Thursday, February 2, 2017

Kisah BUGHATS / BURUNG GAGAK




Kisah BUGHATS / BURUNG GAGAK

Seorang ulama bercerita tentang do'a yang selalu ia lantunkan. Ia selalu mengucapkan do'a seperti berikut ini.
ﺍَﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺍﺭﺯُﻗﻨَﺎ ﻛَﻤَﺎ ﺗَﺮﺯُﻕُ ﺍﻟﺒُﻐَﺎﺙَ
َ
Ya Allah, berilah aku rezeki sebagaimana Engkau memberi rezeki kepada bughats.

Apakah "bughats" itu?
Dan bagaimana kisahnya?
"Bughats" anak burung gagak yang baru menetas. Burung gagak ketika mengerami telurnya akan menetas mengeluarkan anak yang disebut "bughats".
Ketika sudah besar dia menjadi gagak (ghurab).
Apa perbedaan antara bughats dan ghurab?
Telah terbukti secara ilmiah, anak burung gagak ketika baru menetas warnanya bukan hitam seperti induknya, karena ia lahir tanpa bulu. Kulitnya berwarna putih.
Saat induknya menyaksikanya, ia tidak terima itu anaknya, hingga ia tidak mau memberi makan dan minum, lalu hanya mengintainya dari kejauhan saja.
Anak burung kecil malang yang baru menetas dari telur itu tidak mempunyai kemampuan untuk banyak bergerak, apalagi untuk terbang.
Lalu bagaimana ia makan dan minum...?
Allah Yang Maha Pemberi Rezeki yang menanggung rezekinya, karena Dialah yang telah menciptakannya.
Allah menciptakan _aroma_ tertentu yang keluar dari tubuh anak gagak tersebut sehingga mengundang datangnya serangga ke sarangnya. Lalu berbagai macam ulat dan serangga berdatangan sesuai dengan kebutuhan anak gagak dan ia pun memakannya.
ﻣﺎﺷﺎﺀﺍلله
Keadaannya terus seperti itu sampai warnanya berubah menjadi hitam, karena bulunya sudah tumbuh.
Ketika itu barulah gagak mengetahui itu anaknya dan ia pun mau memberinya makan sehingga tumbuh dewasa untuk bisa terbang mencari makan sendiri.
Secara otomatis aroma yang keluar dari tubuhnya pun hilang dan serangga tidak berdatangan lagi ke sarangnya.
Dia-lah Allah, Ar Razzaq, Yg Maha Penjamin Rezeki.
... ﻧَﺤْﻦُ ﻗَﺴَﻤْﻨَﺎ ﺑَﻴْﻨَﻬُﻢْ ﻣَّﻌِﻴﺸَﺘَﻬُﻢْ ﻓِﻰ ﺍﻟْﺤَﻴٰﻮﺓِ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ
...Kamilah yang menentukan penghidupan mereka dalam kehidupan dunia...
(QS. Az-Zukhruf: Ayat 32)
Rezekimu akan mendatangimu di mana pun engkau berada, sebagaimana sabda Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam:
"Sesungguhnya Malaikat Jibril membisikkan di dalam qalbuku bahwa seseorang tidak akan meninggal sampai sempurna seluruh rezekinya. Ketahuilah, bertaqwalah kepada Allah, dan perindahlah caramu meminta kepada Allah. Jangan sampai keterlambatan datangnya rezeki membuatmu mencarinya dengan cara bermaksiat kepada Allah. Sesungguhnya tidak akan didapatkan sesuatu yang ada di sisi Allah kecuali dengan menta'atinya."
Jadi tidaklah pantas bagi orang-orang yang beriman tidak mengindahkan halal haramnya rezeki dan cara memperolehnya.
ﺍَﻟﻠّٰﻬُﻢَّ ﺍَﻛْﻔِﻨِﻲْ ﺑِﺤَﻠَﺎﻟِﻚَ ﻋَﻦْ ﺣَﺮَﺍﻣِﻚَ، ﻭَﺃَﻏْﻨِﻨِﻲْ ﺑِﻔَﻀْﻠِﻚَ ﻋَﻤَّﻦْ ﺳِﻮَﺍﻙَ .
“Ya Allah, berilah aku kecukupan dengan rezeki yang halal, sehingga aku tidak memerlukan yang haram, dan berilah aku kekayaan dengan karuniamu, sehingga aku tidak memerlukan bantuan orang lain, selain diri-Mu.” (HR. Ahmad)
Oleh sebab itu wahai kaum muslim, janganlah kita takut akan kurangnya rezeki, Allah Subhanahu wa ta'ala sudah mengatur rezeki. Sadarilah kitalah yang sebenarnya tidak pernah puas dan qanaah (menerima) dalam mensyukuri nikmat.
Semoga hidup kita dicukupkan oleh rezeki yang halalan thoyyiban dan dipenuhi keberkahan didalam mencari karunia Allah Subhanahuwata'ala diatas muka bumi ini
Amin

