Saturday, July 30, 2016

Kata Mutiara : MAULANA AL HABIB MUHAMMAD LUTHFI BIN ALI BIN YAHYA





"Majelis ini diwarnai dengan cahaya, yaitu cahaya lailahaillalloh dan cahaya sayyiduna Muhammadurrasulullah. Cahaya itu telah menyatukan kita mesti dari berbagai negara"
"Bela negara hendaknya tidak disalahpahami mengangkat senjata. Bela negara adalah memberikan yang terbaik utk bangsa dan menjaga persatuan umat"
"Setiap bangsa punya lambang harga dirinya dan lambang itu adalah bendera. Kami menghormati bendera bukan menghormati secarik kain. Kami menghormati krn ia simbol harga diri bangsa. Simbol perjuangan syuhada. Kalau melihat bendera, tanyakan pd diri sendiri, apakah yg sudah saya berikan pada bangsa negara?"
"Intinya adalah bersatu dan bersamanya TNI Polri dan ulama. Apabila mrk duduk bersama seperti saat ini dan turun bersama ke masyarakat untuk memberi contoh apa yg dimaksut dari bela negara, maka negara akan maju."
-- Khutbah Iftitah
MAULANA AL HABIB MUHAMMAD LUTHFI BIN ALI BIN YAHYA, Rais Aam Jam'iyyah Ahlit Thariqah Al Mu'tabarah An Nahdliyah, dalam Pembukaan Konferensi Internasional Bela Negara, Pekalongan, 27 Juli 2016, di hadapan 1500 Ulama Thariqah dan perwakilan Ulama dari 59 Negara di Dunia --

Kata Mutiara : SYAIKH USAMAH ABDURRAZZAQ AR-RIFA'I, LIBANON




"Saya tidak tahan dengan perpecahan yang ada di Lebanon. Banyak buku yg diterbitkan mengurusi khilafiah sehingga memecah belah umat"
"Tidak setiap orang bisa membuat fatwa"
"Hati-hatilah dengan dai yang baru. Menjadi dai harus menguasai keilmuan yang memadai"
"Kalau ada dai bicara sembarangan, tanyalah siapa gurunya"
"Janganlah menganggap sesat ahli tasauf. Karena mengangat sesat mereka adalah menganggap sesat ahlu ibadah"
"Kita tidak bisa mengatakan: saya tidak perlu madhab. Saya berpegang pada Rasululloh saja. Tidak bisa berkata seperti itu karena kita bisa mengetahui Rasululloh hanya dari para ulama"
"Belajar dari pengalaman: Banyaknya pemahaman salah yang memecah belah, hendaknya kita tidak diam"
"Kalau sudah pecah belah habislah bangsa"
"Perbedaan adalah keniscayaan; dan harus ditoleransi. Tapi bukan perbedaan yg memecah belah. Perbedaan yang membawa kehancuran"
"Saya pernah bertanya. Mengapa kamu tidak ke masjid. Dia jawab: saya takut kalau saya ke masjid, saya disalahkan dan dibuat kaku ibadah saya". " Ada yang jawab: saya takut diinjak kaki saya.
"Rapatkan kaki kalian makna sebenarnya hadis tersebut adalah rapatkan hati kalian. Karena di Lebanon rapat kaki tapi masih mengganggu saudaranya. Kaki rapat sekalipun setan bisa menggoda dari sisi yang lain. Jadi maksud rapat kaki adalah rapatkan hati kalian"
"Hindarilah memberi stigma pd yang lain agar bangsa tetap damai"
"Kalau sudah pecah belah, habislah bangsa"
"Mari mendekat pada Rasululloh. Para sahabat berkata: ketika kami melihat Rasululloh, kami menjadi mudah saling memaafkan"
-- SYAIKH USAMAH ABDURRAZZAQ AR-RIFA'I, LIBANON, Dalam Konferensi Internasional Bela Negara, Pekalongan, 27 Juli 2016 --

Kata Mutiara : Syaikh Musthafa Abu Shway dari Palestina (kanan) dan Dr. Othman Shibly dari Amerika Serikat (kiri)






