Tuesday, June 7, 2016

Pembukaan pengajian Ramadhan oleh Habib Lutfi bin Yahya Pekalongan







Pembukaan pengajian Ramadhan dengan pembacaan kitab Tafsir Jalalain. Ayat 253 Surat al-Baqarah. Saat sampai pada ayat 259 kisah Nabi Uzair yang dikisahkan melewati perkampungan mati. Nabi Uzair bertanya dalam hatinya bagaimana Allah menghidupkan kota ini setelah menjadi kota mati. Maka untuk menunjukan kekuasaannya Allah mematikan Nabi Uzair dan setelah 100 tahun dihidupkan kembali. Keledai Nabi Uzair yang sudah menjadi tulang belulang dihidupkan kembali.
Maulana Habib Luthfi mengisahkan guru beliau Al-Alamah Syeikh Abdul Malik bin Ilyas. Syeikh Abdul Malik biasa membimbing dzikir bersama dengan jamaah thariqoh dari sebelum dzuhur hingga jam 13.30. Beliau membaca semua sholawat setelah jam 13.30 komat dan sholat berjmaah.
Suatu waktu beliau terdiam tapi tasbehnya jalan terus. Tidak ada yang berani mengganggu, satu hari, dua hari, bulan berganti hingga tahun lamanya. Setelah tiga tahun beliau terjaga dan menyuruh komat, tepat pada pukul 13.30. Dan beliau berdiri sholat, tidak lemah atau limbung. Setelah itu beliau bertanya jamaah yang bernama A, dan beberapa jamaah kemana. Para jamaah menjawab bahwa beberapa orang telah wafat. Beliau baru tahu bahwa beliau telah mengalami fana selama 3 tahun.
Maulana Habib Luthfi menambahkan, makam fana seperti itu diberikan oleh Allah kepada seorang wali, mursyid kamil mukamil. Jadi jangan kaget kalau Nabi Uzair bisa 100 tahun, dizaman kita saja ada ulama yang tidak makan tidak minum selama tiga tahun tidak masalah.