Murid dan Guru

Al Imam Ali bin Hasan al Aththas mngatakan :

ﺍﻥ ﺍﻟﻤﺤﺼﻮﻝ ﻣﻦ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﻭﺍﻟﻔﺘﺢ ﻭﺍﻟﻨﻮﺭ ﺍﻋﻨﻲ ﺍﻟﻜﺸﻒ ﻟﻠﺤﺠﺐ، ﻋﻠﻰ ﻗﺪﺭ ﺍﻻﺩﺏ ﻣﻊ ﺍﻟﺸﻴﺦ ﻭﻋﻠﻰ ﻗﺪﺭ ﻣﺎ ﻳﻜﻮﻥ ﻛﺒﺮ ﻣﻘﺪﺍﺭﻩ ﻋﻨﺪﻙ ﻳﻜﻮﻥ ﻟﻚ ﺫﺍﻟﻚ ﺍﻟﻤﻘﺪﺍﺭ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﻠﻪ ﻣﻦ ﻏﻴﺮ ﺷﻚ
” Memperoleh ilmu, futuh dan cahaya (maksudnya terbukanya hijab batinnya), adalah sesuai kadar adabmu bersama gurumu. Kadar besarnya gurumu di hatimu, maka demikian pula kadar besarnya dirimu di sisi Allah tanpa ragu “.(al Manhaj as Sawiy : 217)

Imam Nawawi ketika hendak belajar kepada gurunya, beliau selalu bersedekah di perjalanan dan berdoa, ” Ya Allah, tutuplah dariku kekurangan guruku, hingga mataku tidak melihat kekurangannya dan tidak seorangpun yg menyampaikan kekurangan guruku kepadaku “. (Lawaqih al Anwaar al Qudsiyyah : 155)
Beliau pernah mengatakan dalam kitab At Tahdzibnya :
ﻋﻘﻮﻕ ﺍﻟﻮﺍﻟﺪﻳﻦ ﺗﻤﺤﻮﻩ ﺍﻟﺘﻮﺑﺔ ﻭﻋﻘﻮﻕ ﺍﻻﺳﺘﺎﺫﻳﻦ ﻻ ﻳﻤﺤﻮﻩ ﺷﻲﺀ ﺍﻟﺒﺘﺔ
” Durhaka kepada orang tua dosanya bisa dihapus oleh taubat, tapi durhaka kepada ustadzmu tidak ada satupun yg dapat menghapusnya “.
Habib Abdullah Al Haddad mengatakan ” Paling bahayanya bagi seorang murid, adalah berubahnya hati gurunya kepadanya. Seandainya seluruh wali dari timur dan barat ingin memperbaiki keadaan si murid itu, niscaya tidak akan mampu kecuali gurunya telah ridha kembali “. (Adaab Suluk al Murid : 54)
Seorang murid sedang menyapu madrasah gurunya, tiba tiba Nabi Khidir mendatanginya. Murid itu tidak sedikitpun menoleh dan mengajak bicara nabi Khidhir. Maka nabi Khidhir berkata, ” Tidakkah kau mengenalku ?. Murid itu menjawab, ” ya aku mengenalmu, engkau adalah Abul Abbas al Khidhir “.
Nabi Khidhir, ” kenapa kamu tidak meminta sesuatu dariku ?”.
Murid itu menjawab, ” Guruku sudah cukup bagiku, tidak tersisa satupun hajat kepadamu “. (Kalam al Habib Idrus al Habsyi : 78)

