Tuesday, August 2, 2016

Si Tukang Batu Yang Di Cium Rasulullah






Kisah Teladan Islami kali ini akan membagi tentang Si Tukang Batu Yang Di Cium Rasulullah .

Diriwayatkan pada saat itu Rasulullah baru tiba dari Tabuk, peperangan dengan bangsa Romawi yang kerap menebar ancaman pada kaum muslimin. Banyak sahabat yang ikut beserta Nabi dalam peperangan ini. Tidak ada yang tertinggal kecuali orang-orang yang berhalangan dan ada uzur.
Saat mendekati kota Madinah, di salah satu sudut jalan, Rasulullah berjumpa dengan seorang tukang batu. Ketika itu Rasulullah melihat tangan buruh tukang batu tersebut melepuh, kulitnya merah kehitam-hitaman seperti terpanggang matahari.
Sang manusia Agung itupun bertanya, “Kenapa tanganmu kasar sekali?”
Si tukang batu menjawab, “Ya Rasulullah, pekerjaan saya ini membelah batu setiap hari, dan belahan batu itu saya jual ke pasar, lalu hasilnya saya gunakan untuk memberi nafkah keluarga saya, karena itulah tangan saya kasar.”
Rasulullah adalah manusia paling mulia, tetapi orang yang paling mulia tersebut begitu melihat tangan si tukang batu yang kasar karena mencari nafkah yang halal, Rasul pun menggenggam tangan itu, dan menciumnya seraya bersabda,
“Hadzihi yadun la tamatsaha narun abada”, ‘inilah tangan yang tidak akan pernah disentuh oleh api neraka selama-lamanya’.
* Rasulullahl tidak pernah mencium tangan para Pemimpin Quraisy, tangan para Pemimpin Khabilah, Raja atau siapapun. Sejarah mencatat hanya putrinya Fatimah Az Zahra dan tukang batu itulah yang pernah dicium oleh Rasulullah. Padahal tangan tukang batu yang dicium oleh Rasulullah justru tangan yang telapaknya melepuh dan kasar, kapalan, karena membelah batu dan karena kerja keras.
Suatu ketika seorang laki-laki melintas di hadapan Rasulullah. Orang itu di kenal sebagai pekerja yang giat dan tangkas. Para sahabat kemudian berkata, “Wahai Rasulullah, andai bekerja seperti dilakukan orang itu dapat digolongkan jihad di jalan Allah (Fi sabilillah), maka alangkah baiknya.” Mendengar itu Rasul pun menjawab, “Kalau ia bekerja untuk menghidupi anak-anaknya yang masih kecil, maka itu fi sabilillah; kalau ia bekerja untuk menghidupi kedua orang tuanya yang sudah lanjut usia, maka itu fi sabilillah; kalau ia bekerja untuk kepentingan dirinya sendiri agar tidak meminta-minta, maka itu fi sabilillah.” (HR Thabrani)
* Orang-orang yang pasif dan malas bekerja, sesungguhnya tidak menyadari bahwa mereka telah kehilangan sebagian dari harga dirinya, yang lebih jauh mengakibatkan kehidupannya menjadi mundur. Rasulullah amat prihatin terhadap para pemalas.
”Maka apabila telah dilaksanakan shalat, bertebaranlah kam di muka bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung”. (QS. Al-Jumu’ah 10)
”Dan Allah menjadikan bumi untukmu sebagai hamparan, supaya kamu menjalani jalan-jalan yang luas di bumi ini”. (QS Nuh19-20)
* ”Siapa saja pada malam hari bersusah payah dalam mencari rejeki yang halal, malam itu ia diampuni”. (HR. Ibnu Asakir dari Anas)
”Siapa saja pada sore hari bersusah payah dalam bekerja, maka sore itu ia diampuni”. (HR. Thabrani dan lbnu Abbas)
”Tidak ada yang lebih baik bagi seseorang yang makan sesuatu makanan, selain makanan dari hasil usahanya. Dan sesungguhnya Nabiyullah Daud, selalu makan dan hasil usahanya”. (HR. Bukhari)
”Sesungguhnya di antara dosa-dosa itu, ada yang tidak dapat terhapus dengan puasa dan shalat”. Maka para sahabat pun bertanya: “Apakah yang dapat menghapusnya, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: ”Bersusah payah dalam mencari nafkah.” (HR. Bukhari)
”Barangsiapa yang bekerja keras mencari nafkah untuk keluarganya, maka sama dengan pejuang dijaIan Allah ‘Azza Wa Jalla”. (HR. Ahmad)