WASIAT AL ALLAMAH ALHABIB UMAR BIN HAFIDH DALAM MENGHADAPI RAMADHAN







Guru Mulia beliau Al Habib Umar bin Hafidh dalam ceramah beliau di akhir sya’ban 1426 H. berwasiat, bahwa seyogyanya ada 3 hal yang harus kita laksanakan di awal bulan ramadhan ini, yaitu:
1. Gembira dan senang dengan datangnya bulan Ramadhan, sebagaimana firman Allah swt :
“Katakanlah (wahai Muhammad saw) Dengan Datang-nya Anugerah Allah Dan Rahmat-Nya, Maka Dengan Itu Hendaknya Mereka Bergembira” (QS Yunus 58),
dan juga Sabda Rasulullah saw :
“Barangsiapa yang berpuasa ramadhan dengan menjaganya dengan segenap kemampuannya, maka diampunilah seluruh dosanya yang telah lalu” (HR Bukhari & Muslim).
Dan diriwayatkan oleh Salman ra, bahwa Rasulullah saw menyampaikan ceramahnya pada kami di hari terakhir bulan sya’ban :
“Wahai para manusia sekalian, telah menyelimuti kalian bulan Agung yang penuh keberkahan, bulan yang padanya suatu malam yang lebih mulia dari seribu bulan, Allah menjadikan puasa di bulan ini merupakan hal yang fardhu (wajib), dan menjadikan Qiyam (tarawih) merupakan hal yang sunnah, barangsiapa yang beribadah dengan satu macam kebaikan maka sama saja pahalanya dengan menjalankan ibadah yang fardhu, barangsiapa yang beribadah dengan hal yang fardhu maka seakan ia telah mengerjakan 70 x hal fardhu tersebut, inilah (ramadhan) merupakan bulan kesabaran, dan balasan atas kesabaran adalah Surga, inilah bulan kita saling membantu satu sama lain, inilah bulan dimana Allah menumpahkan rizki Nya bagi orang mukmin” (Hadits riwayat Imam Ibn Khuzaimah dalam shahih nya).
2. Menjaga diri dan berhati hati dari hal hal yg membuat kita terhalangi dan terusir dari kemuliaan Ramadhan. Diantaranya adalah :
* Menjaga lidah kita dari berdusta dan menjaga pula perbuatan kita dalam kedustaan dan penipuan,
* juga ucapan ucapan buruk dan perbuatan buruk,
* dan dari berbuka puasa dengan makanan haram dan syubhat,
* dan dari perbuatan yang menjatuhkan pahala puasa seperti memandang aurat yang bukan muhrimnya,
* dan dari berdusta dan membicarakan aib orang lain,
* dan dari memutuskan hubungan silaturahmi,
* dan dari minum arak, ganja dan narkotika,
* dan dari dengki dan kebencian terhadap sesama muslimin, dan dari berbuat durhaka pada kedua orang tua.
Dan berhati – hatilah wahai mukimin dari berbuka puasa tanpa sebab yang jelas, Sabda Rasulullah saw : “Barangsiapa yang berbuka di hari ramadhan tanpa sebab sakit, atau safar, atau udzur syar’I lainnya, maka tiadalah ia akan bisa membayarnya walaupun ia berpuasa sepanjang masa” (HR Tirmidzi, Nasa’I, Abu Daud, Ibn Maajah, Ibn Khuzaimah dan Imam Baihaqy).
Maka berhati – hatilah wahai mukmin dalam menjaga keadaan puasamu, dan jangan pula kau berbuka puasa sebelum yakin telah tiba waktunya, karena sunnah untuk bersegera dalam buka puasa adalah setelah yakin sepenuhnya telah masuk waktu berbuka puasa.
3. Yang terakhir adalah bersungguh – sungguh dalam menghadapi hujan anugerah di bulan mulia ini, dan bersungguh – sungguh mendapatkan anugerah berlipat gandanya berbagai pahala dan di bentangkannya kesempatan untuk meraih derajat yang agung.
Telah bersabda Rasulullah saw “Sesungguhnya Allah telah mewajibkan bagi kalian berpuasa di siang harinya dan telah pulah mensunnahkan bagi kalian mendirikan shalat sunnah di malam harinya (tarawih), barangsiapa yang melakukan keduanya dengan keimanan dan kesungguhan, maka ia akan lepas dari seluruh dosanya sebagaimana saat ia baru dilahirkan oleh ibunya” (HR Imam Nasa’i).
Maka seyogyanya kita memperbanyak berbagai amal ibadah di bulan mulia ini, terutama menjaga shalat lima waktu dengan berjamaah, dan ketahuilah bahwa menjamu orang lain berbuka puasa merupakan hal yang agung pahalanya, sabda Rasulullah saw :“Baramgsiapa yang menyediakan buka puasa bagi yang berpuasa dibulan Ramadhan, maka diampuni seluruh dosanya, dan kebebasan baginya dari api neraka, dan ia mendapatkan pahala puasa tersebut” (HR Ibn Khuzaimah dalam Shahihnya).
Sabda Rasulullah saw : “Barangsiapa yang menyediakan buka puasa bagi orang yang berpuasa ramadhan dengan makanan dan minuman yang halal, maka akan bershalawatlah para Malaikat baginya sepanjang waktu Ramadhan, dan akan bershalawatlah padanya Malaikat Jibril dimalam Lailatulqadr” (Imam Thabrani).
Sabda Rasulullah saw : “Diberikan untuk ummatku dibulan Ramadhan lima hal yang tidak diberikan pada para Nabi sebelumku, yaitu saat malam pertama bulan Ramadhan, Allah memandangi mereka dengan iba dan kasih sayang Nya, dan barangsiapa yang dipandangi Allah dengan Iba dan Kasih Sayang Nya maka tak akan pernah disiksa selama selamanya, yang kedua adalah aroma tak sedap dari mulut mereka di sore harinya lebih indah dihadapan Allah daripada wanginya Misk (bau tak sedap orang yang berpuasa akan menyusahkan mereka dan akan membuat mereka merasa terhina, namun balasan untuk keridhoan mereka karena hal yang tak mereka sukai dan perasaan terhina itu adalah justru di sisi Allah hal itu sangatlah mulia), yang ketiga adalah sungguh para malaikat memohonkan pengampunan dosa bagi mereka sepanjang siang dan malam, yang keempat adalah Allah memerintah kepada Surga seraya berfirman : Bersiaplah engkau (wahai surga), dan bersoleklah untuk menyambut hamba – hamba Ku, aku iba melihat mereka, barangkali mereka mesti beristirahat karena kepayahan menghadapi kehidupan mereka didunia untuk menuju Istana – Istana Ku dan Megahnya Kedermawanan Ku, yang kelima adalah ketika malam terakhir dibulan Ramadhan maka diampunilah bagi mereka seluruhnya, maka bertanyalah seorang sahabat : apakah itu hadiah orang yang mendapatkan Lailatulqadr Wahai Rasulullah?, maka Rasul saw bersabda : “Tidak, bukankah bila kau melihat para buruh bila selesai dari pekerjaannya harus segera dilunasi upahnya?” (HR Imam Baihaqi).
Maka ketahuilah bahwa Rasul saw bersungguh – sungguh dalam beribadah pada bulan Ramadhan, lebih dari kesungguhannya di bulan lain, dan Rasul saw sangat teramat bersungguh – sungguh dalam beribadah di 10 malam terakhir Bulan Ramadhan lebih dari kesungguhannya di hari – hari ramadhan lainnya, Maka berpanutlah pada Imam mu Nabi Muhammad saw, janganlah tertipu dengan mengikuti kebiasaan sebagian orang yang bersungguh – sungguh di awalnya dan bermalas – malasan di akhirnya, karena kemuliaan justru berpuncak pada akhirnya.
Wahai Allah perkenankan kami melewati kemuliaan Ramadhan, berpuasa dan menegakkan bermacam – macam amal mulia padanya, dari pembacaan Al Qur’an dan bertafakkur atas maknanya, serta menyambung silaturahmi serta berbuat baik dengan tetangga, dan selamat dari segala hal yang memnghalangi kami dari kemuliaannya, dan shalawat serta salam atas sang Nabi dan keluarga serta sahabatnya walhamdulillahirabbil’alamiin… amiin.

