ini?
“Siapa yang bertaqwa kepada Allah, maka Allah akan menunjukan jalan keluar”.
Yang awal sekali adalah taqwa kemudian jalan keluar akan datang. Tetapi kenapa kamu mau mengikuti cara yang terbalik? Itu tidak akan efektif.
Waallahu'alam..

Mengenang Hadrotus Syeikh Hasyim Asy'ari







Malam ini malam 3 romadhon
69 Tahun yang lalu tepat nya 1947
Utusan Jendral Besar Sudirman dan Bung Tomo Sowan Pada Hadrotus Syeikh Hasyim Asy'ri di Jombang ,
Minggu pertama bulan Puasa saat itu adalah Hari Hari yang Genting , dan sampai pada malam ke 7 saat yang sangat Berat ,di waktu subuh saat Pemimpin tertinggi NU ,Roisul Akbar KH Hasyim Asy'ari berpulang ke Rahmatullah .
Utusan tersebut menyampaikan tiga pesan :
1- Di wilayah Jawa Timur, Belanda melakukan serangan militer besar-besaran untuk merebut kota-kota di wilayah Karesidenan Malang, Besuki, Surabaya, Madura, Bojonegoro dan Madiun.
2- Hadhratus Syaikh dimohon berkenan untuk mengungsi ke Sarangan, Magetan, agar tidak tertangkap oleh Belanda. Sebab, jika tertangkap, beliau akan dipaksa membuat statemen mendukung Belanda. Jika hal itu terjadi, maka moral para pejuang akan runtuh.
3- Jajaran TNI di sekitar Jombang diperintahkan untuk membantu pengungsian Kyai Hasyim.
Tapi .....
Nama nya juga Kyai Hasyim dan bukan Kyai Hasyim kalo menghindar dari Medan Laga, selalu menghadapi segala permasalahan yg datang termasuk melawan penjajahan

Sekelumit cerita , sekedar mengingatkan kpd Guru Besar kita yg memang Haul nya tidak mau di besar - besarkan
Akan tetapi bagi kita , Jamaah nya, dan semoga di akui sebagai santri nya
Mari bersama kita haturkan segenap Doa utk Beliau Hadrotus Syeikh Hasyim Asy'ari
Beserta segenap Keluarga nya istri serta putra putri dan cucu cucu nya
Wa bil khusus , Romo Kyai Wahid Hasyim , dan Romo Kyai Abdurrahman Wahid
Segala Amal nya semoga di ridhoi Allah SWT

Makna Hidup Untuk Modal Setelah Mati





Jadikanlah hidup setelah mati itu sebagai uang modal kamu dan hidup di dunia ini sebagai keuntungannya.
Pergunakanlah waktumu, pertama-tama, untuk hidup setelah mati. Jika ada waktu yang lebih, maka pergunakanlah waktu itu untuk kehidupan duniamu.
Janganlah kamu menggunakan hidupmu di dunia ini sebagai uang modal dan hidup setelah mati sebagai keuntungan, di mana kamu memanfaatkan waktu lebihmu itu untuk hidup setelah mati,
di samping menunaikan shalat lima waktu; seakan-akan mengubah semuanya di dalam satu gerakan, memasukkan bagian-bagiannya dan merusakkan susunannya, tanpa ruku dan sujud serta tanpa thuma’ninah; atau apabila kamu merasa penat dan letih, kamu tidur dengan membiarkan segalanya tidak terpelihara; seperti mayat di waktu malam yang pada siang harinya memuaskan nafsu kebinatangannya dan nafsu iblisnya.
Jangan pula kamu menjual akhiratmu untuk duniamu dan kamu menjadi hamba nafsu kebinatanganmu.
Kamu diperintahkan untuk menguasai hawa nafsu kamu dan membawa diri kamu ke jalan yang lurus dan benar.
Tetapi kamu membiarkan diri kamu dikuasai hawa nafsu iblis, sehingga merugilah kamu di dunia ini dan di akhirat kelak kamu akan diazab dengan api neraka.