"Umat Islam menjadi pelopor dalam meletakkan asas kebangsaan, yakni ketika Rasulullah mengakui peran umat Yahudi dan Nasrani di Madinah sebagai satu bangsa, bersama-sama dengan umat Islam. Maka kita pahami bahwa peradaban Islam sangat terbuka bagi seluruh umat manusia. Kita harus menegaskan bahwa kaum muslimin adalah umat yang penuh kebaikan, kedamaian, kasih sayang, yang diperuntukkan bagi seluruh manusia, binatang, dan tumbuhan. Maka kita juga akan intensif melakukan dialog tidak hanya dengan yang sesama pemahaman, tetapi juga terbuka dengan pihak-pihak lain. Keyakinan kita bahwa agama yang kita anut adalah agama yang benar, tidak kemudian memungkiri eksistensi agama lain, sehingga tidak menjadikan kita mudah menumpahkan darah umat yang lain."
[Syaikh Musthafa Abu Shway dari Palestina (kanan) dan Dr. Othman Shibly dari Amerika Serikat (kiri), dalam Konferensi Internasional Bela Negara hari pertama sesi kedua di Hotel Santika, Pekalongan]

FUTUHUL GHAIB (Risalah ke-67)

KAJIAN KITAB:

FUTUHUL GHAIB (Risalah ke-67)
[Menyingkap Rahasia Ilahi]
Mutiara karya Syeikh Abdul Qodir Al-Jailany ra
Apabila kamu telah dapat membunuh dan mematikan dirimu, maka Allah akan menghidupkannya kembali, ia akan melawan lagi dan minta dipuaskan hawa nafsunya serta menikmati perkara-perkara yang haram dan yang diperbolehkan.
Oleh karena itu, kamu masih perlu berjuang lagi dan mengawasi diri kamu itu. Dengan demikian, balasan akan dituliskan untukmu dalam setiap kali kamu berjuang.
Inilah yang disabdakan oleh Nabi SAW, :
“Kita baru saja kembali dari jihad yang kecil (perang melawan orang-orang kafir) dan masuk kepada jihad yang besar (melawan hawa nafsu).”
Jihad besar ini ialah berjuang melawan hawa nafsu diri sendiri yang tiada putus-putusnya, berjuang melawan kehendak dan keinginan untuk melakukan dosa dan maksiat.
Inilah yang dimaksudkan oleh Allah di dalam firman-Nya,:
“… dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal)” (QS 15:99)
Allah memerintahkan kepada Rasul-Nya supaya menyembah Dia saja. Ini memerlukan perlawanan terhadap ego atau diri beserta kehendak dan kemauannya yang selalu bertentangan dengan kehendak Allah. Demikianlah, perjuangan itu selalu ada sampai datang ajal.
Jika ada pertanyaan, :
“Bagaimana Nabi bisa kurang berkhidmat kepada Allah, sedangkan ia tidak mempunyai keinginan dan meluluhkan hawa nafsu badaniah ?
dan Allah berfirman,
“Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (QS 53:3-4)”
Jawabannya ialah :
bahwa Allah menyatakan ini kepada Rasul-Nya dimaksudkan untuk mengiyakan atau menekankan perkara ini, agar menjadi ikutan bagi seluruh umatnya di sepanjang masa.
Allah Yang Maha Agung memberikan kekuasaan kepada Rasul-Nya untuk mengontrol dirinya dan tidak bersusah payah lagi beliau melawan diri atau egonya sendiri, dan ini membedakan beliau dari para pengikutnya.
Apabila si mu’min terus berjuang melawan dirinya sampai akhir hayatnya, maka Allah akan memberinya surga,
sebagaimana firman-Nya ini, “Maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya.” (QS 79:41)
Apabila Allah telah memasukkan dia ke dalam surga itu, maka jadilah surga itu sebagai tempat beristirahatnya yang kekal dan abadi. Ia tidak akan dipindahkan ke tempat lain atau ke dunia lagi. Dari masa ke masa, semakin bertambah banyak dan baiklah karunia Allah yang diterimanya, ini juga kekal dan tidak ada putus-putusnya, sebagaimana ia berjuang melawan hawa nafsunya di dunia ini dengan tiada henti-hentinya.
Tetapi, orang-orang yang kafir dan munafik serta orang-orang yang berbuat dosa dan maksiat, bila mereka berhenti melawan diri mereka sendiri dan keinginan mereka terhadap dunia ini, mereka mengikuti iblis dan setan, bercampur baur dengan berbagai kekufuran dan syirik, dan bergelimang dosa dan noda sampai nyawa mereka bercerai dengan badan mereka, tanpa masuk Islam dan bertobat,
maka Allah akan memasukkan mereka ke dalam neraka yang penuh dengan azab dan siksa,
sebagaimana firman Allah,:
