Tuesday, June 7, 2016

Makna Hidup Untuk Modal Setelah Mati





Jadikanlah hidup setelah mati itu sebagai uang modal kamu dan hidup di dunia ini sebagai keuntungannya.
Pergunakanlah waktumu, pertama-tama, untuk hidup setelah mati. Jika ada waktu yang lebih, maka pergunakanlah waktu itu untuk kehidupan duniamu.
Janganlah kamu menggunakan hidupmu di dunia ini sebagai uang modal dan hidup setelah mati sebagai keuntungan, di mana kamu memanfaatkan waktu lebihmu itu untuk hidup setelah mati,
di samping menunaikan shalat lima waktu; seakan-akan mengubah semuanya di dalam satu gerakan, memasukkan bagian-bagiannya dan merusakkan susunannya, tanpa ruku dan sujud serta tanpa thuma’ninah; atau apabila kamu merasa penat dan letih, kamu tidur dengan membiarkan segalanya tidak terpelihara; seperti mayat di waktu malam yang pada siang harinya memuaskan nafsu kebinatangannya dan nafsu iblisnya.
Jangan pula kamu menjual akhiratmu untuk duniamu dan kamu menjadi hamba nafsu kebinatanganmu.
Kamu diperintahkan untuk menguasai hawa nafsu kamu dan membawa diri kamu ke jalan yang lurus dan benar.
Tetapi kamu membiarkan diri kamu dikuasai hawa nafsu iblis, sehingga merugilah kamu di dunia ini dan di akhirat kelak kamu akan diazab dengan api neraka.
Di hari perhitungan kelak, kamu akan menjadi orang yang paling miskin dan paling merugi serta segala apa yang kamu kumpulkan untuk duniamu hilang lenyap dari sisimu.
Maka benar-benar kamu menjadi orang yang merugi.
Sebaliknya jika kamu mengikuti jalan akhirat dan menjadikannya sebagi uang modal, maka kamu akan beruntung di dunia dan di akhirat, serta apa yang ditakdirkan untuk kamu di dunia ini akan datang kepadamu dan kamu mendapatkan keselamatan dan dihormati.
Nabi pernah bersabda, “Sesungguhnya Allah akan memberi keselamatan kepadamu dalam kehidupan duniamu, jika kamu menunjukkan niatmu di akhirat.
Tapi, keselamatan akhirat tidak akan diberikan, jika niatmu kamu tujukan ke kehidupan dunia.”
Niat yang ditujukan ke akhirat itu adalah keta’atan kepada Tuhan, karena niat itu ialah jiwa ibadah.
Oleh karena itu, apabila kamu ta’at kepada Allah dan mengharapkan akhirat, maka kamu akan menjadi orang yang dipilih oleh Allah dan masuk ke dalam golongan orang-orang yang ta’at dan cinta kepada Allah serta kehidupan akhirat akan kamu dapati, yaitu surga dan kedekatan kepada Allah.
Kemudian, dunia ini akan mengabdi kepadamu dan segala sesuatu yang telah ditentukan untuk kamu, pasti akan kamu terima sepenuhnya, karena segala sesuatu itu tunduk kepada Allah Yang Maha Menguasai segalanya.
Jika kamu terlena dan tenggelam di dalam kehidupan dunia dan tidak lagi mau memperhatikan kehidupan akhiratmu, maka Tuhan akan murka kepada kamu.
Kamu tidak akan mendapatkan akhirat dan dunia tidak akan takluk kepadamu. Kamu merasakan kesulitan di dalam mendapatkan bagian-bagian yang telah ditentukan untukmu, karena Allah murka kepadamu,
sedangkan semua yang tersebut itu sebenarnya adalah kepunyaan Allah belaka.
Barangsiapa mendurhakai Allah, maka Allah akan menghinakannya.
Nabi Muhammad SAW bersabda, “Dunia dan akhirat itu bagaikan sepasang suami istri. Jika kamu melayani salah seorang saja di antara keduanya, maka yang lainnya akan marah kepadamu.”
Allah SWT berfirman, “… di antara kamu ada orang yang menghendaki dunia dan di antara kamu ada yang menghendaki akhirat…” (QS 3:152)
Orang yang menghendaki dunia saja disebut ahli dunia dan orang yang menghendaki akhirat disebut ahli akhirat.
Perhatikanlah diri kamu, termasuk golongan manakah kamu ?
Dalam dunia ini, ke dalam golongan manakah di antara dua ahli itu kamu ingin termasuk ?
Ketika kamu berada di alam akhirat, sesudah mati nanti, kamu akan megetahui bahwa sebagian di antara kamu masuk ke dalam surga dan satu golongan lagi masuk ke dalam neraka.
Dan ada satu golongan manusia lagi, yaitu yang tetap tinggal di tempatnya sambil menjalani perhitungan dan pembicaraan. Satu hari di sana, menurut firman Tuhan, seperti 15.000 tahun di dunia.
Ada pula satu golongan manusia yang duduk di tempat makan sambil makan makanan yang enak-enak, buah-buahan, manis-manisan yang lebih putih daripada es,
sebagaimana diriwayatkan di dalam hadits, “Mereka akan melihat tempat tinggal mereka di surga. Apabila Allah telah selesai menanyai manusia, mereka akan memasuki surga itu.
Mereka akan pergi menuju tempat tinggal mereka, seperti halnya orang-orang di dunia ini menuju tempat tinggal mereka.”