Kesabaran Dalam Bertaqwa "Sayyid Habib Umar bin Hafidz BSA"






Kesabaran dari maksiat (menahan diri untuk tidak berkmaksiat) bukan hanya mendorong seseorang banyak menjauhi perkara yg diharamkan dan yg dimakruhkan menurut syariat.
Tapi perkara yg Mubah (tidak haram) dan Makruh pun sering ditinggalkannya, ketika akalnya memberi tau, bahwa perkara tersebut kurang bermanfaat atau menghalangi dirinya mencapai derajat luhur dan kebaikan di dunia dan akhirat.
Kesabaran ini pula yg dapat mendorong seseorang untuk bertahan dalam menghadapi berbagai musibah yg menimpa dirinya.
Firman اَللّهُ سبحانه وتعالى, "Dan berikanlah berita gembira kepada orang² yg sabar, (yaitu) orang² yg apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, "Sesungguhnya kami hanya milik اَللّهُ dan kepadanya kami kembali (Inna lillahi wa innaa ilaihi raaji'uun)".
Mereka itulah yg mendapat keberkahan yg sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang² yg mendapat petunjuk" (QS. Al-Baqarah, 2;155-157)
Ketika menafsirkan ayat diatas, Sahabat Umar bin Khattab رضي الله عنـه berkata, "Ternyata sabar adalah keuntungan yg tak terhingga"
Orang² sabar akan mendapatkan rahmat dari Tuhannya, merekalah orang² yg mendapatkan hidayah. Sangat tepat kalo dikatakan bahwa sabar adalah pengeruk keuntungan tak terhingga.
Sebab, Shalawat, rahmat dan hidayah (smuanya) diberikan kepada orang² yg sanggup bersabar. Betapa luhur kedudukan sabar di hadapan اَللّهُ dan sungguh dibutuhkan oleh orang² yg berakal.
Qta bisa menyaksikan orang² kafir begitu ulet (sabar) dalam menghadapi berbagai kesulitan dan tantangan untuk meraih kesenangan sementara (harta dan jabatan).
Tapi, mengapa qta, orang² yg beriman, tidak mampu bersabar demi menggapai kebahagiaan abadi dan menghindar dari kerugian yg tiada batas ???
أسْتَغْفِرُ اللّهَ الْعَظيْم وأتوبُ إليہ
("Is'af Thalibi Ridhal Al-Khalaq bi Bayani Makarim Al-Akhlaq", Sayyidinal Imam, Al-'Allamah, Al-Muhaddist, Al-Mufassir, Al-Musnid, Sayyid Umar bin Hafidz BSA)

Ngaji Bareng Mbah KH. Maimoen Zubair PP Al-Anwar





 NGAJI KITAB BERSAMA MBAH MUN
Malam Selasa Pon 2 Romadlon 1437 H/ 7 Juni 2016 M.

