Jadikanlah hidup setelah mati itu sebagai uang modal kamu dan hidup di dunia ini sebagai keuntungannya.
Pergunakanlah waktumu, pertama-tama, untu
k hidup setelah mati. Jika ada waktu yang lebih, maka pergunakanlah waktu itu untuk kehidupan duniamu.
Janganlah kamu menggunakan hidupmu di dunia ini sebagai uang modal dan
hidup setelah mati sebagai keuntungan, di mana kamu memanfaatkan waktu
lebihmu itu untuk hidup setelah mati,
di samping menunaikan
shalat lima waktu; seakan-akan mengubah semuanya di dalam satu gerakan,
memasukkan bagian-bagiannya dan merusakkan susunannya, tanpa ruku dan
sujud serta tanpa thuma’ninah; atau apabila kamu merasa penat dan letih,
kamu tidur dengan membiarkan segalanya tidak terpelihara; seperti mayat
di waktu malam yang pada siang harinya memuaskan nafsu kebinatangannya
dan nafsu iblisnya.
Jangan pula kamu menjual akhiratmu untuk duniamu dan kamu menjadi hamba nafsu kebinatanganmu.
Kamu diperintahkan untuk menguasai hawa nafsu kamu dan membawa diri kamu ke jalan yang lurus dan benar.
Tetapi kamu membiarkan diri kamu dikuasai hawa nafsu iblis, sehingga
merugilah kamu di dunia ini dan di akhirat kelak kamu akan diazab dengan
api neraka.
Di hari perhitungan kelak, kamu akan menjadi orang
yang paling miskin dan paling merugi serta segala apa yang kamu
kumpulkan untuk duniamu hilang lenyap dari sisimu.
Maka benar-benar kamu menjadi orang yang merugi.
Sebaliknya jika kamu mengikuti jalan akhirat dan menjadikannya sebagi
uang modal, maka kamu akan beruntung di dunia dan di akhirat, serta apa
yang ditakdirkan untuk kamu di dunia ini akan datang kepadamu dan kamu
mendapatkan keselamatan dan dihormati.
Nabi pernah bersabda,
“Sesungguhnya Allah akan memberi keselamatan kepadamu dalam kehidupan
duniamu, jika kamu menunjukkan niatmu di akhirat.
Tapi, keselamatan akhirat tidak akan diberikan, jika niatmu kamu tujukan ke kehidupan dunia.”
Niat yang ditujukan ke akhirat itu adalah keta’atan kepada Tuhan, karena niat itu ialah jiwa ibadah.
Oleh karena itu, apabila kamu ta’at kepada Allah dan mengharapkan
akhirat, maka kamu akan menjadi orang yang dipilih oleh Allah dan masuk
ke dalam golongan orang-orang yang ta’at dan cinta kepada Allah serta
kehidupan akhirat akan kamu dapati, yaitu surga dan kedekatan kepada
Allah.
Kemudian, dunia ini akan mengabdi kepadamu dan segala
sesuatu yang telah ditentukan untuk kamu, pasti akan kamu terima
sepenuhnya, karena segala sesuatu itu tunduk kepada Allah Yang Maha
Menguasai segalanya.
Jika kamu terlena dan tenggelam di dalam
kehidupan dunia dan tidak lagi mau memperhatikan kehidupan akhiratmu,
maka Tuhan akan murka kepada kamu.
Kamu tidak akan mendapatkan
akhirat dan dunia tidak akan takluk kepadamu. Kamu merasakan kesulitan
di dalam mendapatkan bagian-bagian yang telah ditentukan untukmu, karena
Allah murka kepadamu,
sedangkan semua yang tersebut itu sebenarnya adalah kepunyaan Allah belaka.
Barangsiapa mendurhakai Allah, maka Allah akan menghinakannya.
Nabi Muhammad SAW bersabda, “Dunia dan akhirat itu bagaikan sepasang
suami istri. Jika kamu melayani salah seorang saja di antara keduanya,
maka yang lainnya akan marah kepadamu.”
Allah SWT berfirman, “…
di antara kamu ada orang yang menghendaki dunia dan di antara kamu ada
yang menghendaki akhirat…” (QS 3:152)
Orang yang menghendaki dunia saja disebut ahli dunia dan orang yang menghendaki akhirat disebut ahli akhirat.
Perhatikanlah diri kamu, termasuk golongan manakah kamu ?
Dalam dunia ini, ke dalam golongan manakah di antara dua ahli itu kamu ingin termasuk ?
Ketika kamu berada di alam akhirat, sesudah mati nanti, kamu akan
megetahui bahwa sebagian di antara kamu masuk ke dalam surga dan satu
golongan lagi masuk ke dalam neraka.