Monday, August 1, 2016

Beberapa Keutamaan Shalat Tahajud

Beberapa Keutamaan Shalat Tahajud

1. Shalat Tahajud sebagai tiket masuk surga
Abdullah Ibn Muslin berkata “kalimat yang pertama kali ku dengar dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam saat itu adalah, “Hai sekalian manusia! Sebarkanlah salam, bagikanlah makanan, sambunglah silaturahmi, tegakkan lah shalat malam saat manusia lainnya sedang tidur, niscaya kalian masuk surga dengan selamat.” (HR. Ibnu Majah).
2. Amal yang menolong di akhirat
Allah Subhanhu Wa Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa berada di dalam taman-taman surga dan di mata air-mata air, seraya mengambil apa yang Allah berikan kepada mereka. Sebelumnya mereka adalah telah berbuat baik sebelumnya (di dunia), mereka adalah orang-orang yang sedikit tidurnya di waktu malam dan di akhir malam mereka memohon ampun kepada Allah).” (QS. Az Zariyat: 15-18)
Ayat di atas menunjukkan bahwa orang yang senantiasa bertahajud Insya Allah akan mendapatkan balasan yang sangat nikmat di akhirat kelak.
3. Pembersih penyakit hati dan jasmani
Salman Al Farisi berkata, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Dirikanlah shalat malam, karena sesungguhnya shalat malam itu adalah kebiasaan orang-orang shaleh sebelum kamu, (shalat malam dapat) mendekatkan kamu kepada tuhanmu, (shalat malam adalah) sebagai penebus perbuatan buruk, mencegah berbuat dosa, dan menghindarkan diri dari penyakit yang menyerang tubuh.” (HR. Ahmad)
4. Sarana meraih kemuliaan
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Jibril mendatangiku dan berkata, “Wahai Muhammad, hiduplah sesukamu, karena engkau akan mati, cintailah orang yang engkau suka, karena engkau akan berpisah dengannya, lakukanlah apa keinginanmu, engkau akan mendapatkan balasannya, ketahuilah bahwa sesungguhnya kemuliaan seorang muslim adalah shalat waktu malam dan ketidakbutuhannya di muliakan orang lain.” (HR. Al Baihaqi)
5. Jalan mendapatkan rahmat Allah
Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Semoga Allah merahmati laki-laki yang bangun malam, lalu melaksanakan shalat dan membangunkan istrinya. Jika sang istri menolak, ia memercikkan air di wajahnya. Juga, merahmati perempuan yang bangun malam, lalu shalat dan membangunkan suaminya. Jika sang suami menolak, ia memercikkan air di wajahnya.” (HR. Abu Daud)
6. Sarana Pengabulan permohonan
Allah Subhanhu Wa Ta’ala berjanji akan mengabulkan doa orang-orang yang menunaikan shalat tahajud dengan ikhlas. Rasulullah Saw Bersabda,
“Dari Jabir berkata, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Sesungguhnya di malam hari , ada satu saat yang ketika seorang muslim meminta kebaikan dunia dan akhirat, pasti Allah memberinya, Itu berlangsung setiap malam.” (HR. Muslim)
7. Penghapus dosa dan kesalahan
Dari Abu Umamah al-Bahili berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Lakukanlah Qiyamul Lail, karena itu kebiasaan orang saleh sebelum kalian, bentuk taqarub, penghapus dosa, dan penghalang berbuat salah.” (HR. At-Tirmidzi)
8. Jalan mendapat tempat yang terpuji
Allah Subhanhu Wa Ta’ala berfirman,
“Dan pada sebagian malam bertahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu, mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.” (QS. Al-Isra’:79)
9. Pelepas ikatan setan
Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Setan akan mengikat kepala seseorang yang sedang tidur dengan ikatan, menyebabkan kamu tidur dengan cukup lama. Apabila seseorang itu bangkit seraya menyebut nama Allah, maka terlepaslah ikatan pertama, apabila ia berwudhu maka akan terbukalah ikatan kedua, apabila di shalat akan terbukalah ikatan semuanya. Dia juga akan merasa bersemangat dan ketenangan jiwa, jika tidak maka dia akan malas dan kekusutan jiwa.”
10. Waktu utama untuk berdoa
Amru Ibn ‘Abasah berkata, “Aku bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, “Ya Rasulullah! Malam apakah yang paling di dengar?”, Rasulullah Saw menjawab, “Tengah malam terakhir, maka shalat lah sebanyak yang engkau inginkan, sesungguhnya shalat waktu tersebut adalah maktubah masyudah (waktu yang apabila bermunajat maka Allah menyaksikannya dan apabila berdoa maka didengar doanya)” (HR. Abu Daud)
11. Meraih kesehatan jasmani
“Hendaklah kalian bangun malam. Sebab hal itu merupakan kebiasaan orang-orang saleh sebelum kalian. Wahana pendekatan diri pada Allah Swt, penghapus dosa, dan pengusir penyakit dari dalam tubuh.” (HR. At-Tarmidzi)
12. Penjaga kesehatan rohani
Allah Subhanhu Wa Ta’ala menegaskan bahwa orang yang shalat tahajud akan selalu mempunyai sifat rendah hati dan ramah. Ketenangan yang merupakan refleksi ketenangan jiwa dalam menjalani kehidupan sehari-hari di masyarakat.
Allah Subhanhu Wa Ta’ala Berfirman, “Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik. Dan orang yang melewati malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka.” (QS. Al-Furqan: 63-64)