Mereka yang memasuki surga itu adalah orang-orang yang meninggalkan dunia mereka dan berusaha mencapai kebahagiaan akhirat dan Allah.
Sedangkan orang-orang yang malang adalah mereka yang tidak langsung menghiraukan akhirat dan yang menghabiskan masa hidupnya di dunia dengan hal-hal keduniaan saja serta bimbang dengannya. Mereka melupakan hari perhitungan mereka di hadapan Allah dan mereka tidak mau memperdulikan Al Qur’an dan sabda-sabda Nabi.
Perhatikanlah dan kasihanilah diri kamu serta pilihlah golongan yang lebih baik di antara kedua golongan tersebut.
Hindarkanlah diri kamu dari persahabatan dan pergaulan dengan orang-orang jahat atau setan.
Ikutilah Al Qur’an dan sunnah Nabi.
Perhatikan, pikirkan dan amalkanlah keduanya.
Janganlah kamu terpengaruh oleh kata-kata kosong dan ketamakan.
Firman Allah, “Apa saja harta rampasan (fai-I) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya yang berasal dari penduduk kota-kota, maka adalah untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta-harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah; dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya.” (QS 59:7)
Janganlah kamu menentang Nabi dan jangan pula kamu mengubah peraturan dengan berpura-pura pandai, baik dalam perbuatan kamu maupun di dalam beribadah.
Allah berfirman, “Kemudian Kami iringi di belakang mereka dengan rasul-rasul Kami dan Kami iringi (pula) dengan Isa putra Maryam; dan Kami berikan kepadanya Injil dan Kami jadikan dalam hati orang-orang yang mengikutinya rasa santun dan kasih sayang.
Dan mereka mengada-adakan rahbaniyyah, padahal Kami tidak mewajibkannya kepada mereka tetapi (mereka sendirilah yang mengada-adakannya), untuk mencari keridhaan Allah, lalu mereka tidak memeliharanya dengan pemeliharaan yang semestinya. Maka Kami berikan kepada orang-orang yang beriman di antara mereka pahalanya dan banyak di antara mereka orang-orang fasik.” (QS 57:27)
Allah telah membersihkan Nabi-Nya dan menjauhkannya dari yang batil.
Firman Allah, “Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (QS 53:3-4).
Dengan kata lain, firman ini bermaksud, “Apa saja yang dibawanya kepada kamu adalah dari Aku, dan bukannya dari dirinya atau hawa nafsunya. Oleh karena itu, ikutilah dia.”
Firman Allah lagi, “Pada hari ketiga tiap-tiap diri mendapati segala kebajikan dihadapkan (ke hadapannya), begitu (juga) kejahatan yang telah dikerjakannya; ia ingin kalau kiranya antara ia dengan hari itu ada masa yang jauh; dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. Dan Allah sangat Penyayang kepada hamba-hamba-Nya.” (QS 3:30)
Jalan untuk menempuh kasih sayang-Nya itu adalah mematuhi sabda-sabda dan perbuatan Nabi.
Nabi Muhammad SAW bersabda, “Berusaha itu adalah jalanku dan tawakal kepada Allah itu adalah keadaanku.”
Oleh karena itu, kamu harus berada di antara perbuatan dan keadaannya. Jika iman kamu lemah, maka hendaklah kamu berusaha, dan ini adalah perbuatannya. Dan jika iman kamu kuat, maka pergunakanlah keadaan kamu, yaitu bertawakal kepada Allah.
Allah berfirman, “Dan kepada Allah-lah kamu patut bertawakal.” (QS 5:26).
Allah juga berfirman, “… dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya…” (QS 56 – 3)
Selanjutnya Allah berfirman, “Dan sungguh jika kamu meninggal atau gugur, tentulah kepada Allah saja kamu dikumpulkan.” (QS 3:158)
Allah menyuruhmu untuk bertawakal dan berpegang teguh kepada Allah, sebagaimana Nabi pun disuruh berbuat demikian. Nabi SAW bersabda, “Barangsiapa berbuat sesuatu yang bukan dari perintah kami, maka perbuatannya itu tidak akan diterima.”
Hal ini mencakup kehidupan, perbuatan dan perkataan. Kita tidak mempunyai Nabi lagi selain beliau yang harus kita ikuti dan tidak ada kitab, selain Al Qur’an yang harus kita patuhi.
Oleh karena itu, janganlah kamu melanggar keduanya. Jika tidak, maka kamu akan mendapatkan kehancuran dan kamu akan dipimpin oleh hawa nafsu kebinatangan dan iblis yang membawa ke jalan yang sesat. Allah berfirman, “… dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah …” (QS 38:26)
Keselamatan itu terletak pada Kitab Allah dan sunnah Nabi. Sedangkan kerusakan akan datang, jika kamu menyimpang dari keduanya.
Dengan Al Qur’an dan sunnah Nabi itulah maka si hamba dapat naik ke derajat wilayah, badaliyyat dan ghautsiyyat.
المقالة السادسة والثلاثون
فـي بـيـان الـدنـيـا و الآخـرة و مـا يـنـبـغـي أن يـعـمـل فـيـهـمـا