“Maka jika kamu tidak dapat membuatnya, peliharalah dirimu dari api neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir.” (QS 2:24)
Allah menjadikan neraka sebagai tempat tinggal mereka. Di situ, kulit, tulang dan daging mereka akan dibakar hangus oleh api neraka. Kemudian, kulit, tulang dan daging mereka itu akan diganti dengan yang baru, yang akan dibakar lagi.
Allah SWT berfirman, :
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lainnya, supaya mereka merasakan azab. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS 4:56)
Allah berbuat demikian itu lantaran mereka telah bersatu dengan diri mereka sendiri dan dengan keinginan mereka terhadap dunia di dalam perkara berbuat dosa.
Oleh karena itu, kulit dan daging mereka terus-menerus hangus terbakar, kemudian diganti dengan yang baru, setelah itu dibakar lagi dan diganti lagi dengan yang baru. Demikianlah, dengan tidak ada putus-putusnya. Mereka senantiasa berada dalam azab dan siksa yang pedih.
Sebaliknya, para penghuni surga senantiasa menikmati karunia Allah yang baru, terus berganti baru dan bertambah-tambah dengan tidak ada putus-putusnya.
Dengan demikian, merekapun selalu bertambah syukur atas karunia Allah itu. Inilah balasan yang mereka dapati dari hasil perjuangannya yang tiada henti-hentinya di dunia dahulu, ketika mereka melawan kehendak dan keinginan hawa nafsu angkara murka mereka agar bersesuaian dengan kehendak Allah.
Inilah apa yang disabdakan oleh Nabi besar Muhammad SAW yang maksudnya kurang lebih, “Dunia ini ialah ladang akhirat.”
المقالة السابعة والستون
فـي جـهـاد الـنـفـس و تـفـصـيـل كـيـفـيـتـه
قـال رضـي الله تـعـالى عـنـه و أرضـاه : كلما جاهدت نفسك و غلبتها و قتلتها بسيف المخالفة أحياها الله، و نازعتك و طلبت منك الشهوات و اللذات الجناح منها و المباح، لتعود إلى المجاهدة ليكتب لك ثواباً دائماً، و هو معنى قول النبي صلى الله عليه وسلم : ( رجعنا من الجهاد الأصغر إلى الجهاد الأكبر ) أراد مجاهدة النفس لدوامها و استمرارها على الشهوات و اللذات، و إنهماكها في المعاصي، و هو معنى قوله عزَّ و جلَّ :وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ.الحجر99. أمر الله عزَّ و جلَّ لنبيه صلى الله عليه وسلم بالعبادة و هي مخالفة النفس، لأن العبادة كلها تأباها النفس و تريد ضدها إلى أن يأتيه اليقين يعنى الموت.
فإن قيل : كيف تأبى نفس رسول الله صلى الله عليه وسلم العبادة و هو عليه والصلاة و السلام لا هوى له وَمَا يَنطِقُ عَنِ الْهَوَى * إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى.النجم3–4. فيقال أنه عزَّ و جلَّ خاطب نبيه صلى الله عليه وسلم ليتقرر به الشرع فيكون عاماً بين أمته إلى أن تقوم الساعة. ثم إن الله عزَّ و جلَّ أعطى نبيه عليه الصلاة و السلام القوة على النفس و الهوى، كيلا يضراه و يحوجاه إلى المجاهدة، بخلاف أمته، فإذا دام المؤمن على هذه المجاهدة إلى أن يأتيه الموت و يلحق بربه عزَّ و جلَّ بسيف مسلول ملطخ بدم النفس و الهوى أعطاه ما ضمن له من الجنة، لقوله عزَّ و جلَّ : وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى * فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى.النتزعات40–41. فإذا أدخله الجنة و جعلها داره و مقره و مصيره، أمن من التحويل عنها و الانتقال إلى غيرها و العودة إلى دار الدنيا جدد له كل يوم و كل ساعة من أنواع النعيم و تغير عليه أنواع الحال و الحلى إلى ما لا نهاية و لا غاية و لا نفاد، كما جدد في الدنيا كل يوم و كل ساعة و لحظة مجاهدة النفس و الهوى.
و أما الكافر و المنافق و العاصي لما تركوا مجاهدة النفس و الهوى في الدنيا و تابعوها، و وافقوا الشيطان تمرجوا في أنواع المعاصي من الكفر و الشرك و ما دونهما حتى أتاهم الموت من غير الإسلام و التوبة، أدخلهم الله النار التي أعدت للكافرين في قوله عزَّ و جلَّ : وَاتَّقُواْ النَّارَ الَّتِي أُعِدَّتْ لِلْكَافِرِينَ.آل عمران131. فإذا أدخلهم فيها و جعلها مقرهم و صيرهم، فأحرقت جلودهم و لحومهم جدد لهم عزَّ و جلَّ جلوداً و لحوماً كما قال عزَّ و جلَّ : كُلَّمَا نَضِجَتْ جُلُودُهُمْ بَدَّلْنَاهُمْ جُلُوداً غَيْرَهَا.النساء56. يفعل عزَّ و جلَّ بهم ذلك كما وافقوا أنفسهم و أهواءهم في الدنيا في معاصيه عزَّ و جلَّ ، فأهل النار تجدد لهم كل وقت جلود و لحوم لإيصال العذاب و الآلام إليهم. و سبب ذلك مجاهدة النفس و عدم موافقتها في دار الدنيا و هذا معنى قول النبي صلى الله عليه وسلم : ( الدنيا مزرعة الآخرة ).
والله أعلم