Di hari perhitungan kelak, kamu akan menjadi orang yang paling miskin dan paling merugi serta segala apa yang kamu kumpulkan untuk duniamu hilang lenyap dari sisimu.
Maka benar-benar kamu menjadi orang yang merugi.
Sebaliknya jika kamu mengikuti jalan akhirat dan menjadikannya sebagi uang modal, maka kamu akan beruntung di dunia dan di akhirat, serta apa yang ditakdirkan untuk kamu di dunia ini akan datang kepadamu dan kamu mendapatkan keselamatan dan dihormati.
Nabi pernah bersabda, “Sesungguhnya Allah akan memberi keselamatan kepadamu dalam kehidupan duniamu, jika kamu menunjukkan niatmu di akhirat.
Tapi, keselamatan akhirat tidak akan diberikan, jika niatmu kamu tujukan ke kehidupan dunia.”
Niat yang ditujukan ke akhirat itu adalah keta’atan kepada Tuhan, karena niat itu ialah jiwa ibadah.
Oleh karena itu, apabila kamu ta’at kepada Allah dan mengharapkan akhirat, maka kamu akan menjadi orang yang dipilih oleh Allah dan masuk ke dalam golongan orang-orang yang ta’at dan cinta kepada Allah serta kehidupan akhirat akan kamu dapati, yaitu surga dan kedekatan kepada Allah.
Kemudian, dunia ini akan mengabdi kepadamu dan segala sesuatu yang telah ditentukan untuk kamu, pasti akan kamu terima sepenuhnya, karena segala sesuatu itu tunduk kepada Allah Yang Maha Menguasai segalanya.
Jika kamu terlena dan tenggelam di dalam kehidupan dunia dan tidak lagi mau memperhatikan kehidupan akhiratmu, maka Tuhan akan murka kepada kamu.
Kamu tidak akan mendapatkan akhirat dan dunia tidak akan takluk kepadamu. Kamu merasakan kesulitan di dalam mendapatkan bagian-bagian yang telah ditentukan untukmu, karena Allah murka kepadamu,
sedangkan semua yang tersebut itu sebenarnya adalah kepunyaan Allah belaka.
Barangsiapa mendurhakai Allah, maka Allah akan menghinakannya.
Nabi Muhammad SAW bersabda, “Dunia dan akhirat itu bagaikan sepasang suami istri. Jika kamu melayani salah seorang saja di antara keduanya, maka yang lainnya akan marah kepadamu.”
Allah SWT berfirman, “… di antara kamu ada orang yang menghendaki dunia dan di antara kamu ada yang menghendaki akhirat…” (QS 3:152)
Orang yang menghendaki dunia saja disebut ahli dunia dan orang yang menghendaki akhirat disebut ahli akhirat.
Perhatikanlah diri kamu, termasuk golongan manakah kamu ?
Dalam dunia ini, ke dalam golongan manakah di antara dua ahli itu kamu ingin termasuk ?
Ketika kamu berada di alam akhirat, sesudah mati nanti, kamu akan megetahui bahwa sebagian di antara kamu masuk ke dalam surga dan satu golongan lagi masuk ke dalam neraka.
Dan ada satu golongan manusia lagi, yaitu yang tetap tinggal di tempatnya sambil menjalani perhitungan dan pembicaraan. Satu hari di sana, menurut firman Tuhan, seperti 15.000 tahun di dunia.
Ada pula satu golongan manusia yang duduk di tempat makan sambil makan makanan yang enak-enak, buah-buahan, manis-manisan yang lebih putih daripada es,
sebagaimana diriwayatkan di dalam hadits, “Mereka akan melihat tempat tinggal mereka di surga. Apabila Allah telah selesai menanyai manusia, mereka akan memasuki surga itu.
Mereka akan pergi menuju tempat tinggal mereka, seperti halnya orang-orang di dunia ini menuju tempat tinggal mereka.”
Mereka yang memasuki surga itu adalah orang-orang yang meninggalkan dunia mereka dan berusaha mencapai kebahagiaan akhirat dan Allah.