قـال رضـي الله تـعـالى عـنـه و أرضـاه :أجعل آخرتك رأس مالك ودنياك ربحه، وأصرف زمانك أولاً في تحصيل آخرتك. ثم إن فضل من زمانك شئ اصرفه في دنياك وفى طلب معاشك، ولا تجعل دنياك رأس مالك وآخرتك ربحه. ثم إن فضل من الزمان فضلة صرفتها في آخرتك تقتضى فيها الصلوات تسبكها سبيكة واحدة ساقطة الأركان، مختلفة الواجبات من غير ركوع وسجود وطمأنينة بين الأركان، أو يلحقك التعب والإعياء فتنام عن القضاء جملة، جيفة في الليل بطالاً في النهار تابعاً لنفسك وهواك وشيطانك، وبائعاً آخرتك بدنياك عند النفس ومطيتها، أمرت بركوبها وتهذيبها ورياضتها والسلوك بها في سبيل السلامة وهى طرق الآخرة وطاعة مولاها عزَّ وجلَّ فظلمتها بقوبلك منها وسلمت زمامها إليها وتبعتها في شهواتها ولذاتها وموافقتها وشيطانها وهواها ففاتك خير الدنيا والآخرة وخسرتهما فدخلت القيامة أفلس الناس وأخسرهم ديناً ودنيا، وما وصلت بمتابعتها إلى أكثر من قسمك من دنياك، ولو سلكت بها طريق الآخرة وجعلتها رأس مالك ربحت الدنيا والآخرة ووصل إليك قسمك من الدنيا هنيئاً مرئياً وأنت مصون مكرم، كما قال النبي صلى الله عليه وسلم : (إن الله يعطى الدنيا على نية الآخرة ولا يعطى الآخرة على نية الدنيا) وكيف لا يكون كذلك ونية الآخرة هي طاعة الله لأن النية روح العبادات وذاتها.
وإذا أطعت الله بزهدك في الدنيا أو طلبك دار الآخرة كنت من خواص الله عزَّ وجلَّ وأهل طاعته ومحبته، وحصلت لك الآخرة وهى الجنة وجوار الله عزَّ وجلَّ وخدمتك الدنيا فيأتيك قسمك الذي قدر لك منها، إذ الكل تبع لخالقها ومولاها وهو الله عزَّ وجلَّ، وإن اشتغلت بالدنيا وأعرضت عن الآخرة غضب الرب عليك ففاتتك الآخرة وتعاصت الدنيا عليك وتعسرت وأتعبتك في إيصال قسمك إليك لغضب الله عزَّ وجلَّ عليك لأنها مملوكته، تهين من عصاه وتكرم من أطاعه فيتحقق حينئذ قوله صلى الله عليه وسلم : (الدنيا والآخرة ضرتان، إن أرضيت إحداهما أسخطت عليك الأخرى). قال تعالى : }مِنكُم مَّن يُرِيدُ الدُّنْيَا وَمِنكُم مَّن يُرِيدُ الآخِرَةَ{.آل عمران152. يعنى به أبناء الآخرة، فانظر من أبناء أيهما أنت؟؟ ومن أي القبيلتين تحب أن تكون وأنت في الدنيا؟؟ ثم إذا صرت إلى الآخرة فالخلق فريقان فريق في طلب الدنيا وفريق في طلب الآخرة، وهم أيضاً يوم القيامة فريقان }فَرِيقٌ فِي الْجَنَّةِ وَفَرِيقٌ فِي السَّعِيرِ{.الشورى7. فريق في الموقف قيام في طول الحساب }فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ{.المعارج4. مما تعدون كما قال تعالى، وفريق في ظل العرش كما أخبر النبي صلى الله عليه وسلم : (إنكم تكونون يوم القيامة في ظل العرش عاكفون على الموائد، عليها أطايب الطعام والفواكه والشهد أبيض من الثلج). كما جاء في الحديث : (وينظرون منازلهم في الجنة حتى إذا فرغ من حساب الخلق دخلوا الجنة، يهتدون إلى منازلهم كما يهتدي أحد الناس في الدنيا إلى منزله). فهل وصلوا إلى هذه إلا بتركهم الدنيا واشتغالهم بطلب الآخرة والمولى. وهل وقعوا أولئك في الحساب وأنواع الشدائد والذل إلا لاشتغالهم بالدنيا ورغبتهم فيها وزهدهم في الآخرة وقلة المبالاة بأمرها ونسيان يوم القيامة وما سيصيرون إليه غداً مما ذكر في الكتاب والسنة.
فانظر لنفسك نظر رحمة وشفقة، واختر لها خير القبيلتين وأفردها عن أقران السوء من شياطين الإنس والجن، وأجعل الكتاب والسنة أمامك وأنظر فيهما وأعمل بهما، ولا تغتر بالقال والقيل والهوس. قال الله تعالى : }وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانتَهُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ{.الحشر7. ولا تخالفوه فتتركوا العمل بما جاء به وتخترعوا لأنفسكم عملاً وعبادة كما قال عزَّ وجلَّ في حق قوم ضلوا سواء السبيل }وَرَهْبَانِيَّةً ابْتَدَعُوهَا مَا كَتَبْنَاهَا عَلَيْهِمْ{.الحديد27.، ثم إنه زكى هو عزَّ وجلَّ نبيه صلى الله عليه وسلم ونزهه عن الباطل والزور فقال عزَّ وجلَّ : }وَمَا يَنطِقُ عَنِ الْهَوَى * إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى{.النجم3–4. أي ما آتاكم به فهو من عندي لا من هواه ونفسه فاتبعوه، ثم قال تعالى : }قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللّهُ{.آل عمران31. فبين أن طريق المحبة إتباعه قولاً وفعلاً، فالنبي عليه الصلاة والسلام قال : (الاكتساب سنتي، والتوكل حالتي) أو كما قال، فأنت بين سنته وحالته وإن ضعف إيمانك فالتكسب الذي هو سنته وإن قوى إيمانك فحالته التي هي التوكل قال الله تعالى : }وَعَلَى اللّهِ فَتَوَكَّلُواْ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ{.المائدة23. وقال تعالى : }وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ{.الطلاق3. وقال تعالى : }إِنَّ اللّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ{.آل عمران159. فقد أمرك بالتوكل ونبهك عليه كما أمر نبيه صلى الله عليه وسلم في قوله : }وَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ{.النساء81.الأنفال61.الأحزاب3+48. فاتبع أوامر الله عزَّ وجلَّ في سؤاله في أعمالك فهي مردودة عليك قال النبي صلى الله عليه وسلم : (من عمل عملاً ليس عليه أمرنا فهو رد) هذا يعلم طلب الرزق والأعمال والأقوال، ليس لنا نبي غيره فنتبعه ولا كتاب غير القرآن فنعمل به، فيضلك هواك والشيطان. قال الله تعالى : }وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوَى فَيُضِلَّكَ عَن سَبِيلِ اللَّهِ{.ص26. فالسلامة مع الكتاب والسنة، والهلاك مع غيرهما، وبهما يترقى العبد إلى حالة الولاية والبدلية والغوثية،
والله أعلم.