Sedikit Keterangan Dari Ngaji
شجرة المعارف والأحوال
Bersama KH Maimoen Zubair Di Musholla Al-Anwar Malam Selasa Pon 2 Romadlon 1437 H/ 7 Juni 2016 M.
Ma'rifah (Pengertian Yang Wujud Dari Usaha) Merupakan Perkara Yang Mendorong Kepada Semua Ketaatan.
Sedangkan Sifat Yang Menjadi Watak Akan Mendorong Kepada Sebagian Ketaatan.
Apabila Dalam Satu Pekerjaan Terkumpul Dua Pendorong Itu, Maka Pekerjaan Itu Akan Menjadi Kokoh Dan Bisa Langgeng.
Seperti Contoh, Pemberian Dari Orang Yang Mengetahui Serta Dermawan Akan Lebih Kokoh Dan Sempurna Dari Pada Pemberian Orang Yang Tidak Mengetahui Serta Kikir.
Hal Itu, Karena Pengetahuan Serta Watak Kedermawanannya Akan Mendorong Untuk Memberi.
Begitu Pun Pencegahan Diri Atas Perbuatan Jelek Dari Orang Yang Mengetahui Serta Pemalu Akan Lebih Sempurna Dari Pada Pencegahan Diri Atas Perbuatan Jelek Dari Orang Yang Tidak Ada Pengertian Serta Tidak Ada Rasa Malu.
Hal Itu Karena Pengetahuan Serta Rasa Malunya Akan Mencegah Dirinya Dari Perbuatan Jelek.
Dalam Hal Ini, Rosululloh Bersabda:
الناس معادن كمعادن الفضة والذهب خيارهم في الجاهلية خيارهم في الإسلام إذا فقهوا
Manusia Itu Bagaikan Pertambangan, Sebagaimana Pertambangan Emas dan Perak. Orang-Orang Yang Terpilih Dari Mereka Pada Zaman Jahiliyyah Juga Merupakan Orang-Orang Yang Terpilih Pada Zaman Islam, Apabila Mereka Pandai (Faqih).
Hal Itu Karena Watak, Kepandaian (Kefaqihan) Serta Keimanan Mereka Akan Mendorong Terhadap Akhlaq Yang Mulia, Sehingga Akhlaq Itu Menjadi Lebih Kokoh Dan Sempurna.

Semoga kita semua dijadikan ahli ilmu. Amin

TIRAKAT SYAIKHONA KHOLIL BANGKALAN SAAT NGAJI DI SIDOGIRI






Syaikhona Kholil Bangkalan Madura merupakan salah satu santri yang mengaji kepada Kiai Noerhasan bin Noerkhotim Sidogiri, walaupun Syaikhona Kholil Bangkalan tidak pernah mondok di pesantren yang sudah memasuki miladnya yang ke-279 ini. Syaikhona Kholil mondok di PP Keboncandi Winongan (ke timur Warungdowo, Pasuruan). Setiap hari beliau berjalan kaki menempuh jarak kira-kira 20 kolimeter ke Sidogiri untuk mengaji.
Dalam perjalanan, tiap kali menjumpai pohon besar beliau berhenti dan membaca surah Yasin satu kali. Hingga ketika sampai di Sidogiri, beliau telah membaca surah Yasin 20 kali. Begitu pula dalam perjalanan pulang setelah menimba ilmu dari Kiai Noerhasan, beliau membaca Yasin 20 kali. Dan untuk melengkapi 41 kali, beliau membaca surah Yasin satu kali ketika sampai di Warungdowo.
Selain itu, sebelum masuk ke kompleks Pondok Pesantren Sidogiri, Syaikhona Kholil terlebih dahulu melepas terompahnya, lalu berjalan tanpa alas kaki menuju tempat pengajian Kiai Noerhasan. Hal ini beliau lakukan karena ta’zhim (hormat) dan tawaduknya yang luar biasa kepada gurunya.

Disarikan dari buku Jejak Langkah 9 Masyayikh Sidogiri '2'.