Saturday, July 30, 2016

FUTUHUL GHAIB (Risalah ke-66)

KAJIAN KITAB:
FUTUHUL GHAIB (Risalah ke-66)

[Menyingkap Rahasia Ilahi]
Mutiara karya Syeikh Abdul Qodir Al-Jailany ra
Janganlah berkata,:
“Aku tidak meminta apa-apa kepada Allah. Sebab, jika perkara yang aku minta itu telah ditentukan untukku, maka ia pasti datang kepadaku, baik aku memintanya maupun tidak.
Jika perkara itu tidak ditetapkan untukku, maka perkara itu tidak akan aku dapatkan, sekalipun aku meminta kepada-Nya.”
Jangan ! Jangan berkata demikian.
Hendaklah kamu berdoa dan memohon kepada Allah apa saja yang kamu kehendaki dan kamu perlukan, berupa perkara-perkara yang baik di dunia ini dan di akhirat kelak.
Tetapi, janganlah kamu meminta perkara yang haram dan membahayakan kamu.
Hal ini karena Allah telah menyuruh kita untuk memohon kepada-Nya.
Allah berfirman, :
“Berdoalah kepada-Ku, niscaya Aku akan memperkenankan doamu.” (QS 40:60).
Dan firman-Nya,:
“… dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya …” (QS 4:32).
Nabi Muhammad SAW, pernah bersabda, :
“Mohonlah kepada Allah dengan sepenuh keyakinanmu bahwa permohonanmu itu akan diterima oleh Allah.”
Beliau juga bersabda, :
“Berdoalah kepada Allah dengan menengadahkan telapak tanganmu.”
Masih banyak lagi sabda-sabda beliau yang senada dengan itu.
Janganlah kamu berkata,:
“Sesungguhnya aku telah memohon kepada Allah, namun Dia tidak memperkenankan permohonanku.
Maka, sekarang aku tidak mau lagi memohon kepada-Nya.”
Janganlah berkata demikian.
Teruslah berdoa kepada Allah. Jika suatu perkara itu telah ditetapkan untukmu, maka perkara itu akan kamu terima setelah kamu meminta kepada-Nya.
Ini akan memperkokoh keimananmu dan keyakinanmu kepada Allah serta kesadaranmu akan keesaan-Nya.
Ini juga akan melatih kamu untuk senantiasa memohon kepada Allah dan bukannya kepada selain Dia di dalam setiap waktu dan keadaan, serta memperkuat kepercayaanmu bahwa permohonanmu itu akan dikabulkan oleh Allah Yang Maha Pemurah.
Jika suatu perkara itu tidak diperuntukkan kepadamu, maka Allah akan memberikan perasaan cukup (Self-sufficiency) kepadamu di dalam perkara itu dan memberikan rasa gembira berada di sisi Allah Yang Maha Gagah lagi Maha Perkasa,
meskipun kamu miskin. Jika kamu berada dalam keadaan kemiskinan dan sakit, maka Allah akan membuatmu gembira dengan keadaan itu.
Jika kamu berhutang, maka Allah akan melunakkan hati orang yang memberikan hutang kepadamu itu, sehingga ia tidak mengerasimu supaya membayar dengan segera, bahkan orang itu akan memberi tempo yang lama, atau mengurungkan pembayarannya, dan atau menghapus hutang itu.
Jika pembayaran itu tidak dikurangi atau tidak dihapuskannya di dunia ini, maka Allah akan memberikan ganjaran kepadamu di akhirat kelak sebagai ganti apa yang tidak diberikan-Nya kepadamu saat kamu memohon kepada-Nya di dunia, karena Allah itu Maha Pemurah dan tidak menghendaki balasan apa-apa.