Dan ada satu golongan
manusia lagi, yaitu yang tetap tinggal di tempatnya sambil menjalani
perhitungan dan pembicaraan. Satu hari di sana, menurut firman Tuhan,
seperti 15.000 tahun di dunia.
Ada pula satu golongan manusia
yang duduk di tempat makan sambil makan makanan yang enak-enak,
buah-buahan, manis-manisan yang lebih putih daripada es,
sebagaimana diriwayatkan di dalam hadits, “Mereka akan melihat tempat
tinggal mereka di surga. Apabila Allah telah selesai menanyai manusia,
mereka akan memasuki surga itu.
Mereka akan pergi menuju tempat tinggal mereka, seperti halnya orang-orang di dunia ini menuju tempat tinggal mereka.”
Mereka yang memasuki surga itu adalah orang-orang yang meninggalkan
dunia mereka dan berusaha mencapai kebahagiaan akhirat dan Allah.
Sedangkan orang-orang yang malang adalah mereka yang tidak langsung
menghiraukan akhirat dan yang menghabiskan masa hidupnya di dunia dengan
hal-hal keduniaan saja serta bimbang dengannya. Mereka melupakan hari
perhitungan mereka di hadapan Allah dan mereka tidak mau memperdulikan
Al Qur’an dan sabda-sabda Nabi.
Perhatikanlah dan kasihanilah diri kamu serta pilihlah golongan yang lebih baik di antara kedua golongan tersebut.
Hindarkanlah diri kamu dari persahabatan dan pergaulan dengan orang-orang jahat atau setan.
Ikutilah Al Qur’an dan sunnah Nabi.
Perhatikan, pikirkan dan amalkanlah keduanya.
Janganlah kamu terpengaruh oleh kata-kata kosong dan ketamakan.
Firman Allah, “Apa saja harta rampasan (fai-I) yang diberikan Allah
kepada Rasul-Nya yang berasal dari penduduk kota-kota, maka adalah untuk
Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin
dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta-harta itu jangan
hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang
diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya
bagimu, maka tinggalkanlah; dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya
Allah sangat keras hukuman-Nya.” (QS 59:7)
Janganlah kamu
menentang Nabi dan jangan pula kamu mengubah peraturan dengan
berpura-pura pandai, baik dalam perbuatan kamu maupun di dalam
beribadah.
Allah berfirman, “Kemudian Kami iringi di belakang
mereka dengan rasul-rasul Kami dan Kami iringi (pula) dengan Isa putra
Maryam; dan Kami berikan kepadanya Injil dan Kami jadikan dalam hati
orang-orang yang mengikutinya rasa santun dan kasih sayang.
Dan
mereka mengada-adakan rahbaniyyah, padahal Kami tidak mewajibkannya
kepada mereka tetapi (mereka sendirilah yang mengada-adakannya), untuk
mencari keridhaan Allah, lalu mereka tidak memeliharanya dengan
pemeliharaan yang semestinya. Maka Kami berikan kepada orang-orang yang
beriman di antara mereka pahalanya dan banyak di antara mereka
orang-orang fasik.” (QS 57:27)
Allah telah membersihkan Nabi-Nya dan menjauhkannya dari yang batil.
Firman Allah, “Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur’an) menurut
kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang
diwahyukan (kepadanya).” (QS 53:3-4).
Dengan kata lain, firman
ini bermaksud, “Apa saja yang dibawanya kepada kamu adalah dari Aku, dan
bukannya dari dirinya atau hawa nafsunya. Oleh karena itu, ikutilah
dia.”
Firman Allah lagi, “Pada hari ketiga tiap-tiap diri
mendapati segala kebajikan dihadapkan (ke hadapannya), begitu (juga)
kejahatan yang telah dikerjakannya; ia ingin kalau kiranya antara ia
dengan hari itu ada masa yang jauh; dan Allah memperingatkan kamu
terhadap diri (siksa)-Nya. Dan Allah sangat Penyayang kepada
hamba-hamba-Nya.” (QS 3:30)
Jalan untuk menempuh kasih sayang-Nya itu adalah mematuhi sabda-sabda dan perbuatan Nabi.
Nabi Muhammad SAW bersabda, “Berusaha itu adalah jalanku dan tawakal kepada Allah itu adalah keadaanku.”
Oleh karena itu, kamu harus berada di antara perbuatan dan keadaannya.
Jika iman kamu lemah, maka hendaklah kamu berusaha, dan ini adalah
perbuatannya. Dan jika iman kamu kuat, maka pergunakanlah keadaan kamu,
yaitu bertawakal kepada Allah.