NGAJI TAFSIR JALALAIN BARENG HABIB LUTHFI BIN YAHYA PEKALONGAN






Habib Luthfi bin Yahya belajar tafsir al-Quran menghabiskan waktu selama 11 tahun. Habib Luthfi mengingatkan dalam pembukaan pengajian Ramadhan di kediamannya (Senin, 6/6/2016), bahwa al-Quran memiliki makna dzahir dan bathin. Tidak mudah menafsiri al-Quran, harus menguasai seperangkat ilmunya semisal ilmu alat (nahwu-sharaf), balaghah, manthiq, badi' dan bayan.
Satu contoh, dalam al-Quran terdapat lafadz jamak tapi mengandung makna ta'dib (adab/tatakrama). Sepertihalnya dalam percakapan, lafadz "Antum" (kalian/jamak) ditujukan untuk mufrad (kamu/satu orang) sebab berbicara dengan yang lebih alim atau sepuh. Itu kalimat halus, sangat menyentuh, mengandung adab.
Ayat "Inna nahnu nazzalna adz-dzikra...", Nahnu di sini adalah ta'dib pada Baginda Nabi Saw., Sayyidina Jibril As., disamping memiliki faidah mu'adzdzam nafsah (mengagungkan diriNya Swt.). Allah mengangkat derajat hambaNya yang terpilih. Maka kalau mau memberikan keterangan (catatan penting) bikin buku khusus sendiri, jangan di kitabnya. Minimal itu bentuk adabnya kita pada muallif (pengarang) kitab.
Tafsir Kursi Allah
Kajian tafsir al-Quran dengan kitab Tafsir Jalalain malam itu bertepatan dengan malam ke-2 bulan Ramadhan, meneruskan tafsir surat al-Baqarah ayat ke 251-259. Diantara yang perlu disoroti adalah tafsir "Kursi Allah". Ragam tafsirnya, pertama Kursi adalah Ilmu Allah, bukan wujudan (makhluk), sebagaimana tafsirnya Ibn Abbas Ra. dan selainnya.
Pendapat kedua, Imam az-Zamakhsyari, menafsiri Kursi dengan makhluk Allah yang sangat besar, lebih luas dari langit dan bumi. Masih menurutnya, Ilmu Allah dinamai dengan Kursi karena ilmu itu menempati pada sesuatu. "Bisa dikatakan sebagai majazan atau isti'arah. Semisal, jika sekarang kursi itu bermakna jabatan sedangkan Kursi di sini sebagai wadahnya al-Quran." Ucap Kang Tsauri mengutarakan argumennya. "Sedangkan menurut ar-Razi, Ilmu Allah dilambangkan dengan Kursi sebagai lambang kebesaran," sahut peserta lainnya.
Habib Luthfi kemudian menjelaskan beberapa makna yang terkandung dari ayat "Wasi'a kursiyyuhu...", Kursi ditafsiri sebagai Ilmu Allah karena beberapa sebab diantaranya:
1. Ilmu Allah tidak mungkin bisa diukur, diungkapkan dalam ayat dengan lebih luas daripada langit dan bumi.
2. Ilmu Allah tidak memerlukan pertolongan/bantuan, bahkan langit dan bumi adalah makhluk yang tentu membutuhkan bantuan Allah Swt.
3. Ada ilmu yang tidak diberikan kepada semua makhlukNya, hanya khusus semisal untuk malaikat, para nabi dan rasul, arifin dan wali Allah.
4. Ilmu Allah yang luasnya telah ditunjukan kepada kita semua (meliputi langit dan bumi), bukan berarti ilmu Allah sebatas itu. Artinya ilmu Allah takkan mungkin bisa diukur. Jangankan ilmu Allah, langit dan bumi saja yang bisa dilihat antar ujungnya tidak bisa diukur, apalagi yang tidak kelihatan." Korelasinya dengan ayat "Wama utitum minal 'ilmi illa qalila", hanya sedikit saja ilmu yang diperlihatkan pada makhlukNya.
5. Makna tauhidnya, yaitu tidak bisa terlepas apa-apa yang ada di langit dan bumi terkecuali atas kudrat dan iradah Allah Swt.
Kisah Nabi Uzair
Tafsir surat al-Baqarah ayat 259, tentang kisah Nabi Uzair As. yang dikisahkan pernah melewati perkampungan mati. Nabi Uzair bertanya dalam hatinya bagaimana Allah menghidupkan kota ini setelah menjadi kota mati. Maka untuk menunjukan kekuasaanNya Allah mematikan Nabi Uzair dan setelah 100 tahun dihidupkan kembali. Keledai Nabi Uzair yang sudah menjadi tulang belulang dihidupkan kembali. Sebagai perbandingan kecil, Maulana Habib Luthfi bin Yahya menceritakan penyaksiannya tentang guru mursyidnya.
Syaikh Abdul Malik bin Ilyas Purwokerto (Mbah Malik), adalah orang yang sangat alim dan al-hafidz. Dulu pernah terjadi, sebelum shalat Dzuhur beliau terbiasa melakukan shalat sunnah Qabliyah dan setelahnya dilanjutkan membaca shalawat bersama jamaahnya dari jam 12 siang sampai jam 13:30 WIB.
"Shallallahu 'ala Muhammad..." tepat jam 13:30 selesai, iqamat pun berkumandang tanpa komando karena sudah menjadi adat kebiasaannya. Meski sudah dikomati, namun waktu itu Mbah Malik masih tetap duduk terdiam, tidak bangun dan hanya tasbihnya saja yang masih jalan. Ditunggu lama Mbah Malik tak kunjung bangun hingga waktu Dzuhur hampir habis. Akhirnya shalat pun terpaksa dikerjakan berjamaah dipimpin Mbah Kiai Isa, adik ipar Mbah Malik.
Sampai malam hari Mbah Malik belum juga bangun, padahal kondisinya normal tidak ada gejala apapun yang mencurigakan. Sampai 3 hari, seminggu, sebulan, hingga bertahun-tahun lamanya tidak ada yang berani membangungkan. Tidak ada perubahan sedikitpun yang mencurigakan kecuali setiap harinya wajah Mbah Malik semakin yatala'la (mencorong) nurnya.
Baru setelah 3 tahun berlalu, Mbah Malik tiba-tiba bangun persis pada jam 13:30 WIB. "Qamat...qamat..." pinta beliau. Lalu semuanya berdiri untuk shalat berjamaah dan Mbah Malik sebagai imamnya. Herannya shalat beliau berlangsung dengan normal seperti biasanya, tanpa lemah ataupun limbung, padahal "la yasyrab wala ya'kul" (tidak makan dan tidak minum) selama 3 tahun. Itulah maqam fana' yang pernah dialami Mbah Malik.
Selesai shalat, Mbah Malik bertanya, "Lha si anu mana? Si itu ke mana?"
"Mereka sudah meninggal, Kiai", jawab para santri.
"Lha tadi masih bareng shalawatan koq," ucap Mbah Malik sebelum mengetahui sudah 3 tahun dirinya baru terbangun.