Sedangkan orang-orang yang malang adalah mereka yang tidak langsung menghiraukan akhirat dan yang menghabiskan masa hidupnya di dunia dengan hal-hal keduniaan saja serta bimbang dengannya. Mereka melupakan hari perhitungan mereka di hadapan Allah dan mereka tidak mau memperdulikan Al Qur’an dan sabda-sabda Nabi.
Perhatikanlah dan kasihanilah diri kamu serta pilihlah golongan yang lebih baik di antara kedua golongan tersebut.
Hindarkanlah diri kamu dari persahabatan dan pergaulan dengan orang-orang jahat atau setan.
Ikutilah Al Qur’an dan sunnah Nabi.
Perhatikan, pikirkan dan amalkanlah keduanya.
Janganlah kamu terpengaruh oleh kata-kata kosong dan ketamakan.
Firman Allah, “Apa saja harta rampasan (fai-I) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya yang berasal dari penduduk kota-kota, maka adalah untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta-harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah; dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya.” (QS 59:7)
Janganlah kamu menentang Nabi dan jangan pula kamu mengubah peraturan dengan berpura-pura pandai, baik dalam perbuatan kamu maupun di dalam beribadah.
Allah berfirman, “Kemudian Kami iringi di belakang mereka dengan rasul-rasul Kami dan Kami iringi (pula) dengan Isa putra Maryam; dan Kami berikan kepadanya Injil dan Kami jadikan dalam hati orang-orang yang mengikutinya rasa santun dan kasih sayang.
Dan mereka mengada-adakan rahbaniyyah, padahal Kami tidak mewajibkannya kepada mereka tetapi (mereka sendirilah yang mengada-adakannya), untuk mencari keridhaan Allah, lalu mereka tidak memeliharanya dengan pemeliharaan yang semestinya. Maka Kami berikan kepada orang-orang yang beriman di antara mereka pahalanya dan banyak di antara mereka orang-orang fasik.” (QS 57:27)
Allah telah membersihkan Nabi-Nya dan menjauhkannya dari yang batil.
Firman Allah, “Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (QS 53:3-4).
Dengan kata lain, firman ini bermaksud, “Apa saja yang dibawanya kepada kamu adalah dari Aku, dan bukannya dari dirinya atau hawa nafsunya. Oleh karena itu, ikutilah dia.”
Firman Allah lagi, “Pada hari ketiga tiap-tiap diri mendapati segala kebajikan dihadapkan (ke hadapannya), begitu (juga) kejahatan yang telah dikerjakannya; ia ingin kalau kiranya antara ia dengan hari itu ada masa yang jauh; dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. Dan Allah sangat Penyayang kepada hamba-hamba-Nya.” (QS 3:30)
Jalan untuk menempuh kasih sayang-Nya itu adalah mematuhi sabda-sabda dan perbuatan Nabi.
Nabi Muhammad SAW bersabda, “Berusaha itu adalah jalanku dan tawakal kepada Allah itu adalah keadaanku.”
Oleh karena itu, kamu harus berada di antara perbuatan dan keadaannya. Jika iman kamu lemah, maka hendaklah kamu berusaha, dan ini adalah perbuatannya. Dan jika iman kamu kuat, maka pergunakanlah keadaan kamu, yaitu bertawakal kepada Allah.
Allah berfirman, “Dan kepada Allah-lah kamu patut bertawakal.” (QS 5:26).
Allah juga berfirman, “… dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya…” (QS 56 – 3)
Selanjutnya Allah berfirman, “Dan sungguh jika kamu meninggal atau gugur, tentulah kepada Allah saja kamu dikumpulkan.” (QS 3:158)
Allah menyuruhmu untuk bertawakal dan berpegang teguh kepada Allah, sebagaimana Nabi pun disuruh berbuat demikian. Nabi SAW bersabda, “Barangsiapa berbuat sesuatu yang bukan dari perintah kami, maka perbuatannya itu tidak akan diterima.”
Hal ini mencakup kehidupan, perbuatan dan perkataan. Kita tidak mempunyai Nabi lagi selain beliau yang harus kita ikuti dan tidak ada kitab, selain Al Qur’an yang harus kita patuhi.