Allah berfirman, “Dan kepada Allah-lah kamu patut bertawakal.” (QS 5:26).
Allah juga berfirman, “… dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah,
niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya…” (QS 56 – 3)
Selanjutnya Allah berfirman, “Dan sungguh jika kamu meninggal atau
gugur, tentulah kepada Allah saja kamu dikumpulkan.” (QS 3:158)
Allah menyuruhmu untuk bertawakal dan berpegang teguh kepada Allah,
sebagaimana Nabi pun disuruh berbuat demikian. Nabi SAW bersabda,
“Barangsiapa berbuat sesuatu yang bukan dari perintah kami, maka
perbuatannya itu tidak akan diterima.”
Hal ini mencakup
kehidupan, perbuatan dan perkataan. Kita tidak mempunyai Nabi lagi
selain beliau yang harus kita ikuti dan tidak ada kitab, selain Al
Qur’an yang harus kita patuhi.
Oleh karena itu, janganlah kamu
melanggar keduanya. Jika tidak, maka kamu akan mendapatkan kehancuran
dan kamu akan dipimpin oleh hawa nafsu kebinatangan dan iblis yang
membawa ke jalan yang sesat. Allah berfirman, “… dan janganlah kamu
mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah
…” (QS 38:26)
Keselamatan itu terletak pada Kitab Allah dan
sunnah Nabi. Sedangkan kerusakan akan datang, jika kamu menyimpang dari
keduanya.
Dengan Al Qur’an dan sunnah Nabi itulah maka si hamba dapat naik ke derajat wilayah, badaliyyat dan ghautsiyyat.
المقالة السادسة والثلاثون
فـي بـيـان الـدنـيـا و الآخـرة و مـا يـنـبـغـي أن يـعـمـل فـيـهـمـا
قـال رضـي الله تـعـالى عـنـه و أرضـاه :أجعل آخرتك رأس مالك ودنياك ربحه،
وأصرف زمانك أولاً في تحصيل آخرتك. ثم إن فضل من زمانك شئ اصرفه في دنياك
وفى طلب معاشك، ولا تجعل دنياك رأس مالك وآخرتك ربحه. ثم إن فضل من الزمان
فضلة صرفتها في آخرتك تقتضى فيها الصلوات تسبكها سبيكة واحدة ساقطة
الأركان، مختلفة الواجبات من غير ركوع وسجود وطمأنينة بين الأركان، أو
يلحقك التعب والإعياء فتنام عن القضاء جملة، جيفة في الليل بطالاً في
النهار تابعاً لنفسك وهواك وشيطانك، وبائعاً آخرتك بدنياك عند النفس
ومطيتها، أمرت بركوبها وتهذيبها ورياضتها والسلوك بها في سبيل السلامة وهى
طرق الآخرة وطاعة مولاها عزَّ وجلَّ فظلمتها بقوبلك منها وسلمت زمامها
إليها وتبعتها في شهواتها ولذاتها وموافقتها وشيطانها وهواها ففاتك خير
الدنيا والآخرة وخسرتهما فدخلت القيامة أفلس الناس وأخسرهم ديناً ودنيا،
وما وصلت بمتابعتها إلى أكثر من قسمك من دنياك، ولو سلكت بها طريق الآخرة
وجعلتها رأس مالك ربحت الدنيا والآخرة ووصل إليك قسمك من الدنيا هنيئاً
مرئياً وأنت مصون مكرم، كما قال النبي صلى الله عليه وسلم : (إن الله يعطى
الدنيا على نية الآخرة ولا يعطى الآخرة على نية الدنيا) وكيف لا يكون كذلك
ونية الآخرة هي طاعة الله لأن النية روح العبادات وذاتها.