Kenapa hadits yang diriwayatkan ahlu al-Bait (keturunan Rasulullah ﷺ) sedikit dalam kutub as-sittah?

Kenapa hadits yang diriwayatkan ahlu al-Bait (keturunan Rasulullah ﷺ) sedikit dalam kutub as-sittah?
Syekh Yusri hafizhahullah menjawab:
"Banyak yang tidak tau bahwa pada tiga abad pertama, masa dikumpulkan hadits di kutub sittah itu, pada masa kekuasaan Umawi lalu awal Abbasi.. ahlu al-bait saat itu diburu oleh para penguasa, dibunuh saat ditemukan.. karena para penguasa takut umat Islam berkumpul mendukung ahli al-bait & menyayingi mereka dalam kekuasaan... Lihat saja bagaimana Sayyiduna al-Husain dibunuh.. padahal beliau sudah berkata: "Biarkan aku, menyembah Allah di mana pun kamu mau" tapi pilihan hanya membai`at Yaziz atau dibunuh... beliaupun dibunuh.
Pemburuan ahlu al-bait, terutama para ulama berlangsung sampai sekitar 750 tahun.. mereka bahkan dilarang untuk ikut shalat jum`at.. supaya tidak ada yang mengikuti mereka.. mereka terkurung dalam rumah supaya tidak ada yang mengenal mereka... bahkan orang yang mengenal salah satu dari mereka pun ikut diburu.. ditangkap, dipenjara, diadzab & dibunuh.
Jadi, para ulama yang mengumpulkan hadits tersebut, demi memperoleh kebebasan bergerak dari satu tempat ke tempat lain & tidak diganggu para penguasa; maka mereka menghindari periwayatan hadits dari ahli al-bait.. agar tidak dilarang & diletakkan dalam penjara.. makanya kamu tidak menemukan banyak hadits yang diriwayatkan mereka.. bukan karena mereka tidak ada.
Pada masa pemerintahan Turki; ahlu al-Bait kembali muncul dari Maghrib & negeri-negeri lain.. hidup & menetap, dan menyebarkan ilmu-ilmu sunnah.
Makanya, kita menemukan dalam 700 tahun ini para periwayat hadits adalah asyraaf (para keturunan Nabi ﷺ) dari asyraaf... lalu sebelumnya bukan ahli al-bait atau tidak bernisbah pada ahli al-bait.
Dalam masa Turki, penguasa membiarkan ahli al-bait hidup dalam kebebasan.
Jadi, al-Imam al-Bukhari (dll) tidak dicela karena hal itu.
Ku kasih contoh bagaimana Imam an-Nasai meninggal:
Ketika beliau pergi ke Syam; beliau menemui warga yang fanatik pada Mu`awiyah dan membenci Ali.. Mereka mengatakan: "Riwayatkan pada kami hadits-hadits"..
Beliau pun mengadakan majlis-majlis hadits di Syam, membacakan pada mereka keutamaan-keutaman Sayyidina Ali dalam buku yang berjudul "Khashaaish Ali"..
Ketika selesai, setelah beberapa hari, mereka mengatakan: "Riwayatkan pada kami hadits-hadits tentang Mu`awiyah".. Imam an-Nasaai berkata: "Tidak ada yang ku dapati kecuali hadits: "Allah tidak Mengenyangkan perutnya".. hadirin pun mulai memukuli beliau, padal beliau sudah lanjut usia, di atas 80 tahun.
Pada saait itu, ada qafilah yang berangkat haji.. al-Imam an-Nasaai pun ikut pergi dalam keadaan sakit.. sampai di sana.. beliau meninggal & dikuburkan antara Safa & Marwah.
Begitulah... bayangkan.. seorang imam yang hanya bicara tentang keutaman salah satu ahli al-bait.. bagaimana yang menimpa beliau.. balasannya adalah maut.
Jadi, setiap masa ada keadaan tententu.. Sebelum kamu menghukumi seseorang; kamu perlu melihat dulu keadaan di masa orang itu berada.
Contoh lain adalah Imam Ali ar-Ridha yang tidak pernah keluar dari rumah. Yang pergi berdakwah adalah Sayyidina Ma`ruuf al-Karkhi, padahal tuannya tidak keluar.
#Ngaji_sufi
Diriwayatkan dari sebagian ahli ibadah -semoga Allah meridhoinya- sesungguhnya dia berkata :
" ketika aku sedang berada dalam perjalanan dalam keadaan puasa, kulihat ada sebuah sungai kemudin aku mandi daidalamnya. tiba2 ada buah safarjal mengambang di air, ku ambil buah tsb utk berbuka puasa.
ketika aku telah berbuka dengan buah tersebut aku menjadi menyesal karena telah berbuka dengan sesauatu yg bukan milikku .
pagi harinya aku menyusuri asal buah tsb dan sampai pada sebuah kebun.
ku ketuk pintu kebun yg sungai keluar dari situ, kemudian keluarlah orang yg sudah tua,
aku berkata : " wahai syeh..dari kebunmu ini, kemaren ada buah safarjal yg keluar kemudian kuambil dan kumakan. sekarang aku sudah menyesal atas hal tsb, semoga engkau menghalakannya. "