FUTUHUL GHAIB (Risalah ke-69)

KAJIAN KITAB:
FUTUHUL GHAIB (Risalah ke-69)

[Menyingkap Rahasia Ilahi]
Mutiara karya Syeikh Abdul Qodir Al-Jailany ra
Janganlah meminta kepada Allah SWT selain ampunan atas segala dosa yang telah lalu, perlindungan dari segala dosa yang sekarang dan dosa yang akan datang, kekuatan untuk ta’at kepada Allah, kekuatan untuk dapat melakukan perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya, dapat rela dengan senang terhadap kesusahan dan ketentuan takdir-Nya, dapat sabar di dalam menghadapi malapetaka, dapat mensyukuri karunia-Nya, dapat mati di dalam keadaan iman dan baik serta dapat bersatu dengan golongan para Nabi, orang-orang besar, para syuhada dan orang-orang yang diridhai, karena inilah sebaik-baiknya rekan dan teman.
Janganlah kamu meminta kepada Allah perkara-perkara seperti dihindarkan dari kemiskinan dan kesusahan serta diberi kekayaan dan kesenangan.
Tetapi, hendaklah kamu meminta rasa senang dengan apa yang telah ditentukan-Nya dan meminta perlindungan yang kekal untuk berada di dalam suasana dan keadaan yang telah ditentukan-Nya untukmu sampai kamu dipindahkan ke lain suasana dan keadaan atau ke lain keadaan yang berlawanan.
Sebab, kamu tidak mengetahui letak kebaikan.
Di dalam kayakah atau miskinkah ?
Di dalam kesusahankah atau di dalam kesenangankah ?
Allah merahasiakan pengetahuan tentang itu kepada kamu.
Dia saja yang mengetahui baik buruknya sesuatu perkara.
Diriwayatkan bahwa Umar bin Khattab berkata,:
“Keadaan yang aku lihat di pagi hari, tidak menjadi permasalahan bagiku, baik ia membawa apa yang aku sukai maupun tidak aku sukai, karena aku tidak tahu di mana letak kebaikan itu.”
Ia mengatakan itu, karena ia ridha dengan apa saja yang diperbuat Allah dan berpuas hati dengan ketentuan dan pilihan Allah untuknya.
Allah berfirman, :
“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS 2:216).
Allah mengetahui mana yang baik dan mana yang tidak baik, sedangkan kamu tidak mengetahuinya.
Tetaplah tinggal dalam keadaan ini sampai keinginan hawa nafsumu musnah dan dirimu hancur, hina, dapat dikuasai dan ditaklukkan.
Setelah itu, tujuan, keinginanmu dan semua yang wujud akan keluar dari dalam hatimu dan tidak ada yang tinggal lagi di dalamnya, kecuali Allah saja.
Ketika itu, hatimu akan dipenuhi dengan kecintaan kepada Allah, dan niatmu untuk mencapai-Nya akan menjadi ikhlas. Setelah itu, dengan perintah-Nya, maka tujuan dan kehendakmu akan dikembalikan lagi kepadamu untuk menikmati dunia ini dan akhirat.