وإذا أطعت
الله بزهدك في الدنيا أو طلبك دار الآخرة كنت من خواص الله عزَّ وجلَّ وأهل
طاعته ومحبته، وحصلت لك الآخرة وهى الجنة وجوار الله عزَّ وجلَّ وخدمتك
الدنيا فيأتيك قسمك الذي قدر لك منها، إذ الكل تبع لخالقها ومولاها وهو
الله عزَّ وجلَّ، وإن اشتغلت بالدنيا وأعرضت عن الآخرة غضب الرب عليك
ففاتتك الآخرة وتعاصت الدنيا عليك وتعسرت وأتعبتك في إيصال قسمك إليك لغضب
الله عزَّ وجلَّ عليك لأنها مملوكته، تهين من عصاه وتكرم من أطاعه فيتحقق
حينئذ قوله صلى الله عليه وسلم : (الدنيا والآخرة ضرتان، إن أرضيت إحداهما
أسخطت عليك الأخرى). قال تعالى : }مِنكُم مَّن يُرِيدُ الدُّنْيَا وَمِنكُم
مَّن يُرِيدُ الآخِرَةَ{.آل عمران152. يعنى به أبناء الآخرة، فانظر من
أبناء أيهما أنت؟؟ ومن أي القبيلتين تحب أن تكون وأنت في الدنيا؟؟ ثم إذا
صرت إلى الآخرة فالخلق فريقان فريق في طلب الدنيا وفريق في طلب الآخرة، وهم
أيضاً يوم القيامة فريقان }فَرِيقٌ فِي الْجَنَّةِ وَفَرِيقٌ فِي
السَّعِيرِ{.الشورى7. فريق في الموقف قيام في طول الحساب }فِي يَوْمٍ كَانَ
مِقْدَارُهُ خَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ{.المعارج4. مما تعدون كما قال تعالى،
وفريق في ظل العرش كما أخبر النبي صلى الله عليه وسلم : (إنكم تكونون يوم
القيامة في ظل العرش عاكفون على الموائد، عليها أطايب الطعام والفواكه
والشهد أبيض من الثلج). كما جاء في الحديث : (وينظرون منازلهم في الجنة حتى
إذا فرغ من حساب الخلق دخلوا الجنة، يهتدون إلى منازلهم كما يهتدي أحد
الناس في الدنيا إلى منزله). فهل وصلوا إلى هذه إلا بتركهم الدنيا
واشتغالهم بطلب الآخرة والمولى. وهل وقعوا أولئك في الحساب وأنواع الشدائد
والذل إلا لاشتغالهم بالدنيا ورغبتهم فيها وزهدهم في الآخرة وقلة المبالاة
بأمرها ونسيان يوم القيامة وما سيصيرون إليه غداً مما ذكر في الكتاب
والسنة.
فانظر لنفسك نظر رحمة وشفقة، واختر لها خير القبيلتين
وأفردها عن أقران السوء من شياطين الإنس والجن، وأجعل الكتاب والسنة أمامك
وأنظر فيهما وأعمل بهما، ولا تغتر بالقال والقيل والهوس. قال الله تعالى :
}وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانتَهُوا
وَاتَّقُوا اللَّهَ{.الحشر7. ولا تخالفوه فتتركوا العمل بما جاء به
وتخترعوا لأنفسكم عملاً وعبادة كما قال عزَّ وجلَّ في حق قوم ضلوا سواء
السبيل }وَرَهْبَانِيَّةً ابْتَدَعُوهَا مَا كَتَبْنَاهَا
عَلَيْهِمْ{.الحديد27.، ثم إنه زكى هو عزَّ وجلَّ نبيه صلى الله عليه وسلم
ونزهه عن الباطل والزور فقال عزَّ وجلَّ : }وَمَا يَنطِقُ عَنِ الْهَوَى *
إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى{.النجم3–4. أي ما آتاكم به فهو من عندي لا
من هواه ونفسه فاتبعوه، ثم قال تعالى : }قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ
اللّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللّهُ{.آل عمران31. فبين أن طريق
المحبة إتباعه قولاً وفعلاً، فالنبي عليه الصلاة والسلام قال : (الاكتساب
سنتي، والتوكل حالتي) أو كما قال، فأنت بين سنته وحالته وإن ضعف إيمانك
فالتكسب الذي هو سنته وإن قوى إيمانك فحالته التي هي التوكل قال الله تعالى
: }وَعَلَى اللّهِ فَتَوَكَّلُواْ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ{.المائدة23.
وقال تعالى : }وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ{.الطلاق3.
وقال تعالى : }إِنَّ اللّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ{.آل عمران159. فقد
أمرك بالتوكل ونبهك عليه كما أمر نبيه صلى الله عليه وسلم في قوله :
}وَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ{.النساء81.الأنفال61.الأحزاب3+48. فاتبع أوامر
الله عزَّ وجلَّ في سؤاله في أعمالك فهي مردودة عليك قال النبي صلى الله
عليه وسلم : (من عمل عملاً ليس عليه أمرنا فهو رد) هذا يعلم طلب الرزق
والأعمال والأقوال، ليس لنا نبي غيره فنتبعه ولا كتاب غير القرآن فنعمل به،
فيضلك هواك والشيطان. قال الله تعالى : }وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوَى
فَيُضِلَّكَ عَن سَبِيلِ اللَّهِ{.ص26. فالسلامة مع الكتاب والسنة، والهلاك
مع غيرهما، وبهما يترقى العبد إلى حالة الولاية والبدلية والغوثية،
والله أعلم.