kemudian orang tua tsb berkata :
" aku ini hanyalah seorang pekerja, aku disini sudah 40 tahun berlum pernah merasakan buah yg ada disini sama sekali, aku bukanlah pemilik kebun ini ."
aku berkata : " yg punya siapa ?"
" yg punya adalah dua bersaudara yg ada di daerah fulani " jawabnya.
kemudian aku mendatangi tempat itu dan kutemukan salah satu pemiliknya,
kuceritakan kisahku kemudian dia berkata :
" sebagian kebun adalah milikku dan engkau telah halal dari bagianku dalam masalah buah safarjal tsb."
aku berkata : " dimanakah saudaramu ?"
" dia berada di tempat sana "
kemudian aku mendatanginya dan kuceritakan kisahnya.
dia berkata kepadaku :
" demi Allah, tiadak akan kujadikan halal untukmu kecuali dengan syarat "
aku berkata : " apa syaratnya ?"
" aku nikahkan kamu dengan putriku dan kamu kuberi uang 100 dinar ." jawabnya.
kemudian ahli ibadah tsb berkata :
" celakalah engkau, aku tdk membutuhkan hal itu, apakah kau tdk melihat apa yg terjadi kpdku sebab buah safarjalmu ?
halalkanlah bagiku ."
dia berkata : " demi Allah, itu tdk akan kulakukan kecuali dengan syarat yg telah kusebut ."
ketika sang ahli ibadah melihat kesungguhan dari pemilik buah maka dia menurut dan berkata : " lakukanlah syaratmu "
kemudian pemilik buah safarjal memberikan uang kepada ahli ibadah tsb sebanyak 100 dinar, kemudian dia berkata :
" berikan kepadaku sebagian dari dinar itu sesukamu sebagai mahar utk putriku "
kemudian ahli ibadah memberikan semua uangnya kepadanya.
" jangan semua, berikan sebagian saja " kata pemilik buah safarjal.
kemudian mereka menikah, dan orang2 banyak yg mencela si pemilik buah atas hal itu, mereka berkata :
" banyak pejabat dan orang2 besar yg melamar putrimu dan engkau tdk memberikannya kepada mereka, bagaimana bisa kau berikan putrimu kepada orang fakir yg tdk punya harta sama sekali ?"
dia berkata :
" wahai kaum...sesungguhnya aku hanya menyukai orang yg wira'i dan bagus agamanya, dan sesunguhnya lelaki ini adalah salah seorang hamba Allah yg sholeh. "
semoga Allah meridhoi mereka semuanya.
wallohu a'lam.
~Bahrud Dumu'~