Kemudian, semua ini akan kamu pinta dari Allah, dan kamu akan mencarinya di dalam kepatuhan kepada Allah dan bersesuaian dengan Allah SWT.
Jika Dia memberikan karunia kepadamu, maka kamu bersyukur dan jika Dia menarik kembali karunia itu, maka kamu pun tidak berkecil hati dan tidak pula menyalahkan Allah.
Jiwa dan pikiranmu akan tenang dan damai, karena kamu mencarinya bukan dengan keinginan dan hawa nafsumu, lantaran hati kamu telah kosong dari keinginan dan hawa nafsumu itu, dan kamu tidak melayani hasratmu terhadap perkara-perkara ini,
tetapi kamu semata-mata hanya mengikuti perintah Allah saja melalui doamu kepada-Nya.
Semoga ketentraman dan kedamaian dilimpahkan kepadamu.
المقالة التاسعة والستون
فـي الأمـر بـطـلـب الـمـغـفـرة و الـعـصـمـة
و الـتـوفـيـق و الـرضـا و الـصـبـر مـن الله تـعـالـى
قـال رضـي الله تـعـالى عـنـه و أرضـاه : لا تطلبنّ من الله شيئاً سوى المغفرة للذنوب السابقة و العصمة منها في الأيام الآتية اللاحقة، و التوفيق لحُسن الطاعة، و امتثال الأمر و الرضا بمر القضاء، و الصبر على شدائد البلاء، و الشكر على جزيل النعماء و العطاء، ثم الوفاة بخاتمة الخير، و اللحوق بالأنبياء و الصديقين و الشهداء و الصالحين و حسن أولئك رفيقاً و لا تطلب منه الدنيا و لا كشف الفقر و البلاء إلى الغناء و العافية، بل الرضا بما قسم و دبر، و اسأله الحفظ الدائم على ما أقامك فيه و أحلك و ابتلاك، إلى أن ينقلك منه إلى غيره و ضده، لأنك لا تعلم الخير في أيهما، في الفقر أو في الغناء، في البلاء أو في العافية، طوى عنك علم الأشياء و تفرد هو عزّ و جلّ بمصالحها و مفاسدها.
فقد ورد عن عمر بن الخطاب رضي الله عنه : لا أبالى على أي حال أصبح، على ما أكره أو على ما أحب، لأني لا أدرى الخير في أيهما. قال ذلك لحسن رضاه بتدبير الله عزّ و جلّ، و الطمأنينة على اختياره و قضائه. قال الله تعالى : }كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَّكُمْ وَعَسَى أَن تَكْرَهُواْ شَيْئاً وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ وَعَسَى أَن تُحِبُّواْ شَيْئاً وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ وَاللّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ{.البقرة216.
كن على هذا الحال إلى أن يزول هواك و تنكسر نفسك فتكون ذليلة مغلوبة تابعة ثم تزول إرادتك و أمانيك، و تخرج الأكوان من قلبك و لا يبقى في قلبك شئ سوى الله تعالى، فيمتلئ قلبك بحب الله تعالى، و تصدق إرادتك في طلبه عزّ و جلّ فيرد إليك الإرادة بأمره بطلب حظ من الحظوظ دنيوية و أخروية، فحينئذ تسأله عزّ و جلّ بذلك و تطلبه ممتثلاً لأمره، إن أعطاك شكرته و تلبست به، و إن منعك لم تتسخط عليه و لم تتغير عليه في باطنك و لا تتهمه في ذلك ببخل، لأنك لم تكن طلبته بهواك و إرادتك، لأنك فارغ القلب عن ذلك غير مريد له، بل ممتثلاً لأمره بالسؤال و السلام.
والله أعلم