Pembukaan pengajian Ramadhan oleh Habib Lutfi bin Yahya Pekalongan







Pembukaan pengajian Ramadhan dengan pembacaan kitab Tafsir Jalalain. Ayat 253 Surat al-Baqarah. Saat sampai pada ayat 259 kisah Nabi Uzair yang dikisahkan melewati perkampungan mati. Nabi Uzair bertanya dalam hatinya bagaimana Allah menghidupkan kota ini setelah menjadi kota mati. Maka untuk menunjukan kekuasaannya Allah mematikan Nabi Uzair dan setelah 100 tahun dihidupkan kembali. Keledai Nabi Uzair yang sudah menjadi tulang belulang dihidupkan kembali.
Maulana Habib Luthfi mengisahkan guru beliau Al-Alamah Syeikh Abdul Malik bin Ilyas. Syeikh Abdul Malik biasa membimbing dzikir bersama dengan jamaah thariqoh dari sebelum dzuhur hingga jam 13.30. Beliau membaca semua sholawat setelah jam 13.30 komat dan sholat berjmaah.
Suatu waktu beliau terdiam tapi tasbehnya jalan terus. Tidak ada yang berani mengganggu, satu hari, dua hari, bulan berganti hingga tahun lamanya. Setelah tiga tahun beliau terjaga dan menyuruh komat, tepat pada pukul 13.30. Dan beliau berdiri sholat, tidak lemah atau limbung. Setelah itu beliau bertanya jamaah yang bernama A, dan beberapa jamaah kemana. Para jamaah menjawab bahwa beberapa orang telah wafat. Beliau baru tahu bahwa beliau telah mengalami fana selama 3 tahun.
Maulana Habib Luthfi menambahkan, makam fana seperti itu diberikan oleh Allah kepada seorang wali, mursyid kamil mukamil. Jadi jangan kaget kalau Nabi Uzair bisa 100 tahun, dizaman kita saja ada ulama yang tidak makan tidak minum selama tiga tahun tidak masalah.