Abdul Ghofur Maimoen

Abdul Ghofur Maimoen

Sejumlah literatur yang akrab di pesantren banyak mengajarkan kita mengenai tata-ungguh kepada para guru dan keluarga Rasul SAW. Salah satunya dipesankan melalui kisah berikut ini:
Zaid bin Tsabit—pencatat resmi wahyu Al-Quran, salah satu pimpinan Ulama di Madinah, dan ketua panitia penulisan Al-Quran—bermaksud menaiki hewan kendaraan. Ibnu Abbas ingin membantunya, lalu memegangi sanggurdinya. Zaid melarangnya, namun Ibnu Abbas menjawab:
“Demikianlah kita diperintahkan untuk bertakdzim kepada para ulama.”
“Tunjukkan tanganmu padaku .. ,” kata Zaid.
Ibnu Abbas memperlikatkan tangannya. Zaid pun menundukkan kepala dan mencium tangan Ibnu Abbas, lalu berkata:
“Demikianlah kita diperintahkan untuk menghormat kepada keluarga Rasulullah.”
Ibnu Abbas—sepupu Rasulullah dan ahli tafsir kesohor era sahabat—adalah murid aktif Zaid bin Tsabit. Jika ia bermaksud mengaji kepada gurunya tersebut, ia yang datang menghadap kepanya. Kata Ibnu Abbas:
“Ilmu didatangi, bukan didatangkan ..”

AS-SAB'AT 'ASYR ( السبعات عشر )

AS-SAB'AT 'ASYR ( السبعات عشر )