Oleh karena itu, janganlah kamu melanggar keduanya. Jika tidak, maka kamu akan mendapatkan kehancuran dan kamu akan dipimpin oleh hawa nafsu kebinatangan dan iblis yang membawa ke jalan yang sesat. Allah berfirman, “… dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah …” (QS 38:26)
Keselamatan itu terletak pada Kitab Allah dan sunnah Nabi. Sedangkan kerusakan akan datang, jika kamu menyimpang dari keduanya.
Dengan Al Qur’an dan sunnah Nabi itulah maka si hamba dapat naik ke derajat wilayah, badaliyyat dan ghautsiyyat.
المقالة السادسة والثلاثون
فـي بـيـان الـدنـيـا و الآخـرة و مـا يـنـبـغـي أن يـعـمـل فـيـهـمـا
قـال رضـي الله تـعـالى عـنـه و أرضـاه :أجعل آخرتك رأس مالك ودنياك ربحه، وأصرف زمانك أولاً في تحصيل آخرتك. ثم إن فضل من زمانك شئ اصرفه في دنياك وفى طلب معاشك، ولا تجعل دنياك رأس مالك وآخرتك ربحه. ثم إن فضل من الزمان فضلة صرفتها في آخرتك تقتضى فيها الصلوات تسبكها سبيكة واحدة ساقطة الأركان، مختلفة الواجبات من غير ركوع وسجود وطمأنينة بين الأركان، أو يلحقك التعب والإعياء فتنام عن القضاء جملة، جيفة في الليل بطالاً في النهار تابعاً لنفسك وهواك وشيطانك، وبائعاً آخرتك بدنياك عند النفس ومطيتها، أمرت بركوبها وتهذيبها ورياضتها والسلوك بها في سبيل السلامة وهى طرق الآخرة وطاعة مولاها عزَّ وجلَّ فظلمتها بقوبلك منها وسلمت زمامها إليها وتبعتها في شهواتها ولذاتها وموافقتها وشيطانها وهواها ففاتك خير الدنيا والآخرة وخسرتهما فدخلت القيامة أفلس الناس وأخسرهم ديناً ودنيا، وما وصلت بمتابعتها إلى أكثر من قسمك من دنياك، ولو سلكت بها طريق الآخرة وجعلتها رأس مالك ربحت الدنيا والآخرة ووصل إليك قسمك من الدنيا هنيئاً مرئياً وأنت مصون مكرم، كما قال النبي صلى الله عليه وسلم : (إن الله يعطى الدنيا على نية الآخرة ولا يعطى الآخرة على نية الدنيا) وكيف لا يكون كذلك ونية الآخرة هي طاعة الله لأن النية روح العبادات وذاتها.
وإذا أطعت الله بزهدك في الدنيا أو طلبك دار الآخرة كنت من خواص الله عزَّ وجلَّ وأهل طاعته ومحبته، وحصلت لك الآخرة وهى الجنة وجوار الله عزَّ وجلَّ وخدمتك الدنيا فيأتيك قسمك الذي قدر لك منها، إذ الكل تبع لخالقها ومولاها وهو الله عزَّ وجلَّ، وإن اشتغلت بالدنيا وأعرضت عن الآخرة غضب الرب عليك ففاتتك الآخرة وتعاصت الدنيا عليك وتعسرت وأتعبتك في إيصال قسمك إليك لغضب الله عزَّ وجلَّ عليك لأنها مملوكته، تهين من عصاه وتكرم من أطاعه فيتحقق حينئذ قوله صلى الله عليه وسلم : (الدنيا والآخرة ضرتان، إن أرضيت إحداهما أسخطت عليك الأخرى). قال تعالى : }مِنكُم مَّن يُرِيدُ الدُّنْيَا وَمِنكُم مَّن يُرِيدُ الآخِرَةَ{.آل عمران152. يعنى به أبناء الآخرة، فانظر من أبناء أيهما أنت؟؟ ومن أي القبيلتين تحب أن تكون وأنت في الدنيا؟؟ ثم إذا صرت إلى الآخرة فالخلق فريقان فريق في طلب الدنيا وفريق في طلب الآخرة، وهم أيضاً يوم القيامة فريقان }فَرِيقٌ فِي الْجَنَّةِ وَفَرِيقٌ فِي السَّعِيرِ{.