Monday, June 6, 2016

Ngaji Kitab Bareng Mbah KH.MAIMOEN ZUBAIR DI PP AL ANWAR SARANG (MBAH MUN)






Secuplik Keterangan Dari Ngaji Kitab


شجرة المعارف والأحوال





Malam Senin Pahing, 1 Romadlon 1437 H/ 6 Juni 2016 M.
Keadaan Bisa Menjadi Mulya Karena Dua Hal, Yaitu:
1. Sebab Yang Mendorong.
2. Suatu Hal Yang Berhubungan Dengan Keadaan Tersebut.
Tingkatan Keadaan Itu Adalah:
1. Rasa Takut.
Rasa Takut Itu Lebih Mulya Dari Pada Cinta, Karena Rasa Takut Itu Timbul Dari Adanya Pengetahuan Akan Keagungan Orang Yang Ditakuti.
2. Cinta Yang Timbul Sebab Melihat Keindahan Dan Kecantikan.
3. Cinta Yang Muncul Dari Mengetahui Adanya Pemberian Nikmat Dan Anugrah Yang Diberikan.
4. Rasa Pasrah Atau Tawakkal, Hal Ini Karena Pasrah Timbul Dari Melihat Keesaan ALLOH Pada Pekerjaan Yang Dilakukan.
5. Harapan Dan Takut Yang Timbul Dari Melihat Kebaikan Dan Kejelekan, Serta Perkara Yang Berhubungan Dengan Keduanya.
Kemulyaan Yang Ada Pada Kedua Keadaan Ini, Timbul Dari Pengetahuan Adanya Kekuasaan ALLOH Atas Keduanya.
Karena Orang Yang Tidak Mampu Berbuat Baik, Tidak Mungkin Diharapkan Kebaikan Darinya.
Begitu Pun Sebaliknya, Orang Yang Tidak Mampu Berbuat Jahat, Tidak Mungkin Ditakuti Akan Kejahatannya.