WASIAT AL ALLAMAH ALHABIB UMAR BIN HAFIDH DALAM MENGHADAPI RAMADHAN







Guru Mulia beliau Al Habib Umar bin Hafidh dalam ceramah beliau di akhir sya’ban 1426 H. berwasiat, bahwa seyogyanya ada 3 hal yang harus kita laksanakan di awal bulan ramadhan ini, yaitu:
1. Gembira dan senang dengan datangnya bulan Ramadhan, sebagaimana firman Allah swt :
“Katakanlah (wahai Muhammad saw) Dengan Datang-nya Anugerah Allah Dan Rahmat-Nya, Maka Dengan Itu Hendaknya Mereka Bergembira” (QS Yunus 58),
dan juga Sabda Rasulullah saw :
“Barangsiapa yang berpuasa ramadhan dengan menjaganya dengan segenap kemampuannya, maka diampunilah seluruh dosanya yang telah lalu” (HR Bukhari & Muslim).
Dan diriwayatkan oleh Salman ra, bahwa Rasulullah saw menyampaikan ceramahnya pada kami di hari terakhir bulan sya’ban :
“Wahai para manusia sekalian, telah menyelimuti kalian bulan Agung yang penuh keberkahan, bulan yang padanya suatu malam yang lebih mulia dari seribu bulan, Allah menjadikan puasa di bulan ini merupakan hal yang fardhu (wajib), dan menjadikan Qiyam (tarawih) merupakan hal yang sunnah, barangsiapa yang beribadah dengan satu macam kebaikan maka sama saja pahalanya dengan menjalankan ibadah yang fardhu, barangsiapa yang beribadah dengan hal yang fardhu maka seakan ia telah mengerjakan 70 x hal fardhu tersebut, inilah (ramadhan) merupakan bulan kesabaran, dan balasan atas kesabaran adalah Surga, inilah bulan kita saling membantu satu sama lain, inilah bulan dimana Allah menumpahkan rizki Nya bagi orang mukmin” (Hadits riwayat Imam Ibn Khuzaimah dalam shahih nya).
2. Menjaga diri dan berhati hati dari hal hal yg membuat kita terhalangi dan terusir dari kemuliaan Ramadhan. Diantaranya adalah :
* Menjaga lidah kita dari berdusta dan menjaga pula perbuatan kita dalam kedustaan dan penipuan,
* juga ucapan ucapan buruk dan perbuatan buruk,
* dan dari berbuka puasa dengan makanan haram dan syubhat,
* dan dari perbuatan yang menjatuhkan pahala puasa seperti memandang aurat yang bukan muhrimnya,
* dan dari berdusta dan membicarakan aib orang lain,
* dan dari memutuskan hubungan silaturahmi,
* dan dari minum arak, ganja dan narkotika,
* dan dari dengki dan kebencian terhadap sesama muslimin, dan dari berbuat durhaka pada kedua orang tua.
Dan berhati – hatilah wahai mukimin dari berbuka puasa tanpa sebab yang jelas, Sabda Rasulullah saw : “Barangsiapa yang berbuka di hari ramadhan tanpa sebab sakit, atau safar, atau udzur syar’I lainnya, maka tiadalah ia akan bisa membayarnya walaupun ia berpuasa sepanjang masa” (HR Tirmidzi, Nasa’I, Abu Daud, Ibn Maajah, Ibn Khuzaimah dan Imam Baihaqy).
Maka berhati – hatilah wahai mukmin dalam menjaga keadaan puasamu, dan jangan pula kau berbuka puasa sebelum yakin telah tiba waktunya, karena sunnah untuk bersegera dalam buka puasa adalah setelah yakin sepenuhnya telah masuk waktu berbuka puasa.
3. Yang terakhir adalah bersungguh – sungguh dalam menghadapi hujan anugerah di bulan mulia ini, dan bersungguh – sungguh mendapatkan anugerah berlipat gandanya berbagai pahala dan di bentangkannya kesempatan untuk meraih derajat yang agung.
Telah bersabda Rasulullah saw “Sesungguhnya Allah telah mewajibkan bagi kalian berpuasa di siang harinya dan telah pulah mensunnahkan bagi kalian mendirikan shalat sunnah di malam harinya (tarawih), barangsiapa yang melakukan keduanya dengan keimanan dan kesungguhan, maka ia akan lepas dari seluruh dosanya sebagaimana saat ia baru dilahirkan oleh ibunya” (HR Imam Nasa’i).
Maka seyogyanya kita memperbanyak berbagai amal ibadah di bulan mulia ini, terutama menjaga shalat lima waktu dengan berjamaah, dan ketahuilah bahwa menjamu orang lain berbuka puasa merupakan hal yang agung pahalanya, sabda Rasulullah saw :“Baramgsiapa yang menyediakan buka puasa bagi yang berpuasa dibulan Ramadhan, maka diampuni seluruh dosanya, dan kebebasan baginya dari api neraka, dan ia mendapatkan pahala puasa tersebut” (HR Ibn Khuzaimah dalam Shahihnya).
Sabda Rasulullah saw : “Barangsiapa yang menyediakan buka puasa bagi orang yang berpuasa ramadhan dengan makanan dan minuman yang halal, maka akan bershalawatlah para Malaikat baginya sepanjang waktu Ramadhan, dan akan bershalawatlah padanya Malaikat Jibril dimalam Lailatulqadr” (Imam Thabrani).
Sabda Rasulullah saw : “Diberikan untuk ummatku dibulan Ramadhan lima hal yang tidak diberikan pada para Nabi sebelumku, yaitu saat malam pertama bulan Ramadhan, Allah memandangi mereka dengan iba dan kasih sayang Nya, dan barangsiapa yang dipandangi Allah dengan Iba dan Kasih Sayang Nya maka tak akan pernah disiksa selama selamanya, yang kedua adalah aroma tak sedap dari mulut mereka di sore harinya lebih indah dihadapan Allah daripada wanginya Misk (bau tak sedap orang yang berpuasa akan menyusahkan mereka dan akan membuat mereka merasa terhina, namun balasan untuk keridhoan mereka karena hal yang tak mereka sukai dan perasaan terhina itu adalah justru di sisi Allah hal itu sangatlah mulia), yang ketiga adalah sungguh para malaikat memohonkan pengampunan dosa bagi mereka sepanjang siang dan malam, yang keempat adalah Allah memerintah kepada Surga seraya berfirman : Bersiaplah engkau (wahai surga), dan bersoleklah untuk menyambut hamba – hamba Ku, aku iba melihat mereka, barangkali mereka mesti beristirahat karena kepayahan menghadapi kehidupan mereka didunia untuk menuju Istana – Istana Ku dan Megahnya Kedermawanan Ku, yang kelima adalah ketika malam terakhir dibulan Ramadhan maka diampunilah bagi mereka seluruhnya, maka bertanyalah seorang sahabat : apakah itu hadiah orang yang mendapatkan Lailatulqadr Wahai Rasulullah?, maka Rasul saw bersabda : “Tidak, bukankah bila kau melihat para buruh bila selesai dari pekerjaannya harus segera dilunasi upahnya?” (HR Imam Baihaqi).
Maka ketahuilah bahwa Rasul saw bersungguh – sungguh dalam beribadah pada bulan Ramadhan, lebih dari kesungguhannya di bulan lain, dan Rasul saw sangat teramat bersungguh – sungguh dalam beribadah di 10 malam terakhir Bulan Ramadhan lebih dari kesungguhannya di hari – hari ramadhan lainnya, Maka berpanutlah pada Imam mu Nabi Muhammad saw, janganlah tertipu dengan mengikuti kebiasaan sebagian orang yang bersungguh – sungguh di awalnya dan bermalas – malasan di akhirnya, karena kemuliaan justru berpuncak pada akhirnya.
Wahai Allah perkenankan kami melewati kemuliaan Ramadhan, berpuasa dan menegakkan bermacam – macam amal mulia padanya, dari pembacaan Al Qur’an dan bertafakkur atas maknanya, serta menyambung silaturahmi serta berbuat baik dengan tetangga, dan selamat dari segala hal yang memnghalangi kami dari kemuliaannya, dan shalawat serta salam atas sang Nabi dan keluarga serta sahabatnya walhamdulillahirabbil’alamiin… amiin.