Ibrahim at-Taimi rahimahulLah, seorang tokoh sufisme terkemuka pernah mengatakan pada murid-muridnya;
"Aku pernah bertemu Rasulullah di syurga dalam mimpiku, beliau menemaniku menikmati hidangan syurga yang sarat akan kelezatan dan kenikmatannya, lalu aku terbangun, setelah itu 40 tahun aku tidak pernah makan dan merasa lapar"
Beliau dalam mimpi tersebut menanyaiku; amalan apa yang engkau amalkan sehingga mengantarkanmu pada kedudukan yang tinggi ini? lalu aku menunjuki seseorang disebelah beliau, yaitu Khidzir 'alaihis salam.
Nabiyullah Khidzir mengatakan aku memberikan amalan ini, yang diamalkan setiap selesai shalat fajar & sebelum tergelincirnya matahari; AS-SAB'AT 'ASYR.
1. al-Fatihah,
2. an-Naas,
3. al-Falq,
4. al-Ihlas,
5. al-Kafirun,
6. Ayat al-Kursi
7. Shalawat kepada engkau wahai Rasulullah,
8. SubhanalLah, wal hamdulilLah, wa laa ILAAHA illalLah, walLahu akbar,
9. Memohon ampunan atas dosa-ku, kedua orangtua dan dosa sesama umat Islam.
اللهم اغفر لي ولوالدي ولأصحاب الحقوق الواجبة علي ولجميع المؤمنين والمؤمنات والمسلمين والمسلمات الأحيآء منهم والأموات
Artinya, ± demikian; Ya Allah. anugrahkanlah ampunan untukku, untuk kedua orangtuaku, untuk orang² yang berhak aku mohonkan ampunan, dan untuk semua mu'minin-mu'minaat, muslimin-muslimat; baik yang hidup ataupun yang telah wafat.
10. Lalu membaca doa ini:
اللهم افعل بي وبهم عاجلا وآجلا في الدين والدنيا والآخرة ، ما أنت له أهل ولا تفعل بي يامولانا، ومانحن له أهل، إنك غفور رحيم جواد كيريم رؤف رحيم
KETERANGAN:
Setiap angka dibaca tujuh kali. Saya sudah sering mengamalkan dan Alhamdulillah disana saya mendapati sesuatu yang lebih dari anugrah ILAHIYAH. Ibrahim at-Taimi ketika menjelaskan ini mengatakan "minimal sesiapa yang mengamalkan diampuni segala dosa-kesalahannya".
Jika diperlukan, akan aku tuliskan translate lafal doa di atas. untuk yang pertama;
ALLAAHUMMAGHFIR LII WA LIWAALIDAYYA WA LI ASHAABIL HUQUQIL WAAJIBATI 'ALAYYA WA LIJAMII'IL MU'MINIINA WAL MU'MINAAT WAL MUSLIMIINA WAL MUSLIMAAT AL AHYAA-I MIN HUM WAL AMWAAT.
Kemudian yang kedua;
ALLAAHUMMAF'AL BII WA BIHIM, 'AAJILAN WA-AAJILAN FID DIIN WAD DUN-YAA WAL AAKHIRAH. MAA ANTA LAHU AHLUN WA LAA TAF'ALU BINAA YA MAWLAANA. WA MAA NAHNU LAHU AHLUN. INNAKA GHAFUURUR RAHIIM. JAWAADUN KARIIM. RA'UUFUR RAHIIM.
Ini. Yang saya maksud dari tulisan saya 'as-sab'at 'asyr'. juga pernah dinukil al-Ghazali dalam Ihya-nya. Abu Thalib al-Maky dalam Quut al-Qalb, dan Ulama² Tasawuf lainnya. Tidak berlebihan. tujuannya; supaya bermanfaat untuk diriku sendiri, untuk para santri, dan teman-teman saya. semoga senantiasa ditunjukkan dalam jalan ridla-NYA.

#Ngaji_Sejarah

#Ngaji_Sejarah

Adakah yg tahu berapakah jumlah sahabat Nabi Muhammad shollallohu alaihi wasallam ?
Tentu saja ada, karena banyak sekali kitab2 sejarah yg membahas tentang biografi para sahabat -semoga Allah meridhloi mereka-.
Menurut Abu Zur'ah gurunya Imam Muslim, sahabat Nabi jumlahnya lebih dari 100.000.
Menurut Imam Suyuti, jumlah para sahabat Nabi adalah 124.000.
jumlah tsb sama dengan jumlah semua para Nabi.
Syeh Syihab Al Manini dalam nadzomnya berkata :
وَصَحْبُهُ أَفْضَلُ خَلْقِ اللَّهِ # بَعْدَ النَّبِيِّينَ بِلَا اشْتِبَاهِ
هُمْ كَالنُّجُومِ كُلُّهُمْ مُجْتَهِدُ # يَا وَيْلَ أَقْوَامٍ بِهِمْ لَمْ يَهْتَدُوا
وَالْفَضْلُ فِيمَا بَيْنَهُمْ مَرَاتِبُ # وَعَدُّهُمْ لِلْأَنْبِيَا يُقَارِبُ
Dan para sahabatnya (Nabi Muhamamd) adalah makhluk Allah yg paling utama # setelah para Nabi, tanpa ada keraguan padanya.
Mereka bagaikan bintang dan mereka semua adalah mujtahid # celakalah kaum yg dengan mereka tdk mendapatkan petunjuk.
Keutamaan diantara mereka tingkatannya berbeda2 # dan jumlah mereka mendekati jumlah para Nabi.
wallohu a'lam.
~Syarah Mundhumah Adab~