Oleh karena itu, Allah tidak akan menyia-nyiakan permohonan orang yang memohon kepada-Nya di dunia ini dan di akhirat kelak. Walau bagaimanapun, ia akan tetap mendapatkan apa yang dimohonnya. Jika tidak di dunia ini, maka di akhirat kelak ia akan mendapatkannya jua.
Nabi SAW pernah mengatakan bahwa di hari perhitungan kelak, si mu’min akan melihat di dalam catatan-catatan perbuatannya beberapa perbuatan baik yang tidak ia laksanakan dan ia sendiri tidak menyadarinya. Ia akan ditanya,L
“Kenalkah kamu kepada perbuatan itu ?”
ia menjawab, “Aku tidak tahu dari mana datangnya ini ?”
Maka dikatakan kepadanya, :“Sesungguhnya ini adalah balasan doamu yang kamu lakukan di dunia dahulu, dan ini karena di dalam kamu berdoa kepada Allah itu kamu ingat kepada-Nya dan mengakui keesaan-Nya,
meletakkan sesuatu pada tempat yang semestinya, memberi seseorang apa yang pantas diberikan kepadanya, tidak mengatakan bahwa daya dan upaya itu datang dari dirimu sendiri dan membuang kebanggaan dan kesombongan. Semua itu adalah perbuatan yang baik dan semua itu memiliki balasannya di sisi Allah Yang Maha Gagah lagi Maha Agung.”
المقالة السادسة والستون المقالة السادسة والستون
فـي الأمـر بـالـدعـاء و الـنـهـى عـن تـركـه
قـال رضـي الله تـعـالى عـنـه و أرضـاه : لا تقل لا أدعو الله، فإن كان ما أسأله مقسوماً فسيأتي إن سألته أو لم أسأله، و إن كان غير مقسوم فلا يعطيني بسؤال، بل اسأله عزَّ و جلَّ جميع ما تريد و تحتاج إليه من خير الدنيا و الآخرة ما لم يكن فيه محرم و مفسدة لأن الله تعالى أمر بالسؤال له و حث عليه. قال تعالى : ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ{.غافر60. و قال عزَّ و جلَّ : وَلاَ تَتَمَنَّوْاْ مَا فَضَّلَ اللّهُ بِهِ بَعْضَكُمْ عَلَى بَعْضٍ وَاسْأَلُواْ اللّهَ مِن فَضْلِهِ.النساء32. قال النبي صلى الله عليه وسلم : ( اسألوا الله و أنتم موقنون بالإجابة ) و قال صلى الله عليه وسلم : ( اسألوا الله ببطون أكفكم ) و غير ذلك من الأخبار. و لا تقل إني أسأله فلا يعطيني فإذا لا أسأله، بل دم على دعائه، فإن كان ذلك مقسوماً ساقه إليك بعد أن تسأله، فيزيد ذلك إيماناً و يقيناً و توحيداً و ترك سؤال الخلق و الرجوع إليه في جميع أحوالك و إنزال حوائجك به عزَّ و جلَّ ، و إن لم يكن مقسوماً لك أعطاك الغناء عنه و الرضا عنه عزَّ و جلَّ بالقصص. فإن كان فقراً أو مرضاً أرضاك بهما و إن كان ديناً قلب الدائن من سوء المطالبة إلى الرفق و التأخير و التسهيل إلى حين ميسرتك أو إسقاطه عنك أو نقصه، فإن لم يسقط و لم يترك منه في الدنيا أعطاك عزَّ و جلَّ ثواباً جزيلاً ما لم يعطك بسؤالك في الدنيا، لأنه كريم غنى رحيم، فلا يخيب سائله في الدنيا و الآخرة فلابد من فائدة، و نائلة إما عاجلاً و إما آجلاً فقد جاء في الحديث: ( المؤمن يرى في صحيفته يوم القيامة حسنات لم يعملها و لم يدر بها فيقال له أتعرفها ؟ فيقول ما أعرفها من أين لي هذه ؟ فيقال له إنها بدل مسألتك التي سألتها في دار الدنيا ) و ذلك أنه بسؤال الله عزَّ و جلَّ يكون ذاكراً الله و موحداً و واضع الشئ في موضعه، و معطي الحق أهله، و متبرئاً من حوله و قوته، و تاركاً للتكبر و التعظيم و الأنفة، و جميع ذلك أعمال صالحة ثوابها عند الله عزَّ و جلَّ.
والله أعلم