Kesabaran Dalam Bertaqwa "Sayyid Habib Umar bin Hafidz BSA"






Kesabaran dari maksiat (menahan diri untuk tidak berkmaksiat) bukan hanya mendorong seseorang banyak menjauhi perkara yg diharamkan dan yg dimakruhkan menurut syariat.
Tapi perkara yg Mubah (tidak haram) dan Makruh pun sering ditinggalkannya, ketika akalnya memberi tau, bahwa perkara tersebut kurang bermanfaat atau menghalangi dirinya mencapai derajat luhur dan kebaikan di dunia dan akhirat.
Kesabaran ini pula yg dapat mendorong seseorang untuk bertahan dalam menghadapi berbagai musibah yg menimpa dirinya.
Firman اَللّهُ سبحانه وتعالى, "Dan berikanlah berita gembira kepada orang² yg sabar, (yaitu) orang² yg apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, "Sesungguhnya kami hanya milik اَللّهُ dan kepadanya kami kembali (Inna lillahi wa innaa ilaihi raaji'uun)".
Mereka itulah yg mendapat keberkahan yg sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang² yg mendapat petunjuk" (QS. Al-Baqarah, 2;155-157)
Ketika menafsirkan ayat diatas, Sahabat Umar bin Khattab رضي الله عنـه berkata, "Ternyata sabar adalah keuntungan yg tak terhingga"
Orang² sabar akan mendapatkan rahmat dari Tuhannya, merekalah orang² yg mendapatkan hidayah. Sangat tepat kalo dikatakan bahwa sabar adalah pengeruk keuntungan tak terhingga.
Sebab, Shalawat, rahmat dan hidayah (smuanya) diberikan kepada orang² yg sanggup bersabar. Betapa luhur kedudukan sabar di hadapan اَللّهُ dan sungguh dibutuhkan oleh orang² yg berakal.
Qta bisa menyaksikan orang² kafir begitu ulet (sabar) dalam menghadapi berbagai kesulitan dan tantangan untuk meraih kesenangan sementara (harta dan jabatan).
Tapi, mengapa qta, orang² yg beriman, tidak mampu bersabar demi menggapai kebahagiaan abadi dan menghindar dari kerugian yg tiada batas ???
أسْتَغْفِرُ اللّهَ الْعَظيْم وأتوبُ إليہ
("Is'af Thalibi Ridhal Al-Khalaq bi Bayani Makarim Al-Akhlaq", Sayyidinal Imam, Al-'Allamah, Al-Muhaddist, Al-Mufassir, Al-Musnid, Sayyid Umar bin Hafidz BSA)

Ngaji Bareng Mbah KH. Maimoen Zubair PP Al-Anwar





 NGAJI KITAB BERSAMA MBAH MUN
Malam Selasa Pon 2 Romadlon 1437 H/ 7 Juni 2016 M.