FUTUHUL GHAIB (Risalah ke-70)



KAJIAN KITAB:

FUTUHUL GHAIB (Risalah ke-70)
[Menyingkap Rahasia Ilahi]
Mutiara karya Syeikh Abdul Qodir Al-Jailany ra
Mengapa kamu merasa sombong dengan perbuatanmu sendiri, bangga dengan dirimu sendiri dan mengharapkan ganjaran sambil mengatakan bahwa semua ini adalah karena kekuatan yang dikaruniakan Allah kepadamu, pertolongan-Nya dan idzin-Nya ?
Jika kamu bisa mengelakkan dosa dan noda, maka hal itu adalah karena pertolongan dan perlindungan Allah. Mengapa pula kamu tidak bersyukur kepada Allah atas pertolongan dan perlindungan-Nya ?
Dan mengapa pula kamu tidak menyadari bahwa kebiasaanmu menghindarkan dosa itu adalah karena karunia dan rahmat Allah ? Mengapa kamu bangga dengan sesuatu yang bukan kepunyaanmu sendiri ?
Apabila kamu tidak mampu membunuh musuhmu tanpa pertolongan orang yang lebih gagah daripada kamu yang dapat membunuh musuhmu itu, yang kamu hanya menyelesaikan pembunuhan itu saja dan yang jika tanpa pertolongan orang yang gagah itu kamu pasti kalah, maka mengapa kamu merasa sombong dengan perbuatanmu itu ?
Apabila kamu tidak dapat membelanjakan uangmu sendiri, kecuali jika ada seseorang yang pemurah, yang benar dan bisa diharapkan dapat menjaminmu dengan mengatakan bahwa seluruh uang yang kamu belanjakan itu akan digantinya, kamu baru berani membelanjakan uangmu itu, maka mengapa kamu merasa sombong dengan perbuatanmu itu ?
Cara yang baik bagimu ialah bersyukur dan memuji penolongmu itu, yaitu Allah SWT.
Pujilah selalu Allah. Segala kejayaanmu itu adalah dari Allah jua.
Janganlah kamu mengatakan bahwa kejayaan itu dari dirimu sendiri, kecuali perkara dosa dan maksiat.
Perkara dosa dan maksiat ini hendaklah kamu katakan datang dari dirimu sendiri. Diri itulah yang patut kamu salahkan, karena di situlah terletak kesalahan dan kejahatan.
Allah-lah yang menciptakan perbuatan dan tingkah lakumu itu, sedangkan kamu hanya tinggal menjalankan saja.
Itulah sebabnya, ada orang-orang yang bijak di dalam ilmu ketuhanan berkata,:
“Perbuatan itu akan datang dan kamu tidak akan dapat lari darinya.”
Nabi Muhammad SAW bersabda tentang hal ini,:
“Perbuatlah perbuatan yang baik, dekatilah Allah dan perbaikilah dirimu.
Sebab, setiap orang itu dimudahkan untuk mendapatkan apa yang telah diciptakan untuknya.”
Wallohu a'lam
المقالة السبعون
فـي الـشــكـر و الاعـتـراف بـالـتـقـصـيـر
قـال رضـي الله تـعـالى عـنـه و أرضـاه : كيف يحسن منك العجب في أعمالك و رؤية نفسك فيها و طلب الأعواض عليها، و جميع ذلك بتوفيق الله تعالى و عونه و قوته و إرادته و فضله، و إن كان ترك معصيته فبعصمته و حفظه و حميته.
أين أنت من الشكر على ذلك و الاعتراف بهذه النعم التي أولاكها، ما هذه الرعونة و الجهل، تعجب بشجاعة غيرك و سخائه و بذل ماله إذا لم تكن قاتلاً بعودك إلا بعد معاونة شجاع ضرب في عدوك ثم تمنيت قتله، لولاه كنت مصروعاً مكانه و بدله، و لا باذلاً لبعض مالك إلا بعد ضمان صادق كريم أمين ضمن لك عوضه و خلفه، لولا قوله و طمعك فيما وعد لك و ضمن لك ما بذلت حبة منه، كيف تعجبك بمجرد فعلك.
أحسن حالك الشكر و الثناء على المعين و الحمد لله الدائم و إضافة ذلك إليه في الأحوال كلها إلا الشر و المعاصي و اللوم، فإنك تضيفها إلى نفسك و تنسبها إلى الظلم و سوء الأدب و تتهمها به، فهي أحق بذلك لأنها مأوى لكل شر و أمارة بكل سوء و داهية وإن كان هو عزّ و جلّ خالقك و خالق أفعالك مع كسبك، أنت الكاسب و هو الخالق كما قال بعض العلماء بالله عزّ و جلّ : تجئ و لا بد منك، و قوله صلى الله عليه و سلم : ( اعملوا و قاربوا و سددوا فكل ميسر لما خلق له ).
والله أعلم