الشورى7. فريق في الموقف قيام في طول الحساب }فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ{.المعارج4. مما تعدون كما قال تعالى، وفريق في ظل العرش كما أخبر النبي صلى الله عليه وسلم : (إنكم تكونون يوم القيامة في ظل العرش عاكفون على الموائد، عليها أطايب الطعام والفواكه والشهد أبيض من الثلج). كما جاء في الحديث : (وينظرون منازلهم في الجنة حتى إذا فرغ من حساب الخلق دخلوا الجنة، يهتدون إلى منازلهم كما يهتدي أحد الناس في الدنيا إلى منزله). فهل وصلوا إلى هذه إلا بتركهم الدنيا واشتغالهم بطلب الآخرة والمولى. وهل وقعوا أولئك في الحساب وأنواع الشدائد والذل إلا لاشتغالهم بالدنيا ورغبتهم فيها وزهدهم في الآخرة وقلة المبالاة بأمرها ونسيان يوم القيامة وما سيصيرون إليه غداً مما ذكر في الكتاب والسنة.
فانظر لنفسك نظر رحمة وشفقة، واختر لها خير القبيلتين وأفردها عن أقران السوء من شياطين الإنس والجن، وأجعل الكتاب والسنة أمامك وأنظر فيهما وأعمل بهما، ولا تغتر بالقال والقيل والهوس. قال الله تعالى : }وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانتَهُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ{.الحشر7. ولا تخالفوه فتتركوا العمل بما جاء به وتخترعوا لأنفسكم عملاً وعبادة كما قال عزَّ وجلَّ في حق قوم ضلوا سواء السبيل }وَرَهْبَانِيَّةً ابْتَدَعُوهَا مَا كَتَبْنَاهَا عَلَيْهِمْ{.الحديد27.، ثم إنه زكى هو عزَّ وجلَّ نبيه صلى الله عليه وسلم ونزهه عن الباطل والزور فقال عزَّ وجلَّ : }وَمَا يَنطِقُ عَنِ الْهَوَى * إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى{.النجم3–4. أي ما آتاكم به فهو من عندي لا من هواه ونفسه فاتبعوه، ثم قال تعالى : }قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللّهُ{.آل عمران31. فبين أن طريق المحبة إتباعه قولاً وفعلاً، فالنبي عليه الصلاة والسلام قال : (الاكتساب سنتي، والتوكل حالتي) أو كما قال، فأنت بين سنته وحالته وإن ضعف إيمانك فالتكسب الذي هو سنته وإن قوى إيمانك فحالته التي هي التوكل قال الله تعالى : }وَعَلَى اللّهِ فَتَوَكَّلُواْ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ{.المائدة23. وقال تعالى : }وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ{.الطلاق3. وقال تعالى : }إِنَّ اللّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ{.آل عمران159. فقد أمرك بالتوكل ونبهك عليه كما أمر نبيه صلى الله عليه وسلم في قوله : }وَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ{.النساء81.الأنفال61.الأحزاب3+48. فاتبع أوامر الله عزَّ وجلَّ في سؤاله في أعمالك فهي مردودة عليك قال النبي صلى الله عليه وسلم : (من عمل عملاً ليس عليه أمرنا فهو رد) هذا يعلم طلب الرزق والأعمال والأقوال، ليس لنا نبي غيره فنتبعه ولا كتاب غير القرآن فنعمل به، فيضلك هواك والشيطان. قال الله تعالى : }وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوَى فَيُضِلَّكَ عَن سَبِيلِ اللَّهِ{.ص26. فالسلامة مع الكتاب والسنة، والهلاك مع غيرهما، وبهما يترقى العبد إلى حالة الولاية والبدلية والغوثية،
والله أعلم.