Sedikit Keterangan Dari Ngaji
شجرة المعارف والأحوال
Bersama KH Maimoen Zubair Di Musholla Al-Anwar Malam Selasa Pon 2 Romadlon 1437 H/ 7 Juni 2016 M.
Ma'rifah (Pengertian Yang Wujud Dari Usaha) Merupakan Perkara Yang Mendorong Kepada Semua Ketaatan.
Sedangkan Sifat Yang Menjadi Watak Akan Mendorong Kepada Sebagian Ketaatan.
Apabila Dalam Satu Pekerjaan Terkumpul Dua Pendorong Itu, Maka Pekerjaan Itu Akan Menjadi Kokoh Dan Bisa Langgeng.
Seperti Contoh, Pemberian Dari Orang Yang Mengetahui Serta Dermawan Akan Lebih Kokoh Dan Sempurna Dari Pada Pemberian Orang Yang Tidak Mengetahui Serta Kikir.
Hal Itu, Karena Pengetahuan Serta Watak Kedermawanannya Akan Mendorong Untuk Memberi.
Begitu Pun Pencegahan Diri Atas Perbuatan Jelek Dari Orang Yang Mengetahui Serta Pemalu Akan Lebih Sempurna Dari Pada Pencegahan Diri Atas Perbuatan Jelek Dari Orang Yang Tidak Ada Pengertian Serta Tidak Ada Rasa Malu.
Hal Itu Karena Pengetahuan Serta Rasa Malunya Akan Mencegah Dirinya Dari Perbuatan Jelek.
Dalam Hal Ini, Rosululloh Bersabda:
الناس معادن كمعادن الفضة والذهب خيارهم في الجاهلية خيارهم في الإسلام إذا فقهوا
Manusia Itu Bagaikan Pertambangan, Sebagaimana Pertambangan Emas dan Perak. Orang-Orang Yang Terpilih Dari Mereka Pada Zaman Jahiliyyah Juga Merupakan Orang-Orang Yang Terpilih Pada Zaman Islam, Apabila Mereka Pandai (Faqih).
Hal Itu Karena Watak, Kepandaian (Kefaqihan) Serta Keimanan Mereka Akan Mendorong Terhadap Akhlaq Yang Mulia, Sehingga Akhlaq Itu Menjadi Lebih Kokoh Dan Sempurna.

Semoga kita semua dijadikan ahli ilmu. Amin

TIRAKAT SYAIKHONA KHOLIL BANGKALAN SAAT NGAJI DI SIDOGIRI






Syaikhona Kholil Bangkalan Madura merupakan salah satu santri yang mengaji kepada Kiai Noerhasan bin Noerkhotim Sidogiri, walaupun Syaikhona Kholil Bangkalan tidak pernah mondok di pesantren yang sudah memasuki miladnya yang ke-279 ini. Syaikhona Kholil mondok di PP Keboncandi Winongan (ke timur Warungdowo, Pasuruan). Setiap hari beliau berjalan kaki menempuh jarak kira-kira 20 kolimeter ke Sidogiri untuk mengaji.
Dalam perjalanan, tiap kali menjumpai pohon besar beliau berhenti dan membaca surah Yasin satu kali. Hingga ketika sampai di Sidogiri, beliau telah membaca surah Yasin 20 kali. Begitu pula dalam perjalanan pulang setelah menimba ilmu dari Kiai Noerhasan, beliau membaca Yasin 20 kali. Dan untuk melengkapi 41 kali, beliau membaca surah Yasin satu kali ketika sampai di Warungdowo.
Selain itu, sebelum masuk ke kompleks Pondok Pesantren Sidogiri, Syaikhona Kholil terlebih dahulu melepas terompahnya, lalu berjalan tanpa alas kaki menuju tempat pengajian Kiai Noerhasan. Hal ini beliau lakukan karena ta’zhim (hormat) dan tawaduknya yang luar biasa kepada gurunya.

Disarikan dari buku Jejak Langkah 9 Masyayikh Sidogiri '2'.