RAHASIA KEKUATAN CIUM TANGAN & CIUM KENING



RAHASIA KEKUATAN CIUM TANGAN & CIUM KENING

Knp lelaki mesti mencium kening istri & istri mesti mencium tangan suaminya?
Bhw semangat & ketenangan lelaki itu terletak pd kening istrinya.

Lalu sumber ketenangan & kekuatan perempuan itu ada di punggung tangan suaminya.
Mengecup kening istri atau mencium tangan suami, hakikatnya sebuah simbol dr satu hal paling mahal dlm hubungan suami isteri.
“Apa itu?”
“Saling percaya”.
Jgn menilai bhw yg mendorong suami mengecup kening istrinya itu krn birahi.
Seorg suami mengecup kening istri adalah cara dirinya mendpt ketenangan.
Dan perempuan mencium tangan lelaki bkn semata tentang siapa yg lbh tinggi derajatnya, tp itu adalah tanda bhw keikhlasan yg menuntunnya. Krn perempuan jg tahu, di tangan suaminya ada ridha Tuhannya.
Knp mesti kening atau tangan?
Kening perempuan adalah sumber ketenangan & semangat bg suami, krn kening adalah saksi dr ketaatan pd Tuhan.
Keninglah, perantaraan tunduk makhluk pd Penciptanya.
Keninglah bagian tubuh pertama yg mengaku, bhw Tuhan adalah Maha Tinggi, smntr diri adalah rendah.
Keninglah yg bersujud.
Kening berada paling bwh, sbg simbol bhw tiada yg lbh tinggi drpd Tuhan.
Pdhl kening adalah bagian tubuh kita yg paling tinggi.
Maka pd kening perempuanlah Tuhan hembuskan sumber ketenangan.
Maka tak heran jk suami bs merasakan ketenangan stlh mengecup kening istrinya.
Lalu, apakah sama kondisinya dgn tangan suami yg dicium istri?
Perempuan mencium tangan suami bkn semata menempelkan bibirnya.
Ada doa yg ia panjatkan di tangan suami, semata meletakkan doa disana, krn dgn tangan itulah suaminya bekerja untuk org2 yg dicintai & disayanginya.
Lewat ciuman di tangan suami, seorg istri sdg memoihon pd Tuhannya, agar menjaga tangan suaminya dr hal2 yg dibenci oleh-NYA.
Melalui ciuman yg diletakkan di tangan suami, seorg istri menitipkan doa agar Tuhan menjaga tangan suami utk menjaga kasih sayangnya & tak mengambil yg bukan haknya...