Kata Mutiara : MAULANA AL HABIB MUHAMMAD LUTHFI BIN ALI BIN YAHYA





"Majelis ini diwarnai dengan cahaya, yaitu cahaya lailahaillalloh dan cahaya sayyiduna Muhammadurrasulullah. Cahaya itu telah menyatukan kita mesti dari berbagai negara"
"Bela negara hendaknya tidak disalahpahami mengangkat senjata. Bela negara adalah memberikan yang terbaik utk bangsa dan menjaga persatuan umat"
"Setiap bangsa punya lambang harga dirinya dan lambang itu adalah bendera. Kami menghormati bendera bukan menghormati secarik kain. Kami menghormati krn ia simbol harga diri bangsa. Simbol perjuangan syuhada. Kalau melihat bendera, tanyakan pd diri sendiri, apakah yg sudah saya berikan pada bangsa negara?"
"Intinya adalah bersatu dan bersamanya TNI Polri dan ulama. Apabila mrk duduk bersama seperti saat ini dan turun bersama ke masyarakat untuk memberi contoh apa yg dimaksut dari bela negara, maka negara akan maju."
-- Khutbah Iftitah
MAULANA AL HABIB MUHAMMAD LUTHFI BIN ALI BIN YAHYA, Rais Aam Jam'iyyah Ahlit Thariqah Al Mu'tabarah An Nahdliyah, dalam Pembukaan Konferensi Internasional Bela Negara, Pekalongan, 27 Juli 2016, di hadapan 1500 Ulama Thariqah dan perwakilan Ulama dari 59 Negara di Dunia --