NGAJI TAFSIR JALALAIN BARENG HABIB LUTHFI BIN YAHYA PEKALONGAN






Habib Luthfi bin Yahya belajar tafsir al-Quran menghabiskan waktu selama 11 tahun. Habib Luthfi mengingatkan dalam pembukaan pengajian Ramadhan di kediamannya (Senin, 6/6/2016), bahwa al-Quran memiliki makna dzahir dan bathin. Tidak mudah menafsiri al-Quran, harus menguasai seperangkat ilmunya semisal ilmu alat (nahwu-sharaf), balaghah, manthiq, badi' dan bayan.
Satu contoh, dalam al-Quran terdapat lafadz jamak tapi mengandung makna ta'dib (adab/tatakrama). Sepertihalnya dalam percakapan, lafadz "Antum" (kalian/jamak) ditujukan untuk mufrad (kamu/satu orang) sebab berbicara dengan yang lebih alim atau sepuh. Itu kalimat halus, sangat menyentuh, mengandung adab.
Ayat "Inna nahnu nazzalna adz-dzikra...", Nahnu di sini adalah ta'dib pada Baginda Nabi Saw., Sayyidina Jibril As., disamping memiliki faidah mu'adzdzam nafsah (mengagungkan diriNya Swt.). Allah mengangkat derajat hambaNya yang terpilih. Maka kalau mau memberikan keterangan (catatan penting) bikin buku khusus sendiri, jangan di kitabnya. Minimal itu bentuk adabnya kita pada muallif (pengarang) kitab.
Tafsir Kursi Allah
Kajian tafsir al-Quran dengan kitab Tafsir Jalalain malam itu bertepatan dengan malam ke-2 bulan Ramadhan, meneruskan tafsir surat al-Baqarah ayat ke 251-259. Diantara yang perlu disoroti adalah tafsir "Kursi Allah". Ragam tafsirnya, pertama Kursi adalah Ilmu Allah, bukan wujudan (makhluk), sebagaimana tafsirnya Ibn Abbas Ra. dan selainnya.
Pendapat kedua, Imam az-Zamakhsyari, menafsiri Kursi dengan makhluk Allah yang sangat besar, lebih luas dari langit dan bumi. Masih menurutnya, Ilmu Allah dinamai dengan Kursi karena ilmu itu menempati pada sesuatu. "Bisa dikatakan sebagai majazan atau isti'arah. Semisal, jika sekarang kursi itu bermakna jabatan sedangkan Kursi di sini sebagai wadahnya al-Quran." Ucap Kang Tsauri mengutarakan argumennya. "Sedangkan menurut ar-Razi, Ilmu Allah dilambangkan dengan Kursi sebagai lambang kebesaran," sahut peserta lainnya.
Habib Luthfi kemudian menjelaskan beberapa makna yang terkandung dari ayat "Wasi'a kursiyyuhu...", Kursi ditafsiri sebagai Ilmu Allah karena beberapa sebab diantaranya:
1. Ilmu Allah tidak mungkin bisa diukur, diungkapkan dalam ayat dengan lebih luas daripada langit dan bumi.
2. Ilmu Allah tidak memerlukan pertolongan/bantuan, bahkan langit dan bumi adalah makhluk yang tentu membutuhkan bantuan Allah Swt.
3. Ada ilmu yang tidak diberikan kepada semua makhlukNya, hanya khusus semisal untuk malaikat, para nabi dan rasul, arifin dan wali Allah.
4. Ilmu Allah yang luasnya telah ditunjukan kepada kita semua (meliputi langit dan bumi), bukan berarti ilmu Allah sebatas itu. Artinya ilmu Allah takkan mungkin bisa diukur. Jangankan ilmu Allah, langit dan bumi saja yang bisa dilihat antar ujungnya tidak bisa diukur, apalagi yang tidak kelihatan." Korelasinya dengan ayat "Wama utitum minal 'ilmi illa qalila", hanya sedikit saja ilmu yang diperlihatkan pada makhlukNya.
5. Makna tauhidnya, yaitu tidak bisa terlepas apa-apa yang ada di langit dan bumi terkecuali atas kudrat dan iradah Allah Swt.
Kisah Nabi Uzair
Tafsir surat al-Baqarah ayat 259, tentang kisah Nabi Uzair As. yang dikisahkan pernah melewati perkampungan mati. Nabi Uzair bertanya dalam hatinya bagaimana Allah menghidupkan kota ini setelah menjadi kota mati. Maka untuk menunjukan kekuasaanNya Allah mematikan Nabi Uzair dan setelah 100 tahun dihidupkan kembali. Keledai Nabi Uzair yang sudah menjadi tulang belulang dihidupkan kembali. Sebagai perbandingan kecil, Maulana Habib Luthfi bin Yahya menceritakan penyaksiannya tentang guru mursyidnya.
Syaikh Abdul Malik bin Ilyas Purwokerto (Mbah Malik), adalah orang yang sangat alim dan al-hafidz. Dulu pernah terjadi, sebelum shalat Dzuhur beliau terbiasa melakukan shalat sunnah Qabliyah dan setelahnya dilanjutkan membaca shalawat bersama jamaahnya dari jam 12 siang sampai jam 13:30 WIB.
"Shallallahu 'ala Muhammad..." tepat jam 13:30 selesai, iqamat pun berkumandang tanpa komando karena sudah menjadi adat kebiasaannya. Meski sudah dikomati, namun waktu itu Mbah Malik masih tetap duduk terdiam, tidak bangun dan hanya tasbihnya saja yang masih jalan. Ditunggu lama Mbah Malik tak kunjung bangun hingga waktu Dzuhur hampir habis. Akhirnya shalat pun terpaksa dikerjakan berjamaah dipimpin Mbah Kiai Isa, adik ipar Mbah Malik.
Sampai malam hari Mbah Malik belum juga bangun, padahal kondisinya normal tidak ada gejala apapun yang mencurigakan. Sampai 3 hari, seminggu, sebulan, hingga bertahun-tahun lamanya tidak ada yang berani membangungkan. Tidak ada perubahan sedikitpun yang mencurigakan kecuali setiap harinya wajah Mbah Malik semakin yatala'la (mencorong) nurnya.
Baru setelah 3 tahun berlalu, Mbah Malik tiba-tiba bangun persis pada jam 13:30 WIB. "Qamat...qamat..." pinta beliau. Lalu semuanya berdiri untuk shalat berjamaah dan Mbah Malik sebagai imamnya. Herannya shalat beliau berlangsung dengan normal seperti biasanya, tanpa lemah ataupun limbung, padahal "la yasyrab wala ya'kul" (tidak makan dan tidak minum) selama 3 tahun. Itulah maqam fana' yang pernah dialami Mbah Malik.
Selesai shalat, Mbah Malik bertanya, "Lha si anu mana? Si itu ke mana?"
"Mereka sudah meninggal, Kiai", jawab para santri.
"Lha tadi masih bareng shalawatan koq," ucap Mbah Malik sebelum mengetahui sudah 3 tahun dirinya baru terbangun.