Kata Mutiara : SYAIKH USAMAH ABDURRAZZAQ AR-RIFA'I, LIBANON




"Saya tidak tahan dengan perpecahan yang ada di Lebanon. Banyak buku yg diterbitkan mengurusi khilafiah sehingga memecah belah umat"
"Tidak setiap orang bisa membuat fatwa"
"Hati-hatilah dengan dai yang baru. Menjadi dai harus menguasai keilmuan yang memadai"
"Kalau ada dai bicara sembarangan, tanyalah siapa gurunya"
"Janganlah menganggap sesat ahli tasauf. Karena mengangat sesat mereka adalah menganggap sesat ahlu ibadah"
"Kita tidak bisa mengatakan: saya tidak perlu madhab. Saya berpegang pada Rasululloh saja. Tidak bisa berkata seperti itu karena kita bisa mengetahui Rasululloh hanya dari para ulama"
"Belajar dari pengalaman: Banyaknya pemahaman salah yang memecah belah, hendaknya kita tidak diam"
"Kalau sudah pecah belah habislah bangsa"
"Perbedaan adalah keniscayaan; dan harus ditoleransi. Tapi bukan perbedaan yg memecah belah. Perbedaan yang membawa kehancuran"
"Saya pernah bertanya. Mengapa kamu tidak ke masjid. Dia jawab: saya takut kalau saya ke masjid, saya disalahkan dan dibuat kaku ibadah saya". " Ada yang jawab: saya takut diinjak kaki saya.
"Rapatkan kaki kalian makna sebenarnya hadis tersebut adalah rapatkan hati kalian. Karena di Lebanon rapat kaki tapi masih mengganggu saudaranya. Kaki rapat sekalipun setan bisa menggoda dari sisi yang lain. Jadi maksud rapat kaki adalah rapatkan hati kalian"
"Hindarilah memberi stigma pd yang lain agar bangsa tetap damai"
"Kalau sudah pecah belah, habislah bangsa"
"Mari mendekat pada Rasululloh. Para sahabat berkata: ketika kami melihat Rasululloh, kami menjadi mudah saling memaafkan"
-- SYAIKH USAMAH ABDURRAZZAQ AR-RIFA'I, LIBANON, Dalam Konferensi Internasional Bela Negara, Pekalongan, 27 Juli 2016 --

Kata Mutiara : Syaikh Musthafa Abu Shway dari Palestina (kanan) dan Dr. Othman Shibly dari Amerika Serikat (kiri)






"Umat Islam menjadi pelopor dalam meletakkan asas kebangsaan, yakni ketika Rasulullah mengakui peran umat Yahudi dan Nasrani di Madinah sebagai satu bangsa, bersama-sama dengan umat Islam. Maka kita pahami bahwa peradaban Islam sangat terbuka bagi seluruh umat manusia. Kita harus menegaskan bahwa kaum muslimin adalah umat yang penuh kebaikan, kedamaian, kasih sayang, yang diperuntukkan bagi seluruh manusia, binatang, dan tumbuhan. Maka kita juga akan intensif melakukan dialog tidak hanya dengan yang sesama pemahaman, tetapi juga terbuka dengan pihak-pihak lain. Keyakinan kita bahwa agama yang kita anut adalah agama yang benar, tidak kemudian memungkiri eksistensi agama lain, sehingga tidak menjadikan kita mudah menumpahkan darah umat yang lain."
[Syaikh Musthafa Abu Shway dari Palestina (kanan) dan Dr. Othman Shibly dari Amerika Serikat (kiri), dalam Konferensi Internasional Bela Negara hari pertama sesi kedua di Hotel Santika, Pekalongan]

FUTUHUL GHAIB (Risalah ke-67)

KAJIAN KITAB:

FUTUHUL GHAIB (Risalah ke-67)
[Menyingkap Rahasia Ilahi]
Mutiara karya Syeikh Abdul Qodir Al-Jailany ra
Apabila kamu telah dapat membunuh dan mematikan dirimu, maka Allah akan menghidupkannya kembali, ia akan melawan lagi dan minta dipuaskan hawa nafsunya serta menikmati perkara-perkara yang haram dan yang diperbolehkan.
Oleh karena itu, kamu masih perlu berjuang lagi dan mengawasi diri kamu itu. Dengan demikian, balasan akan dituliskan untukmu dalam setiap kali kamu berjuang.
Inilah yang disabdakan oleh Nabi SAW, :
“Kita baru saja kembali dari jihad yang kecil (perang melawan orang-orang kafir) dan masuk kepada jihad yang besar (melawan hawa nafsu).”
Jihad besar ini ialah berjuang melawan hawa nafsu diri sendiri yang tiada putus-putusnya, berjuang melawan kehendak dan keinginan untuk melakukan dosa dan maksiat.
Inilah yang dimaksudkan oleh Allah di dalam firman-Nya,:
“… dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal)” (QS 15:99)
Allah memerintahkan kepada Rasul-Nya supaya menyembah Dia saja. Ini memerlukan perlawanan terhadap ego atau diri beserta kehendak dan kemauannya yang selalu bertentangan dengan kehendak Allah. Demikianlah, perjuangan itu selalu ada sampai datang ajal.
Jika ada pertanyaan, :
“Bagaimana Nabi bisa kurang berkhidmat kepada Allah, sedangkan ia tidak mempunyai keinginan dan meluluhkan hawa nafsu badaniah ?
dan Allah berfirman,
“Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (QS 53:3-4)”
Jawabannya ialah :
bahwa Allah menyatakan ini kepada Rasul-Nya dimaksudkan untuk mengiyakan atau menekankan perkara ini, agar menjadi ikutan bagi seluruh umatnya di sepanjang masa.
Allah Yang Maha Agung memberikan kekuasaan kepada Rasul-Nya untuk mengontrol dirinya dan tidak bersusah payah lagi beliau melawan diri atau egonya sendiri, dan ini membedakan beliau dari para pengikutnya.
Apabila si mu’min terus berjuang melawan dirinya sampai akhir hayatnya, maka Allah akan memberinya surga,
sebagaimana firman-Nya ini, “Maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya.” (QS 79:41)
Apabila Allah telah memasukkan dia ke dalam surga itu, maka jadilah surga itu sebagai tempat beristirahatnya yang kekal dan abadi. Ia tidak akan dipindahkan ke tempat lain atau ke dunia lagi. Dari masa ke masa, semakin bertambah banyak dan baiklah karunia Allah yang diterimanya, ini juga kekal dan tidak ada putus-putusnya, sebagaimana ia berjuang melawan hawa nafsunya di dunia ini dengan tiada henti-hentinya.
Tetapi, orang-orang yang kafir dan munafik serta orang-orang yang berbuat dosa dan maksiat, bila mereka berhenti melawan diri mereka sendiri dan keinginan mereka terhadap dunia ini, mereka mengikuti iblis dan setan, bercampur baur dengan berbagai kekufuran dan syirik, dan bergelimang dosa dan noda sampai nyawa mereka bercerai dengan badan mereka, tanpa masuk Islam dan bertobat,
maka Allah akan memasukkan mereka ke dalam neraka yang penuh dengan azab dan siksa,
sebagaimana firman Allah,:
“Maka jika kamu tidak dapat membuatnya, peliharalah dirimu dari api neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir.” (QS 2:24)
Allah menjadikan neraka sebagai tempat tinggal mereka. Di situ, kulit, tulang dan daging mereka akan dibakar hangus oleh api neraka. Kemudian, kulit, tulang dan daging mereka itu akan diganti dengan yang baru, yang akan dibakar lagi.
Allah SWT berfirman, :
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lainnya, supaya mereka merasakan azab. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS 4:56)
Allah berbuat demikian itu lantaran mereka telah bersatu dengan diri mereka sendiri dan dengan keinginan mereka terhadap dunia di dalam perkara berbuat dosa.
Oleh karena itu, kulit dan daging mereka terus-menerus hangus terbakar, kemudian diganti dengan yang baru, setelah itu dibakar lagi dan diganti lagi dengan yang baru. Demikianlah, dengan tidak ada putus-putusnya. Mereka senantiasa berada dalam azab dan siksa yang pedih.
Sebaliknya, para penghuni surga senantiasa menikmati karunia Allah yang baru, terus berganti baru dan bertambah-tambah dengan tidak ada putus-putusnya.
Dengan demikian, merekapun selalu bertambah syukur atas karunia Allah itu. Inilah balasan yang mereka dapati dari hasil perjuangannya yang tiada henti-hentinya di dunia dahulu, ketika mereka melawan kehendak dan keinginan hawa nafsu angkara murka mereka agar bersesuaian dengan kehendak Allah.
Inilah apa yang disabdakan oleh Nabi besar Muhammad SAW yang maksudnya kurang lebih, “Dunia ini ialah ladang akhirat.”
المقالة السابعة والستون
فـي جـهـاد الـنـفـس و تـفـصـيـل كـيـفـيـتـه
قـال رضـي الله تـعـالى عـنـه و أرضـاه : كلما جاهدت نفسك و غلبتها و قتلتها بسيف المخالفة أحياها الله، و نازعتك و طلبت منك الشهوات و اللذات الجناح منها و المباح، لتعود إلى المجاهدة ليكتب لك ثواباً دائماً، و هو معنى قول النبي صلى الله عليه وسلم : ( رجعنا من الجهاد الأصغر إلى الجهاد الأكبر ) أراد مجاهدة النفس لدوامها و استمرارها على الشهوات و اللذات، و إنهماكها في المعاصي، و هو معنى قوله عزَّ و جلَّ :وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ.الحجر99. أمر الله عزَّ و جلَّ لنبيه صلى الله عليه وسلم بالعبادة و هي مخالفة النفس، لأن العبادة كلها تأباها النفس و تريد ضدها إلى أن يأتيه اليقين يعنى الموت.
فإن قيل : كيف تأبى نفس رسول الله صلى الله عليه وسلم العبادة و هو عليه والصلاة و السلام لا هوى له وَمَا يَنطِقُ عَنِ الْهَوَى * إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى.النجم3–4. فيقال أنه عزَّ و جلَّ خاطب نبيه صلى الله عليه وسلم ليتقرر به الشرع فيكون عاماً بين أمته إلى أن تقوم الساعة. ثم إن الله عزَّ و جلَّ أعطى نبيه عليه الصلاة و السلام القوة على النفس و الهوى، كيلا يضراه و يحوجاه إلى المجاهدة، بخلاف أمته، فإذا دام المؤمن على هذه المجاهدة إلى أن يأتيه الموت و يلحق بربه عزَّ و جلَّ بسيف مسلول ملطخ بدم النفس و الهوى أعطاه ما ضمن له من الجنة، لقوله عزَّ و جلَّ : وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى * فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى.النتزعات40–41. فإذا أدخله الجنة و جعلها داره و مقره و مصيره، أمن من التحويل عنها و الانتقال إلى غيرها و العودة إلى دار الدنيا جدد له كل يوم و كل ساعة من أنواع النعيم و تغير عليه أنواع الحال و الحلى إلى ما لا نهاية و لا غاية و لا نفاد، كما جدد في الدنيا كل يوم و كل ساعة و لحظة مجاهدة النفس و الهوى.
و أما الكافر و المنافق و العاصي لما تركوا مجاهدة النفس و الهوى في الدنيا و تابعوها، و وافقوا الشيطان تمرجوا في أنواع المعاصي من الكفر و الشرك و ما دونهما حتى أتاهم الموت من غير الإسلام و التوبة، أدخلهم الله النار التي أعدت للكافرين في قوله عزَّ و جلَّ : وَاتَّقُواْ النَّارَ الَّتِي أُعِدَّتْ لِلْكَافِرِينَ.آل عمران131. فإذا أدخلهم فيها و جعلها مقرهم و صيرهم، فأحرقت جلودهم و لحومهم جدد لهم عزَّ و جلَّ جلوداً و لحوماً كما قال عزَّ و جلَّ : كُلَّمَا نَضِجَتْ جُلُودُهُمْ بَدَّلْنَاهُمْ جُلُوداً غَيْرَهَا.النساء56. يفعل عزَّ و جلَّ بهم ذلك كما وافقوا أنفسهم و أهواءهم في الدنيا في معاصيه عزَّ و جلَّ ، فأهل النار تجدد لهم كل وقت جلود و لحوم لإيصال العذاب و الآلام إليهم. و سبب ذلك مجاهدة النفس و عدم موافقتها في دار الدنيا و هذا معنى قول النبي صلى الله عليه وسلم : ( الدنيا مزرعة الآخرة ).
والله أعلم